Kamis, 12 April 2012

Iman kepada Para Rasul (3)


IMAN KEPADA PARA RASUL (3)
(oleh : H. Asnin Syafiuddin, Lc. MA)



Pengantar

Pada pembahasan Iman kepada Rasul 1 dan 2  telah dipaparkan wajib iman kepada para rasul dan dalilnya, makna dan hakikat rasul,  kebutuhan manusia terhadap rasul;, tugas rasul, sifat rasul, dan konsekwensi iman kepada rasul.Berikut ini akan dijelaskan secara khusus tentang mengimani kerasulan Muhammad saw yang meliputi makna, dalil dan konsekwensinya. Kemudian pembahasan iman kepada para rasul ini akan ditutup dengan dampak positif iman kepada para rasul. Semoga bermanfaat !


G. Mengimani Kerasulan Muhammad saw (Makna, Dalil dan Konsekwensinya)

Makna mengimani kerasulan Nabi Muhammad saw adalah :
1.      Mengimani bahwa Nabi Muhammad saw adalah penutup para nabi. Firman Alah :
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.(QS. al-Ahzab/33 : 40).
Sabda Rasulullah saw. :
إِنَّ مَثَلِي وَمَثَلَ الْأَنْبِيَاءِ مِنْ قَبْلِي كَمَثَلِ رَجُلٍ بَنَى بَيْتًا فَأَحْسَنَهُ وَأَجْمَلَهُ إِلَّا مَوْضِعَ لَبِنَةٍ مِنْ زَاوِيَةٍ فَجَعَلَ النَّاسُ يَطُوفُونَ بِهِ وَيَعْجَبُونَ لَهُ وَيَقُولُونَ هَلَّا وُضِعَتْ هَذِهِ اللَّبِنَةُ قَالَ فَأَنَا اللَّبِنَةُ وَأَنَا خَاتِمُ النَّبِيِّينَ. (متفق عليه)
"Perumpamaanku dan perumpamaan para nabi adalah bagaikan seseorang  yang mendirikan sebuah bangunan. Dia membuat bangunan itu  baik dan indah. Hanya saja tersisa satu tempat (yang belum dipasang) batu bata di salah satu sudutnya. Lalu orang-orang  berkeliling (untuk melihat-lihat)  bangunan itu dan mereka terkagum-kagum dengannya seraya mengatakan : ‘Mengapa (tempat) batu bata yang satu ini tidak diisi?” Rasulullah mengatakan : “ Akulah batu bata itu, dan akulah penutup para nabi “. (Muttafaq ‘alaih)
2.      Mengimani bahwa Rasulullah saw menghapus risalah-risalah sebelumnya. Firman Allah :
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, Kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.(QS. an-Nisa’/4 : 65)
Sabda Rasulullah saw :
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ. (رواه مسلم)

“ Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari umat ini, baik Yahudi maupun Nasrani mendengar aku, kemudian dia mati dalam keadaan tidak beriman kepada risalah yang aku bawa, kecuali dia termasuk penghuni neraka “ . (HR. Muslim)
3.      Mengimani bahwa Rasulullah saw membenarkan nabi-nabi terdahulu. Firman Allah :
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ
Dan kami Telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; (QS. al-Maidah/5 : 48).
4.      Mengimani bahwa beliau penyempurna risalah-risalah terdahulu. (Lihat  QS.  al-Maidah/5 : 48, dan hadits pada point  1 di atas).
5.      Mengimani bahwa beliau diutus untuk seluruh manusia dan sebagai rahmat bagi alam semesta. Firman Allah :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada Mengetahui. (QS. Saba’/34 : 28) Baca juga QS.  al-Furqan/25 : 1, al-Anbiya’/21 : 107).

