Sabtu, 31 Maret 2012

Kedudukan Belajar-Mengajar Dalam Perspektif Tafsir Surat. Al-’Alaq : 1-5

Kedudukan Belajar-Mengajar
Dalam Perspektif Tafsir Surat Al-’Alaq : 1-5




A.    Teks Ayat

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)

B.     Arti Kosakata-Kosakata

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ
Mulailah membaca al-Qur’an dimulai dengan menyebut nama Tuhanmu, atau dengan mohon pertolongan kepada-Nya
الَّذِي خَلَقَ
Yang menciptakan segala sesuatu
خَلَقَ الْإِنْسانَ
Maksudnya : jenis manusia
مِنْ عَلَقٍ
عَلَقٍ Jama’ dari  علقة : yaitu segumpal darah yang sedikit dan beku, kalau darah itu mengalir  disebut   مسفوح
اقْرَأْ
Menguatkan perintah mebaca yang pertama
وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ
dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang kemurahannya melebihi kemurahan yang lain, dan tidak dapat ditandidngi oleh kemurahan siapapun, karena Dia memberikan nikmat tanpa tujuan apapun
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ
Mengajarkan menulis dengan pena, dan yang pertama sekali diajarkan menulis adalah nabi Idris as.
عَلَّمَ الْإِنْسانَ ما لَمْ يَعْلَمْ
Mengajarkan manusia dengan menciptakan berbagai potensi, menegakkan dalil,mengajakannya segala sesuatu tanpa guru seperti menulis, industri, dan lain-lain. Maksudnya adalah Dia mengajarkanmu membaca walaupun kamu tidak bisa membaca.


C.    Terjemah Ayat

1.                  Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,
2.                  Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3.                  Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
4.                  Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.
5.                  Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

D.    Sebab Turun Ayat

Dalam hadis sahih riwayat Bukhari dinyatakan bahkan Nabi SAW. datang ke gua Hira' suatu gua yang terletak di atas sebuah bukit di pinggir kota Mekah untuk berkhalwat beberapa malam. Kemudian sekembali beliau pulang mengambil bekal dari rumah istri beliau, Khadijah, datanglah jibril kepada beliau dan menyuruhnya membaca.
Nabi menjawab: "Aku tidak bisa membaca" Jibril merangkulnya sehingga Nabi merasa sesak nafas. Jibril melepaskannya; sambil berkata: "Bacalah". Nabi menjawab: "Aku tidak bisa membaca". Lalu. dirangkulnya lagi dan dilepaskannya sambil berkata: "Bacalah". Nabi menjawab: "Aku tidak bisa membaca" sehingga Nabi merasa payah, maka Jibril membacakan ayat 1 sampai ayat 5 surah Al `Alaq yang artinya:
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari (sesuatu) yang melekat. Bacalah!.
dan Tuhanmu Yang Paling Pemurah.
Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.


Lalu Nabi SAW. dengan gemetar dan ketakutan pulang menemui istri beliau dan mengatakan: "Selimutilah aku! Selimutilah aku!". Nabi terus diselimuti sehingga hilanglah kegelisahannya. Lalu beliau menceritakan kepada Khadijah apa yang terjadi dan beliau menambahkan: "Aku sangat khawatir apa yang akan terjadi atas diriku" Khadijah berkata: "Tak usah khawatir; malah seharusnya engkau gembira; demi Allah, sekali-kali Tuhan tidak akan menyusahkanmu. Engkau menghubungkan silaturrahmi, berbicara benar. membantu orang-orang yang tidak mampu, menghormati tamu dan meringankan kesulitan-kesulitan penderita".

Kemudian Khadijah membawa Nabi SAW. menemui Waraqah bin Naufal (anak paman Khadijah). Waraqah bin Naufal adalah seorang beragama Nasrani. Ia banyak menulis buku yang berbahasa Arab dan bahasa Ibrani yang berasal dari Injil. Ia adalah seorang tua lagi buta.
Khadijah berkata kepadanya: "Wahai anak pamanku, dengarlah cerita dari anak saudaramu ini!". Lalu Waraqah bertanya: "Apakah yang ingin engkau ketahui wahai anak saudaraku?". Lalu Nabi SAW. menceritakan kepadanya apa yang telah terjadi di gua Hira'. Kemudian Waraqah berkata: "Itu adalah Jibril yang pernah datang menemui Isa as : sekiranya saya ini seorang pemuda yang tangkas dan kiranya saya masih hidup ketika kaummu mengusirmu", maka Nabi bertanya: "Apakah mereka akan mengusir aku?". Jawab Waraqah: "Ya! hanya sedikit yang mengemban apa yang engkau bawa ini dan banyak yang memusuhinya, maka jika aku masih kuat hidup di waktu itu pasti aku akan membantumu sekuat-kuatnya". Tidak lama sesudah itu Waraqahpun meninggal dunia. (HR. Imam Bukhari dan Muslim)