Adapun dalil wajibnya mengimani kerasulan Muhammad  saw adalah sbb. :

1.      Kesaksian kitab-kitab terdahulu

Dalam Injil Yohanes : 14 : 15, 16 disebutkan : “Apabila kamu  mencintaiku, maka jagalah wasiat-wasiatku. Dan aku  memohon  kepada  Bapak, lalu Dia memberi kamu seorang penolong  yang lain untuk tinggal bersama kamu selamanya, yaitu ruh kenabian”. Kata “ Penolong “ yang merupakan terjemahan dari Faroqlith dalam  bahasa Ibrani artinya Muhammad atau Ahmad. Dan yang dimaksud dengan “ tinggal bersama kamu  selamanya “ adalah  tinggalnya  agama Nabi Muhammad, kitabnya (al-Qur’an) dan sunnahnya, karena dia dijaga oleh Allah dan akan tetap ada sampai kehidupan ini berakhir.
Dalam  Taurat (Perjanjian Lama) kitab ulangan 33 : 2 disebutkan : “ Tuhan datang dari Bukit Sinai, dan terbit kepada mereka di Seir. Ia bersinar di Pegunungan Paran, terus maju ke muka beserta puluhan ribu orang yang berbakti “ .
Makna perkataan di atas adalah bahwa Allah berbicara dengan Musa dan memberikan wahyu kepadanya di bukit Sinai. Mengutus Isa dan memberikan wahyu kepadanya di bukit Seir  ( salah satu bukit di al-Quds). Dan Dia mengutus Muhammad saw sebagai rasul dengan mengumandangkan kalimat lâ ilâha illallah di Mekah  yang terletak di pegunungan Paran,  seperti bukit Abi Qubais, Kharan  dsb. yang mengelilingi kota Mekah.

2.      Kesaksian Ulama Ahlul Kitab

Kesaksian Ulama-Ulama Yahudi  disinyalir dalam al-Qur’an sebagaimana disebutkan dalam  surat al-Baqarah : 146 :
الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang Telah kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri[97]. dan Sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka Mengetahui (QS. Al-Baqarah : 146).
Di antara kesaksian mereka adalah kesaksian Abdullah bin Salam (seorang ulama Yahudi yang masuk Islam). Imam Bukhari meriwayatkan dalam kitab shahihnya dalam kitab al-Anbiya’ dari Anas bin Malik bahwa Abdullah bin Salam mendengar kedatangan Rasulullah saw ke Madinah. Lalu Abdullah mendatangi Rasulullah dan berkata : Saya akan bertanyakepadamu  tentang tiga hal yang tidak diketahui kecuali oleh seorang nabi. Ia berkata : Apa  tanda hari kiamat yang pertama ? Apa makanan pertama penghuni surga ? Dan dari apa seorang anak mirip bapaknya? Rasulullah saw. bersabda : “Baru saja Jibril memberitahukan kepada saya”  . Abdullah bin Salam berkata : Jibril adalah musuh orang-orang Yahudi dari kalangan malaikat. Rasulullah saw bersabda : “ Adapaun tanda hari kiamat yang pertama adalah api yang menggiring manusia dari  timur ke barat. Makanan pertama penghuni surga adalah hati ikan hiu. Sedangkan kemiripan anak adalah apabila seorang laki-laki mencampuri isterinya, lalu ia mengeluarkan seperma mendahului isterinya, maka si anak akan mirip kepadanya. Tetapi jika isterinya lebih dahulu mengeluarkan ovum, maka si anak akan mirip pada ibunya”. Abdullah bin Salam mengatakan : Saya bersaksi bahwa engkau adalah Rasul (utusan  ) Allah. Kemudian ia mengatakan : Wahai Rasulullah, sesungguhnya orang-orang Yahudi adalah kaum pendusta, jika mereka mengetahui keislamanku sebelum engkau bertanya kepada mereka,  niscaya mereka akan mendustakan saya di hadapanmu. Kemudian datanglah orang-orang Yahudi, Abdullah pun masuk ke dalam rumah. Lalu Rasulullah saw. bertanya : “ Bagaimana keedudukan  Abdullah bin Salam di tengah-tengah kalian?” Mereka menjawab : Ia adalah orang yang paling alim putra orang yang paling alim di antara kami, dan orang yang paling baik putra orang yang paling baik di antara kami. Rasulullah saw. bertanya : “ Bagaimana pendapat kalian jika Abdullah  bin Salam masuk Islam?” Mereka menjawab : Mudah-mudahan Allah melindunginya dari hal itu. Lalu Abdullah bin Salam keluar seraya mengatakan asyhadu an laa ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan  Rasulullah. Mereka berkata : Dia adalah orang yang paling jahat dan putra orang yang paling jahat di antara kami. Mereka mencaci makinya.