Berdasarkan hadis tersebut jelaslah bahwa lima ayat pertama surah Al `Alaq ini adalah ayat-ayat Alqur’an yang pertama kali diturunkan sebagai rahmat dan panggilan Allah yang pertama kali yang dihadapkan kepada Nabi SAW.

Adapun ayat-ayat lainnya diturunkan sesudah tersiarnya berita kerasulan Nabi SAW. dan sesudah Nabi mulai mengajak orang-rang beriman kepadanya. Ajakan Nabi ini pada mulanya disambut oleh sebahagian kecil orang-orang Quraisy, sedang kebanyakan mereka mengejek-ejek orang yang telah beriman dan berusaha agar jangan beriman kepada agama yang di bawa Muhammad dari Tuhannya.

E.     Munasabah Ayat

Munasabah atau hubungan surat al-‘Alaq dengan surat sebelumnya adalah bahwa dalam surat sebelumnya (surat at-Tin) menyebutkan bahwa Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya; dan dalam surat ini Allah menyebutkan bahwa Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Dalam surat ini juga Allah menyebutkan keadaan di akhirat sebagaimana juga disebutkan pada surat sebelumnya.

F.     Penjelasan Ayat

1.      (اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ  / Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,): Allah menyuruh Nabi agar membaca sedang beliau tidak pandai membaca dan menulis, maka dengan kekuasaan Allah ini beliau dapat mengikuti ucapan Jibril. Dan Allah akan menurunkan kepadanya suatu Kitab yang akan menjadi petunjuk bagi manusia.
Maksudnya, bahwa Allah yang menjadikan dan menciptakan seluruh makhluk Nya dari tidak ada kepada ada, sanggup menjadikan Nabi-Nya pandai membaca tanpa belajar.

2.      (خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ / Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.) : Dalam ayat ini Allah mengungkapkan cara bagaimana ia menjadikan manusia, yaitu manusia sebagai makhluk yang mulia dijadikan Allah dari sesuatu yang melekat dan diberinya kesanggupan untuk menguasai segala sesuatu yang ada di bumi ini serta menundukkannya untuk keperluan hidupnya dengan ilmu yang diberikan Allah kepadanya. Dan Dia berkuasa pula menjadikan insan kamil di antara manusia, seperti Nabi SAW. yang pandai membaca walaupun tanpa belajar.

3.      (اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ / Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,) : Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan kembali Nabi-Nya untuk membaca, karena bacaan tidak dapat melekat pada diri seseorang kecuali dengan mengulang-ulangi dan membiasakannya, maka seakan-akan perintah mengulangi bacaan itu berarti mengulang-ulangi bacaan yang dibaca. Dengan demikian isi bacaan itu menjadi satu dengan jiwa Nabi SAW. sesuai dengan maksud firman Allah dalam ayat yang lain:
سنقرئك فلا تنسى
Artinya:
Kami akan membacakan (Alquran) kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa. (Q.S. Al 'Alaq: 6)
Nabi SAW. dapat membaca adalah dengan kemurahan Allah. Dia mengabulkan permintaan orang-orang yang meminta kepada-Nya, maka dengan limpahan karunia-Nya dijadikan Nabi-Nya pandai membaca. Dengan demikian hilanglah keuzuran Nabi SAW. yang beliau kemukakan kepada Jibril ketika menyuruh beliau membaca: "Saya tidak pandai membaca, karena saya seorang buta huruf  yang tak pandai membaca dan menulis".

4.      (الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ / Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.) : Kemudian dengan ayat ini Allah menerangkan bahwa Dia menyediakan kalam sebagai alat untuk menulis, sehingga tulisan itu menjadi penghubung antar manusia walaupun mereka berjauhan tempat. sebagaimana mereka berhubungan dengan perantaraan lisan. Kalam sebagai benda padat yang tidak dapat bergerak dijadikan alat informasi dan komunikasi, maka apakah sulitnya bagi Allah menjadikan Nabi-Nya sebagai manusia pilihan-Nya bisa membaca, berorientasi dan dapat pula mengajar.
Allah menyatakan bahwa Dia menjadikan manusia dari 'Alaq lalu diajarinya berkomunikasi dengan perantaraan kalam. Pernyataan ini menyatakan bahwa manusia diciptakan dari sesuatu bahan hina dengan melalui proses, sampai kepada kesempurnaan sebagai manusia sehingga dapat mengetahui segala rahasia sesuatu, maka seakan-akan dikatakan kepada mereka, "Perhatikanlah hai manusia bahwa engkau telah berubah dari tingkat yang paling rendah hingga tingkat yang paling mulia, hal mana tidak mungkin terjadi kecuali dengan kehendak Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana menciptakan segala sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya.

5.      (عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ / Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.) : Kemudian dalam ayat ini Allah menambahkan keterangan tentang limpahan karunia-Nya yang tidak terhingga kepada manusia, bahwa Allah yang menjadikan Nabi-Nya yang tidak terhingga kepada manusia, bahwa Allah yang menjadikan Nabi-Nya pandai membaca. Dialah Tuhan yang mengajar manusia bermacam-macam ilmu pengetahuan yang bermanfaat baginya yang menyebabkan dia lebih utama dari pada binatang-binatang, sedangkan manusia pada permulaan hidupnya tidak mengetahui apa-apa. Oleh sebab itu apakah menjadi suatu keanehan bahwa Dia mengajar Nabi-Nya pandai membaca dan mengetahui bermacam-macam ilmu pengetahuan serta Nabi SAW. sanggup menerimanya.
Dengan ayat-ayat ini terbuktilah tentang tingginya nilai membaca, menulis dan berilmu pengetahuan. Andaikata tidak karena kalam niscaya banyak ilmu pengetahuan yang tidak terpelihara dengan baik. banyak penelitian yang tidak tercatat dan banyak ajaran agama hilang pengetahuan orang dahulu kala tidak dapat dikenal oleh orang-orang sekarang baik ilmu, seni dan ciptaan-ciptaan mereka.
Demikian pula tanpa pena tidak dapat diketahui sejarah orang-orang yang berbuat baik atau yang berbuat jahat dan tidak ada pula ilmu pengetahuan yang menjadi pelita bagi orang-orang yang datang sesudah mereka. Lagi pula ayat ini sebagai bukti bahwa manusia yang dijadikan dari benda mati yang tidak berbentuk dan tidak berupa dapat dijadikan Allah menjadi manusia yang sangat berguna dengan mengajarinya pandai menulis, berbicara dan mengetahui semua macam ilmu yang tidak pernah diketahuinya.

G.    Pokok-pokok Kandungan Ayat Khususnya tentang Pendidikan dalam

1.      Menjelaskan kekuasaan Allah SWT dalam menciptakan, mengingatkan awal penciptaan manusia dari segumpal darah yang beku, basah dan tidak kering. Beberapa ayat al-Qur’an ini  adalah awal ayat yang diturunkan.
2.      Allah SWT memerintahkan kepada Rasul-Nya saw untuk membaca al-Qur’an dengan nama Tuhannya yang menciptakan yang mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
3.       Allah SWT juga memerintahkan untuk belajar membaca dan menulis, karena keduanya alat mengetahui ilmu-ilmu agama dan wahyu serta mentransformasikannya kepada manusia. Membaca dan menulis juga merupakan dasar kemajuan ilmu pengetahuan, peradaban dan kebudayaan.
4.      Di antara kemurahan Allah SWT adalah bahwa Allah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya untuk mengeluarkannya dari kegelapan kebodohan kepada cahaya ilmu pengetahuan. Sungguh Allah telah memuliakannya dengan ilmu. Dengan ilmu, bapak manusia Adam lebih istimewa dari pada manusia. Ilmu bisa diperoleh melalui pikiran, lisan, atau tulisan dengan pena. Qatadah berkata : “ Pena ada nikmat yang besar dari Allah, kalau tidak ada pena, agama tidak akan tegak, dan kehidupan tidak akan baik”.
Keutamaan menulis itu banyak, dimana Allah memberikan nikmat kepada manusia dengan menulis dan pengajaran, Allah memuji diri-Nya dengan  kemurahan, Dia berfirman : (وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ / Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam). Yakni mengajar manusia dengan perantaraan pena, atau mengajarnya menulis dengan pena. Padahal Allah SWT ketika menyebutkan banyak nikmat penciptaan,  penyempurnaan kejadian manusia, dan penyeimbangan anggota tubuh lahir dan batin, Dia mensifati diri-Nya dengan sifat kemurahan. Allah berfirman : (يا أَيُّهَا الْإِنْسانُ، ما غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ الَّذِي خَلَقَكَ، فَسَوَّاكَ فَعَدَلَكَ / Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh) mu seimbang,) QS. Al-Infithar : 6-7. Dalam hadits shahih yang artinya : “Pertama sekali yang diciptakan Allah adalah pena, lalu Allah berfirman kepada pena : ‘Tulislah’, lalu ia menulis apa yang aka erjadi sampai hari kiamat, tulisan itu ada di sisi-Nya dalam sebutan di atas ‘arasy-Nya.
Keummian (buta hurufnya) Rasulullah saw kemudian pengajarannya dari Allah membuktikan kemukjizatan-Nya di antara orang-orang Arab yang buta huruf, dan lebih menguatkan kehujjahannya.