Sedangkan kesaksian Ulama-Ulama Nasrani diisyaratkan dalam al-Qur’an surat al-Maidah ayat 82-85:
لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا وَلَتَجِدَنَّ أَقْرَبَهُمْ مَوَدَّةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ قَالُوا إِنَّا نَصَارَى ذَلِكَ بِأَنَّ مِنْهُمْ قِسِّيسِينَ وَرُهْبَانًا وَأَنَّهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ (82) وَإِذَا سَمِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَى الرَّسُولِ تَرَى أَعْيُنَهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ مِمَّا عَرَفُوا مِنَ الْحَقِّ يَقُولُونَ رَبَّنَا آمَنَّا فَاكْتُبْنَا مَعَ الشَّاهِدِينَ (83) وَمَا لَنَا لَا نُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَمَا جَاءَنَا مِنَ الْحَقِّ وَنَطْمَعُ أَنْ يُدْخِلَنَا رَبُّنَا مَعَ الْقَوْمِ الصَّالِحِينَ (84) فَأَثَابَهُمُ اللَّهُ بِمَا قَالُوا جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ جَزَاءُ الْمُحْسِنِينَ (85)

Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. dan Sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami Ini orang Nasrani". yang demikian itu disebabkan Karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) Karena Sesungguhnya mereka tidak menymbongkan diri.  Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yang Telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: "Ya Tuhan kami, kami Telah beriman, Maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Quran dan kenabian Muhammad s.a.w.).  Mengapa kami tidak akan beriman kepada Allah dan kepada kebenaran yang datang kepada kami, padahal kami sangat ingin agar Tuhan kami memasukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang saleh ?".  Maka Allah memberi mereka pahala terhadap perkataan yang mereka ucapkan, (yaitu) surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya. dan Itulah balasan (bagi) orang-orang yang berbuat kebaikan (yang ikhlas keimanannya).
Para Ulama ahli tafsir, ahli hadits dan ahli sejarah sepakat bahwa ayat di atas turun berkenaan dengan Raja Najasyi (Negus) dan para sabatnya yang beriman. Contoh kesaksian Najasyi adalah bisa dilihat dari jawabannya terhadap surat Rasulullah saw. yang ia terima dari beliau ketika masih di Mekah. Dalam surat jawaban itu, Najasyi menulis : Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kepada Muhammad Rasulullah dari Najasyi  al-Ashham bin Abjar. Keselamatan, rahmat dan keberkahan dari Allah semoga tercurah kepada anda  wahai Nabi Allah. Tidak ada ilaah kecuali Allah. Dialah yang membimbingku kepada Islam. Surat anda  wahai Rasulullah telah sampai  kepadaku. Apa yang anda sebutkan  tentang  Isa,  demi Rabb langit dan bumi, bahwa Isa adalah tidak lebih dari apa yang anda sebutkan. Kami telah tahu ajaran yang anda sampaikan  kepada kami. Putra paman anda Ja’far dan sahabat-sahabatnya telah mendekati kami, maka saya menyaksikan bahwa anda adalah Rasulullah dalam keadaan benar dan membenarkan. Sungguh saya telah melakukan bai’at (janji setia) kepada anda dan putra paman anda, dan saya menyerahkan diri di hadapannya kepada Allah Rabb alam semesta.  Saya mengutus kepada anda  Arham bin al-Ashham bin Abjar. Sesungguhnya saya tidak memiliki apa-apa kecuali diriku sendiri. Jika anda menginginkan saya datang kepada anda, saya akan melakukannya wahai Rasulullah.