(والله أعلم بالصواب)

Iman Kepada Kitab-Kitab Allah swt

IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SWT


A.    Kewajiban Mngimani Kitab-Kitab Samawi Dan Dalilnya

Kitab-kitab samawi yang disebutkan dalam al-Qur’an dan wajib mengimaninya secara tertib dapat disebutkan sebagai berikut:
1.      Shuhuf nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Firman Allah :
            قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى (14) وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى (15) بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (16) وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى (17) إِنَّ هَذَا لَفِي الصُّحُفِ الْأُولَى (18) صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى (19)
Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman),   Dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang.   Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi.  Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.  Sesungguhnya Ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu,  (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa.  (QS. Al-A’la/87:14-19)
2.      Taurat. Firman Allah :
إِنَّا أَنْزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ وَالْأَحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ شُهَدَاءَ فَلَا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلَا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلًا وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ
Sesungguhnya kami Telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (QS. Al-Maidah/5:44)
3.      Zabur . Firman Allah :
وَرَبُّكَ أَعْلَمُ بِمَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَقَدْ فَضَّلْنَا بَعْضَ النَّبِيِّينَ عَلَى بَعْضٍ وَآتَيْنَا دَاوُودَ زَبُورًا
Dan Tuhan-mu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di bumi. dan Sesungguhnya Telah kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain), dan kami berikan Zabur kepada Daud. (QS. Al-Isra’/17:55)
4.      Injil. Firman Allah :
وَقَفَّيْنَا عَلَى آثَارِهِمْ بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرَاةِ وَآتَيْنَاهُ الْإِنْجِيلَ فِيهِ هُدًى وَنُورٌ وَمُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرَاةِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةً لِلْمُتَّقِينَ
Dan kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. dan kami Telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Maidah/5 : 46)
5.      Al-Qur’an al-Karim. Firman Allah :  
ق وَالْقُرْآنِ الْمَجِيدِ
Qaaf, demi Al Qur’an yang sangat mulia.(QS. Qaaf/50 : 1)

Dalil  wajib beriman kepada kitab

Dalam al-Qur’an dalil wajib beriman kepada kitab dapat diklasifikasikan menjadi tiga :
1.      Perintah beriman kepada kitab. Firman Allah :
قُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami Hanya tunduk patuh kepada-Nya". (QS. Al-Baqarah/(2 :136)
Firman Allah yang lain :
قُلْ آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ عَلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَالنَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada Kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan Para Nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nyalah Kami menyerahkan diri." (QS. Ali Imran/3 : 84).
2.      Beriman kepada kitab adalah bagian dari sifat orang mu’min. Firman Allah :
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
Rasul Telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah kami Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali." (QS. Al-Baqarah/2-:285)
3.      Tidak beriman kepada kitab-kitab secara keseluruhan atau sebagian merupakan sifat orang kafir. Firman Allah :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu Telah sesat sejauh-jauhnya. (QS. An-Nisa’/4:136).
Firman Allah yang lain :
بِئْسَمَا اشْتَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ أَنْ يَكْفُرُوا بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ بَغْيًا أَنْ يُنَزِّلَ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ فَبَاءُوا بِغَضَبٍ عَلَى غَضَبٍ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ مُهِينٌ (90) وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا نُؤْمِنُ بِمَا أُنْزِلَ عَلَيْنَا وَيَكْفُرُونَ بِمَا وَرَاءَهُ وَهُوَ الْحَقُّ مُصَدِّقًا لِمَا مَعَهُمْ قُلْ فَلِمَ تَقْتُلُونَ أَنْبِيَاءَ اللَّهِ مِنْ قَبْلُ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (91)
Alangkah buruknya (hasil perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran kepada apa yang Telah diturunkan Allah, Karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya. Karena itu mereka mendapat murka sesudah (mendapat) kemurkaan. dan untuk orang-orang kafir siksaan yang menghinakan.  Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kepada Al Quran yang diturunkan Allah," mereka berkata: "Kami Hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami". dan mereka kafir kepada Al Quran yang diturunkan sesudahnya, sedang Al Quran itu adalah (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah: "Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman?". (QS. Al-Baqarah/2:90-91)
Sedangkan dalil hadits di antaranya adalah hadits Jibril.

B. Kandungan Kitab-Kitab Samawi

Secara garis besar kitab-kitab samawi mengandung tiga hal pokok, yaitu :
1.      Perintah menyembah hanya kepada Allah.  Firman Allah :
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Dan sungguhnya kami Telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu". (QS. An-Nahl/16 : 36)
Firman Allah yang lain :
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku". (QS. Al-Anbiya’/21:25)
2.      Menegakkan syari’at. Firman Allah :
شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ
Dia Telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang Telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang Telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang Telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).(QS. Asy-Syura’/42:13)
3.      Memperingatkan manusia akan hari akhirat. Firman Allah :
رَفِيعُ الدَّرَجَاتِ ذُو الْعَرْشِ يُلْقِي الرُّوحَ مِنْ أَمْرِهِ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ لِيُنْذِرَ يَوْمَ التَّلَاقِ (15) يَوْمَ هُمْ بَارِزُونَ لَا يَخْفَى عَلَى اللَّهِ مِنْهُمْ شَيْءٌ لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ (16) الْيَوْمَ تُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ لَا ظُلْمَ الْيَوْمَ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ (17)
(Dialah) yang Maha Tinggi derajat-Nya, yang mempunyai 'Arsy, yang mengutus Jibril dengan (membawa) perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, supaya dia memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan (hari kiamat).  (yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tiada suatupun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. (lalu Allah berfirman): "Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?" kepunyaan Allah yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.  Pada hari Ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya. (QS. Ghafir/40:15-17).

C. Penyimpangan (Tahrif) Kitab–Kitab Samawi Terdahulu

Dalam Al-Qur’an Allah menjelaskan kepada kita bahwa para ahli kitab telah merubah dan menyimpangkan kitab-kitab mereka, baik kaum Yahudi, maupun  Nasrani . Tentang kaum Yahudi Allah berfirman :
مِنَ الَّذِينَ هَادُوا يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَيَقُولُونَ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَاسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ وَرَاعِنَا لَيًّا بِأَلْسِنَتِهِمْ وَطَعْنًا فِي الدِّينِ وَلَوْ أَنَّهُمْ قَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَاسْمَعْ وَانْظُرْنَا لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَأَقْوَمَ وَلَكِنْ لَعَنَهُمُ اللَّهُ بِكُفْرِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُونَ إِلَّا قَلِيلًا
Yaitu orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. mereka Berkata : "Kami mendengar", tetapi kami tidak mau menurutinya. dan (mereka mengatakan pula) : "Dengarlah" sedang kamu Sebenarnya tidak mendengar apa-apa. dan (mereka mengatakan) : "Raa'ina", dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. sekiranya mereka mengatakan : "Kami mendengar dan menurut, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami", tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, Karena kekafiran mereka. mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis. (QS. An-Nisa’/4 : 46).
Sedangkan tentang kaum Nasrani, Allah berfirman :
وَإِنَّ مِنْهُمْ لَفَرِيقًا يَلْوُونَ أَلْسِنَتَهُمْ بِالْكِتَابِ لِتَحْسَبُوهُ مِنَ الْكِتَابِ وَمَا هُوَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَقُولُونَ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَمَا هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَيَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
 Sesungguhnya diantara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan: "Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah", padahal ia bukan dari sisi Allah. mereka Berkata dusta terhadap Allah sedang mereka Mengetahui. (QS. Ali Imran/3 : 78)