3.      Kesaksian Berjuta-juta  Umat Islam

Sesungguhnya di dunia ini terdapat berjuta-juta orang muslim yang mengikuti kenabian dan kerasulan Muhammad dan beriman dengan sebenar-benar iman serta mengikuti segala apa yang beliau bawa tentang kebenaran dan petunjuk, bahkan mereka berjihad untuk beliau. Dan di antara mereka adalah ulama, orang-orang arif dan bijaksana, orang-orang yang shalih, dan orang-orang yang jujur, di mana jumlah mereka tidak terhitung.
Keimanan mereka  itu adalah kesaksian terbesar dan terkuat yang paling bisa diterima oleh akal,  dan paling bisa mendatangkan ketenangan dan kedamaian dalam jiwa orang-orang mukmin dengan kenabian dan kerasulan Muhammad saw. 

4.      Kesaksian Allah dan Para Malaikat

Kesaksian Allah SWT dan kesaksian para malaikat-Nya atas kenabian dan kerasulan
Muhammad  saw. adalah kesaksian  yang mengalahkan semua kesaksian lainnya. Allah berfirman :
لَكِنِ اللَّهُ يَشْهَدُ بِمَا أَنْزَلَ إِلَيْكَ أَنْزَلَهُ بِعِلْمِهِ وَالْمَلَائِكَةُ يَشْهَدُونَ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا
(mereka tidak mau mengakui yang diturunkan kepadamu itu), tetapi Allah mengakui Al Quran yang diturunkan-Nya kepadamu. Allah menurunkannya dengan ilmu-Nya; dan malaikat-malaikat pun menjadi saksi (pula). cukuplah Allah yang mengakuinya. (QS. an-Nisa’/4:166).
Kesaksian      Allah dibagi menjadi dua macam, yaitu kesaksian yang berupa pemebritahuan dan kesaksian yang berupa mukjizat.
Adapun kesaksian yang berupa pemberitahuan adalah pemberitahuan Allah dalam kitab-Nya, bahwa Allah memilih Nabi Muhammad saw. sebagai rasul-Nya dan diberikan-Nya pertolongan kepadanya.
Di antara kesaksian yang berupa pemberitahuan adalah sebagai berikut :
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ
Muhammad itu adalah utusan Allah. (QS. al-Fath/48 : 29).
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya Aku adalah utusan Allah kepadamu semua,  (QS. al-A’raf/7 : 158).
Sedangkan kesaksian Allah yang berupa  mukjizat, adalah apa yang Allah perlihatkan pada diri Nabi saw. berupa hal-hal yang luar biasa yang tidak mampu tertandingi oleh kemampuan siapa pun. Di mana setiap hal yang luar biasa itu seolah berkata dengan bahasanya sendiri dari Allah : “Nabi Muhammad adalah hamba-Ku dan rasul-Ku yang  telah berkata benar dalam apa yang dia kabarkan tentang Aku, bahwa Aku telah mengutusnya, dan dia adalah rasul-Ku”.
Di antara kesaksian dalam bentuk mukjizat adalah al-Qur’an sebagai mukjizat terbesar yang diketahui dalam kehidupan manusia. Sebab hukum adat menetapkan, bahwa seorang yang tidak tahu membaca dan menulis, tidak belajar kepada seorang guru atau seorang pendidik sama sekali, adalah tidak mungkin bila bisa berbicara tentang ilmu pengetahuan atau menguasainya dan unggul dalam ilmu pengetahuan itu, apalagi membuat sesuatu yang yang tidak bisa dibuat oleh orang lain pada masanya atau orang-orang sesudahnya sampai berakhirnya kehidupan ini.
Kitab yang dibawa seorang yang ummi (tidak bisa membaca dan menulis) ini menantang setiap manusia untuk membuat yang semisalnya, atau sepuluh surat seperti surat-suratnya, atau  bahkan satu surat saja. Tapi tiada manusia yang mampu melakukan, walaupun dibantu oleh para jin. Firman Allah :
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا
Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". ( QS. al-Isra’/17 :88). Baca juga : QS.  Hud/11 : 13, al-Baqarah/2 : 23.