Beberapa bentuk tahrif (penyimpangan/perubahan ) antara lain :
1.      Tahrif (menyelewengkan) makna, sedangkan lafadznya masih tetap. Misalnya kitab Taurat menyebutkan tentang haramnya hukum riba dan kewajiban melaksanakan amanat dalam bermua’malah sesama manusia. Tetapi orang-orang Yahudi melakukan riba dalam bermua’malah serta mengambil harta orang lain dengan cara yang tidak dibenarkan sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an :
فَبِظُلْمٍ مِنَ الَّذِينَ هَادُوا حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ طَيِّبَاتٍ أُحِلَّتْ لَهُمْ وَبِصَدِّهِمْ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ كَثِيرًا (160) وَأَخْذِهِمُ الرِّبَا وَقَدْ نُهُوا عَنْهُ وَأَكْلِهِمْ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ مِنْهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا (161)
Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan atas (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan Karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah,  Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal Sesungguhnya mereka Telah dilarang daripadanya, dan Karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. kami Telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih. (QS. An-Nisa’/4:160-161).
Kemudian mereka menyelewengkan makna dalam Taurat dengan ucapannya:” Sesungguhnya riba itu tidak diperbolehkan dalam bertransaksi/mu’amalah dengan sesama bangsa Yahudi, dan wajib melaksanakan amanat dalam bertransaksi sesama mereka. Adapun bertransaksi dengan selain bangsa Yahudi maka diperbolehkan melakukan riba serta memakan hartanya.” Firman Allah :
وَمِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ إِنْ تَأْمَنْهُ بِقِنْطَارٍ يُؤَدِّهِ إِلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَنْ إِنْ تَأْمَنْهُ بِدِينَارٍ لَا يُؤَدِّهِ إِلَيْكَ إِلَّا مَا دُمْتَ عَلَيْهِ قَائِمًا ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لَيْسَ عَلَيْنَا فِي الْأُمِّيِّينَ سَبِيلٌ وَيَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Di antara ahli Kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya. yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: "Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi[206]. mereka Berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka Mengetahui. (QS. Ali-Imran/3: 75)

2.      Tahrif (penyelewengan) dengan cara merubah dan menambah.                                     Bangsa Yahudi menambah-nambah Taurat dengan berbagai cerita dan dongeng yang sangat kontradiksi dengan aqidah/keyakinan yang benar tentang Allah dan para rasul, di mana  di dalamnya terdapat  penyamaan Allah dengan manusia, menjelek-jelekkan para nabi dengan menyandarkan sifat yang mengurangi kemuliaan nabi dan bertentangan dengan kehormatannya.                 
Contoh:
-          Ucapan mereka tentang Allah, bahwa Allah merasa khawatir akan kekuasaan-Nya setelah dimakannya pohon haram yang menurut mereka sebagai pohon “ma’rifah” (pengetahuan). Lalu Allah khawatir bila nanti manusia juga akan memakan “pohon kehidupan “ (syajaroh al-hayah ), sehingga manusia dapat hidup abadi. Oleh karena itu Allah mengusirnya dari surga. Kemudian, Dia membuat benteng yang kuat di sekitar pohon kehidupan tersebut agar manusia tidak dapat sampai kepadanya.

-          Allah murka kepada Bani Israil  karena banyaknya dosa yang dilakukan, kemudian Allah bersumpah akan menghancurkan mereka, lalu nabi Musa memohon untuk mengurungkan niat tersebut hingga pada akhirnya Allah pun mengampuni dan menyesali  niat-Nya yang akan membinasakan Bani Israil tersebut.

-  Ucapan mereka yang menginjak–injak kehormatan para nabi, antara lian :
a.       Nabi Ibrahim alaihissalam adalah pendusta.
b.      Nabi Luth melakukan perzinahan dengan anaknya.
c.       Nabi Harunlah yang mengajak Bani Israil menyembah anak sapi.
d.      Nabi Daud pernah berzina.
e.       Nabi Sulaiman menyembah berhala karena menyenangkan isterinya.

Sedangkan dalam Injil, orang-orang Nasrani menganggap Nabi Isa adalah anak Allah sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an :
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ (72) لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلَّا إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (73)
Sesungguhnya Telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al masih putera Maryam", padahal Al masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.  Sesungguhnya kafirlah orang0orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa. jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (QS. Al-Maidah/5 : 72-73)
Al-Qur’an menjawab mereka :
وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ (116) مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلَّا مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ (117)
Dan (Ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putera Maryam, Adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah Aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah?". Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). jika Aku pernah mengatakan Maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan Aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha mengetahui perkara yang ghaib-ghaib".  Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah Aku menjadi saksi terhadap mereka, selama Aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang Mengawasi mereka. dan Engkau adalah Maha menyaksikan atas segala sesuatu. (QS. Al-Maidah/5:116-117)
Di antara bukti penyelewengan injil :
-          Adanya pertentangan di antara empat injil.
-          Pihak gereja melarang menggunakan Injil Barnabas yang di dalamnya ada penjelasan bahwa Nabi Isa adalah sebagai rasul, bukan sebagai Tuhan, juga ada berita tentang diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam setelahnya.