Sedangkan konsekwensi mengimani kerasulan Muhammad saw. adalah sebagai berikut :
1.      Mengimaninya dan membenarkan beritanya. Firman Allah :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu Telah sesat sejauh-jauhnya.(QS. An-Nisa’/4:136)
Firman Allah :
وَالَّذِي جَاءَ بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ أُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka Itulah orang-orang yang bertakwa. (QS. Az-Zumar/39:33)

2.     Mengikutinya, dengan mentaati segala perintahnya dan menjauhi larangannya, serta beribadah sesuai dengan syari’at yang telah ditetapkannya. Firman Allah :
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَالَّذِينَ هُمْ بِآيَاتِنَا يُؤْمِنُونَ (156) الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ آمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (157)
…dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat kami".  (yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka Itulah orang-orang yang beruntung. (QS. Al-A’raf/7 : 156-157)

Firman Allah :
 وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. (QS. al-Hasyr/59 : 7)
Sabda Rasulullah saw. :
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ
Barangsiapa yang mengada-ada dalam urusan (agama) kami ini yang bukan berasal dari agama ini, maka  ia ditolak”. (HR. Bukhari dan Muslim)
3.      Mencintainya. Sabda Rasulullah saw. :
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
Seseorang di antara kamu tidak dianggap beriman sehingga aku lebih dia cintai dari pada anaknya, orang tuanya dan manusia seluruhnya. (HR. Muslim)
4.      Membelanya. Firman Allah :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا أَنْصَارَ اللَّهِ كَمَا قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ لِلْحَوَارِيِّينَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ فَآمَنَتْ طَائِفَةٌ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَكَفَرَتْ طَائِفَةٌ فَأَيَّدْنَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَى عَدُوِّهِمْ فَأَصْبَحُوا ظَاهِرِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam Telah Berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?" pengikut-pengikut yang setia itu berkata: "Kamilah penolong-penolong agama Allah", lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; Maka kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang. (QS. Ash-Shaf/61:14)
Firman Allah :

إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) Maka Sesungguhnya Allah Telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia Berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir Itulah yang rendah. dan kalimat Allah Itulah yang Tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. At-Taubah/9:40)

5.      Menyebarkan dakwahnya. Firman Allah :
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan Aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (QS. Yusuf/12:108)
Sabda Rasulullah saw. :
بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً
Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat
6.      Mengagungkannya. Firman Allah :
إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا (8) لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ وَتُسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا (9)
Sesungguhnya kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan,  Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)Nya, membesarkan-Nya. dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan petang. (QS. Al-Fath/48:8-9)

7.      Mencintai kekasihnya dan membenci musuhnya. Firman Allah :
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu Kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya Karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.  (QS. Al-Fath/48:29)
8.      Membaca shalawat ketika namanya disebut. Firman Allah :

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS. Al-Ahzab/33:56)
Sabda Rasulullah saw. :
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا
Barangsiapa yang membaca shalawat satu kali kepadaku, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali. (HR. Muslim, Abu Daud dan Nasa’i)

H. Dampak Iman kepada Para Rasul

1.      Mengetahui rahmat serta perhatian Allah swt. kepada hamba-hamba-Nya, sehingga mengutus para rasul untuk membimbing mereka ke Allah. serta menjelaskan bagaiamana cara beribadah kepada Allah, karena memang akal manusia tidak bisa mengetahui hal itu dengan sendirinya.
2.      Mensyukuri  nikmat Allah  yang amat besar ini.
3.      Mencintai, para rasul,  mengagungkannya, serta memujinya,  karena mereka hanya menyembah Allah, menyampaikan risalah-Nya, dan menasehati hamba-Nya.

(والله أعلم بالصواب)




Kamis, 05 April 2012

Tujuan Pendidikan Dalam Perspektif Tafsir Qs. Az-Dzariyat : 56; Ali Imron : 137-139


 TUJUAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF  TAFSIR
QS. AZ-DZARIYAT : 56; ALI IMRON : 137-139
(oleh : H. Asnin syafiuddin, Lc. MA)


I.                    TAFSIR SURAT ADZ-DZARIYAT : 56

A.    TEKS AYAT

وَما خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

B.     ARTI MUFRODAT

إِلَّا لِيَعْبُدُونِ : melainkan supaya mereka mengenal-ku dan beribadahkepada-Ku, bukan karena Aku membutuhkan mereka.

C.    TERJEMAH AYAT

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.

D.    MUNASABAH  AYAT

Pada ayat sebelumnya  Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw untuk member peringatan. Dan pada ayat Allah menyebutkan bahwa di antara peringatan itu ialah bahwa Allah menciptakan jin dan manusia untukberibadah kepada-Nya.

E.     PENJELASAN AYAT

Ayat ini menegaskan bahwa Allah SWT tidaklah menjadikan jin dan manusia melainkan untuk mengenal-Nya dan supaya beribadah kepada-Nya. Hal ini diterangkan juga dalam hadis Qudsi yang diriwayatkan oleh Mujahid, yang berbunyi sebagai berikut:


كنت كنزا مخفيا فأردت أن أُعْرَفَ فخلقت الخلق فبي عرفوني

Aku laksana perbendaharaan yang tersembunyi, lalu Aku ingin supaya diketahui, maka kujadikanlah makhluk, maka dengan adanya (ciptaan-Ku) itulah mereka mengetahui-Ku.
(lihat Tafsir AI Maragi hal. 13, juz 27, jilid IX).

Juga sesuai dengan firman Allah SWT:
وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لا إِلَهَ إِلا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Tidaklah mereka itu diperintahkan untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (Q.S. At Taubah: 31)
Pendapat tersebut sama dengan pendapat Az-Zajjaj, tetapi ahli tafsir yang lain berpendapat bahwa maksud ayat tersebut ialah bahwa Allah SWT tidak menjadikan jin dan manusia kecuali untuk tunduk kepada-Nya dan untuk merendahkan diri. Maka setiap makhluk, baik jin atau manusia wajib tunduk kepada peraturan Allah, merendahkan diri terhadap kehendak-Nya. Menerima apa yang Ia takdirkan, mereka dijadikan atas kehendak-Nya dan diberi rezeki sesuai dengan apa yang telah Ia tentukan. Tak seorang pun yang dapat memberikan manfaat atau mendatangkan mudarat karena kesemuanya adalah dengan kehendak Allah SWT.

F.     PELAJARAN AYAT

Tujua utama diciptakannya jin dan manusia adalah supaya mereka mengenal Allah dan beribadah hanya kepada-Nya.

G.    NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM AYAT

Mengenal Allah dan beribadah kepada-Nya sepatutnya dijadikan tujuan utama pendidikan.

II.                TAFSIR SURAT ALI Imron :  137-139

A.    TEKS AYAT

قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ سُنَنٌ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ (137) هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ (138) وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (139)
B.     ARTI MUFRODAT

قَدْ خَلَتْ  : telah berlalu
 سُنَنٌ  : sunnah-sunnah Allah, maksudnya cara-cara Allah dalam menhadapi orang-orang kafir, yaitu memberi tempo kepada mereka kemudian menyiksanya.
وَهُدىً  : petunjuk, yaitu petunjuk dari kesesatan dan memberikan arahan ke jalan yang benar dan lurus.
وَمَوْعِظَةٌ  : pelajaran, yaitu yang dapat melunakkan hati untuk berpegang teguh pada ketaatan.
وَلا تَهِنُوا  : janganlah kamu bersikap lemah (dalam memerangi orang kafir)
وَلا تَحْزَنُوا  : dan janganlah (pula) kamu bersedih hati.
وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ : padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya).
إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ  : jika kamu orang-orang yang beriman (sesungguhnya).

C.    TERJEMAH AYAT

137. Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunah Allah; karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
138. (Al Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
139. Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.