3.      Tahrif dengan cara menyembunyikan.
    a.  Menyembunyikan hukum syari’at
      Dari Abdullah bin Ummar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahi ‘alaihi wasallam didatangi seoarang laki-laki dan seorang  perempuan Yahudi yang telah berzina. Rasulullah pun pergi hingga mendatangi kaum Yahudi. Nabi berkata: “Apa yang kalian temukan dalam taurat tentang zina ? Mereka menjawab : “Wajah kedua pelaku zina dihitamkan serta disumpah dan diarak “ . Nabi berkata :”Bawalah Taurat jika kalian memang benar“. Lalu mereka datang dengan Taurat kemudian membacanya hingga ketika lewat pada ayat tentang hukum rajam tersebut, orang yang membacanya meletakkan tangannya di atas ayat tentang hukuman rajam tersebut dan hanya membaca ayat antara depan dan belakang tangannya. Maka Abdullah bin Salam pun yang saat itu bersama Rasulullah berkata : “Perintahkanlah ia dan angkatlah tangannya!”. Maka diangkatlah tangannya dan ternyata di bawahnya terdapat ayat tentang hukum rajam. Maka Rasulullah pun memerintahkan kedua pelaku dengan hukum rajam”. (HR Buhkari dan Muslim, sedangkan lafaznya riwayat Muslim)

b. Menyembunyikan isyarat berita diutusnya Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Mereka berusaha menghapus segala nash yang menyebutkan secara tegas tentang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kitab mereka serta menyembunyikannya dari manusia. Namun demikian, isyarat-isyarat tentang itu masih tetap ada dalam kitab Taurat dan Injil yang tidak dapat ditafsirkan ke pengertian lain kecuali tentang kedatangan Rasulullah. Firman Allah :
وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ
Dan (Ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, Sesungguhnya Aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan Kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)." Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata." (QS. Shaf/61 : 6)
Pada tahun 1365 H/ 1945 M harian Al-Ahram di Mesir menurunkan berita pada salah satu halamannya : Telah ditemukan di Dir San Katreen Sinai satu manuskrip Taurat lama yang di dalamnya menyebutkan tentang Nabi Muhammad SAW, kemudian manuskrip ini hilang dan tidak ditemukan lagi”.

D. Kedudukan Al Qur’an di antara Kitab-kitab terdahulu

Kedudukan al-Qur’an di antara kitab-kitab terdahulu dapat disimpulkan dalam beberapa hal di bawah ini :    
1.  Al- Qur’an menghapus kitab terdahulu, baik secara lafadz maupun hukum, karena :
a.      Di dalam kitab-kitab tersebut terjadi tahrif (penyimpangan dan perubahan).
b.      Hukumnya bersifat khusus bagi kaum Israil dan terbatas pada zaman  tertentu.
Dalil tentang Al-Qur’an menghapus kitab terdahulu adalah perintah Allah Ta’ala kepada Rasul agar berhukum dengan Al-Qur’an dalam memutuskan perkara manusia yang berbeda agamanya. Firman Allah :
إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِتَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ بِمَا أَرَاكَ اللَّهُ وَلَا تَكُنْ لِلْخَائِنِينَ خَصِيمًا
Sesungguhnya kami Telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang Telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), Karena (membela) orang-orang yang khianat. (QS. An-Nisa’/4 : 105)
2.            Sifat isinya yang merangkum kitab-kitab terdahulu. Firman Allah :
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

Dan kami Telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang Telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang. sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang Telah kamu perselisihkan itu, (QS. Al-Maidah/5:48).
3.            Sifatnya yang umum bagi seluruh manusia di setiap  tempat dan waktu. Firman Allah :
تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا
Maha Suci Allah yang Telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam, (QS. Al-Furqan/25:1)
4.            Al-Qur’an mencakup dasar-dasar petunjuk manusia beserta cabang-cabangnya. Firman Allah :
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيرًا مِمَّا كُنْتُمْ تُخْفُونَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ (15) يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (16)
Hai ahli kitab, Sesungguhnya Telah datang kepadamu Rasul kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya Telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan.  Dengan Kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.   (QS. Al-Maidah/5:15-16).
5.            Allah berjanji akan menjaganya. Firman Allah :
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al-Hijr/15:9).
Adapun wujud janji Allah tersebut adalah sebagai berikut :
a.       Adanya umat yang kuat hafalannya.
b.      Menghafalnya mudah. Firman Alah :
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran? (QS. Al-Qamar/54:17)
c.       Adanya umat yang mapan di muka bumi
d.      Adanya para penghafal dalam setiap abad yang mengecek dengan detail setiap           tulisan yang ditulis dalam lembaran-lembaran.