D.    MUNASABAH AYAT

Sesungguhnya yang terjadi pada peristiwa perang Badar dan Uhud dan balasan bagi orang-orang yang beriman dan orang-orang kafir adalah merupakan sunnatullah pada makhluknya dengan menjelaskan hikmah dalam kemenangan dan kekalahan. Kebenaran pasti menang atas kebatilan sekalipun waktunya panjang. Hal itu telah terjadi pada pengikut para Nabi dan Rasul terdahulu. Kemenangan diberikan kepada mereka, sementara orang-orang kafir mendapatkan kebinasaan. Hal itu  sebagaimana dijanjikan Allah kepada para Rasul-Nya : [وَلَقَدْ سَبَقَتْ كَلِمَتُنا لِعِبادِنَا الْمُرْسَلِينَ، إِنَّهُمْ لَهُمُ الْمَنْصُورُونَ، وَإِنَّ جُنْدَنا لَهُمُ الْغالِبُونَ / Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada hamba-hamba Kami yang menjadi rasul, (yaitu) sesungguhnya mereka itulah yang pasti mendapat pertolongan Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang. (QS. Ash-Shaffat:171-173)].  

E.     PENJELASAN AYAT

 [قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ سُنَنٌ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ / Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunah Allah; karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (QS.Ali Imron : 137)].

Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa sunah Nya (ketentuan yang berlaku) terhadap makhluk- Nya, semenjak umat-umat dahulu kala sebelum umat Nabi Muhammad saw. tetap berlaku sampai sekarang.
Oleh karena itu. kita dituntun supaya melakukan perjalanan dan penyelidikan di bumi, sehingga kita dapat sampai kepada suatu kesimpulan, bahwa Allah dalam ketentuan-Nya telah mengikatkan antara sebab dengan musababnya. Misalnya kalau seseorang ingin jaya, maka ia harus mengusahakan sebab-sebab yang biasa membawa kepada kejayaan. Kalau ingin menang dalam peperangan hendaklah dipersiapkan segala sebab untuk mendapatkan kemenangan, baik dari segi materinya maupun dari segi taktik dan sebagainya. Kalau ingin bahagia di dunia dan akhirat,  perbuatlah sebab-sebab untuk memperolehnya, dan demikiaanlah seterusnya.
Pada ayat 137 ini, Allah menyuruh kita menyelidiki dan memperhatikan sebab-sebab ditimpakannya azab kepada orang-orang yang mendustakan kebenaran.
[هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ /(Al Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.(QS. Ali Imron : 138)].
Selanjutnya Allah menjelaskan bahwa apa yang tersebut pada ayat 137 adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran orang-orang bertakwa.
Ulama tafsir mengatakan bahwa maksud ayat ini adalah: memperingatkan kaum muslimin bahwa kekalahan mereka pada perang Uhud adalah pelajaran bagi orang-orang Islam, tentang berlakunya ketentuan sunah Allah itu.
Mereka menang pada perang Badar, karena mereka menjalankan dan mematuhi perintah Nabi saw. Pada perang Uhud pun mereka hampir saja memperoleh kemenangan tetapi oleh karena mereka lalai dan tidak lagi mematuhi perintah Nabi saw. akhirnya mereka terkepung dan diserang tentara musuh yang jauh lebih banyak jumlahnya, sehingga bergelimpanganlah puluhan kurban syuhada dari kaum muslimin, dan Nabi sendiri menderita luka dan pecah salah satu giginya
.
[وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ / Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.QS. Ali Imron : 139)]

Ayat ini menghendaki agar kaum muslimin jangan bersifat lemah dan bersedih hati, meskipun mereka mengalami kekalahan dan penderitaan yang cukup pahit pada perang Uhud, karena kalah atau menang dalam sesuatu peperangan adalah soal biasa yang termasuk dalam ketentuan Allah. Yang demikian itu hendaklah dijadikan pelajaran. Kaum muslimin dalam peperangan sebenarnya mempunyai mental yang kuat dan semangat yang tinggi jika mereka benar-benar beriman.

F.     PELAJARAN AYAT

1.      Akibat orang-orang yang mendustakan kebenaran adalah kerugian dan penderitaan.
2.      Ayat-ayat al-Qur’an mengandung petunjuk, penjelasan, dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa.
3.      Orang-orang yang beriman mempunyai derajat yang tinggi di dunia dan akhirat.

G.    NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM AYAT

1.      Mengambil pelajaran dari peristiwa-peristiwa sejarah masa lalu.
2.      Menanamkan mental spiritual dalam menghadapi lika-liku kehidupan.


(والله أعلم بالصواب)