E. Konsekwensi Iman kepada Al-Qur’an

Setelah diuraikan di atas  bahwa kitab-kitab terdahulu telah mengalamai penyimpangan bahkan di antara kitab-kitab itu sudah  tidak ada wujudnya lagi, maka seorang mukmin harus beriman bahwa hanya al-Qur’an lah satu-satunya kitab Allah   yang musih murni yang bisa dijadikan pedoman hidup. Namun keimanan ini tidak cukup hanya diucapkan, melainkan menuntut adanya konsekwensi. Konsekwensi itu adalah :
1.      Mempelajari dan mengajarkannya, baik secara tilawah, memahami, melaksanakan dan    menghafal. Firman Allah :
مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِي مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." akan tetapi (Dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, Karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.(QS. Ali Imran/3:79)
Sabda Rasulullah saw. :
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya. (HR. Bukhari, Abu Daud dan Tirmidzi)

2.      Menjadikannya sebagai pedoman membina  jiwa dan diri. Firman Allah :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
Hai manusia, Sesungguhnya Telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus/10 : 57)

3.      Menerima dan tunduk akan hukum-hukumnya. Firman Allah :
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya Telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya Maka sungguhlah dia Telah sesat, sesat yang nyata. (QS. Al-Ahzab/33 : 36)
Firman Allah yang lain :
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, Kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (QS. An-Nisa’/4 : 65)
  
4.      Mengajak / mendakwahkan orang lain kepada AlQur’an. Firman Allah :
إِنَّا أَنْزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ وَالْأَحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ شُهَدَاءَ فَلَا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلَا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلًا وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ (44) وَكَتَبْنَا عَلَيْهِمْ فِيهَا أَنَّ النَّفْسَ بِالنَّفْسِ وَالْعَيْنَ بِالْعَيْنِ وَالْأَنْفَ بِالْأَنْفِ وَالْأُذُنَ بِالْأُذُنِ وَالسِّنَّ بِالسِّنِّ وَالْجُرُوحَ قِصَاصٌ فَمَنْ تَصَدَّقَ بِهِ فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَهُ وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (45) وَقَفَّيْنَا عَلَى آثَارِهِمْ بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرَاةِ وَآتَيْنَاهُ الْإِنْجِيلَ فِيهِ هُدًى وَنُورٌ وَمُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرَاةِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةً لِلْمُتَّقِينَ (46) وَلْيَحْكُمْ أَهْلُ الْإِنْجِيلِ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فِيهِ وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (47)
Sesungguhnya kami Telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.
Dan kami Telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya. barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, Maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.
Dan kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. dan kami Telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.
Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah didalamnya. barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik. (QS. Al-Maidah/5:44-47)
5.      Membumikannya (menegakkannya di atas permukaan bumi .Firman Allah :
اللَّهُ الَّذِي أَنْزَلَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ وَالْمِيزَانَ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ قَرِيبٌ
 Allah-lah yang menurunkan Kitab dengan (membawa) kebenaran dan (menurunkan) neraca (keadilan). dan tahukah kamu, boleh jadi hari kiamat itu (sudah) dekat ? (QS. Asy-Syura’/42:17)

F. Pengaruh Beriman Kepada Kitab-Kitab

1.      Mengetahui bagaimana pedulinya Allah terhadap hamba-Nya dengan menurunkan kitab sebagai petunjuk bagi seluruh umat.
2.      Mengetahui hikmah dan kebijakan Allah dalam memberikan hukum yang selalu sesuai dengan tabiat dan kondisi umat manusia. Firman Allah :
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
Dan kami Telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian[421] terhadap kitab-kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang Telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu[422], kami berikan aturan dan jalan yang terang. sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang Telah kamu perselisihkan itu. (QS. Al-Maidah/5:48).
3.      Bersyukur  kepada Allah.