LAA
ILAAHA ILLALLAH (لا اله الا الله )
KEUTAMAAN,
MAKNA DAN SYRAT-SYARATNYA
A.
Ketumaan لااله
الا الله
1.
Dzikir dan yang paling utama dan berbobot.
Sabda
Rasulullah saw. :
وعن أبي سعيد الخدري عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : « قَالَ
مُوْسَى : يَا رَبِّ ، عَلِّمْنِي شَيْئًا أَذْكُرُكَ وَأَدْعُوْكَ بِهِ . قَالَ :
قُلْ يَا مُوْسَى : لَا إِلَهَ إِلَّا الله ُ. قَالَ : يَا رَبِّ كُلُّ عِبَادِكَ
يَقُوْلُوْنَ هَذَا . قَالَ : يَا مُوْسَى ، لَوْ أَنَّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعَ
وَعَامِرَهُنَّ غَيْرِي ، وَالأَرْضِيْنَ السَّبْعَ فِي كِفَّةٍ ، وَلَا إِلَهَ
إِلَّا الله ُفِي كِفَّةٍ ، مَالَتْ بِهِنَّ لا إله إلا الله » رَوَاهُ ابْنُ
حِبَّان ، وَالحْاَكِمُ وَصَحَّحَهُ .
Sabda Rasulullah saw. : “ Sesungguhnya Musa
a.s. berkata : Wahai Rabbku, ajarkanlah kepadaku sesuatu yang dengannya aku
dapat mengingat dan berdo’a kepadaMu. Allah berfirman : Hai Musa, ucapkanlah
laa ilaaha illallah. Musa berkata : Wahai Rabbku semua hambaMu mengucapkan ini.
Allah berfirman : Hai Musa, ucapkankanlah laa ilaaha illallah. Musa mengucapkan
: Laa ilaaha illallah, saya hanya ingin
sesuatu yang khusus bagi saya. Allah berfirman : Hai Musa, seandainya tujuh
lapis langit dan tujuh lapis bumi dengan segala isinya selainKu berada di satu
daun timbangan, dan laa ilaaha illallah berada di daun timbangan yang lain,
niscaya lebih berat laa ilaaha illallah. (HR. Ibnu Hibban, Hakim dan ia
menshahihkannya)
2. Mendapatkan syafa’at Rasulullah saw.
Sabda Rasulullah saw. :
أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ
الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ
نَفْسِهِ . ( رواه البخارى )
Orang yang paling bahagia mendapatkan
syafa’atku pada hari kiamat adalah
orang yang mengatakan laa ilaaha illallah murni dari hatinya. (HR.
Bukhari)
3.
Terhapusnya dosa.
Firman
Allah dalam hadits qudsi :
...
يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ
لَقِيتَنِي لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً ( روا
الترمذي ، وقَالَ : هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ
هَذَا الْوَجْهِ )
Wahai anak Adam, jika kamu datang menghadapKu
dengan membawa kesalahan sepenuh bumi dengan tidak menyekutukanKu, niscaya Aku
akan menghadapimu dengan ampunan sepenuh bumi. (HR. Tirmidzi, hadits
hasan)
4.
Menyebabkan selamat dari neraka.
Sabda Rasulullah saw. :
مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ النَّارَ (رواه مسلم)
Barangsiapa menyaksikan bahwa tidak ada ilaah
yang berhak diibadahi melainkan Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah,
maka Allah akan mengharamkan neraka atasnya. (HR. Muslim)
5.
Menyebabkan masuk syurga.
Sabda
Rasulullah saw.
مَنْ
مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ (رواه مسلم)
Tidaklah
seorang hamba mati dalam keadaan mengetahui bahwa tidak ada yang berhak
diibadahi selain Allah , kecuali ia akan masuk surga. (HR. Muslim)
B. Makna
لااله الا الله
Sebelum
membahas makna (لااله الا الله) ada baiknya terlebih dahulu membahas kata
(اله) dan (الله).
Dalam bahasa Arab, kata (ilah /اله)
adalah isim mashdar dalam arti isim maf’ul, yaitu (ma’luh/مألوه ) yang mempunyai arti معبود /ma’bud (yang
disembah/diibadahi) baik secara batil (salah) maupun secara hak (benar). Yang
diibadhai secara batil termasuk di antaranya adalah jin, malaikat, matahari,
bulan, bintang, berhala, manusia dan hawa nafsu.
Tentang
jin dan malaikat, Allah berfirman :
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا ثُمَّ يَقُولُ لِلْمَلَائِكَةِ
أَهَؤُلَاءِ إِيَّاكُمْ كَانُوا يَعْبُدُونَ (40) قَالُوا سُبْحَانَكَ أَنْتَ
وَلِيُّنَا مِنْ دُونِهِمْ بَلْ كَانُوا يَعْبُدُونَ الْجِنَّ أَكْثَرُهُمْ بِهِمْ
مُؤْمِنُونَ (41)
Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka
semuanya kemudian Allah berfirman kepada malaikat: "Apakah mereka ini
dahulu menyembah kamu?". Malaikat-malaikat itu menjawab: "Maha Suci Engkau. Engkaulah
pelindung kami, bukan mereka: bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan
mereka beriman kepada jin itu".
(QS. Saba’/34 : 40-41)
وَجَعَلُوا الْمَلَائِكَةَ الَّذِينَ هُمْ عِبَادُ الرَّحْمَنِ
إِنَاثًا أَشَهِدُوا خَلْقَهُمْ سَتُكْتَبُ شَهَادَتُهُمْ وَيُسْأَلُونَ (19)
وَقَالُوا لَوْ شَاءَ الرَّحْمَنُ مَا عَبَدْنَاهُمْ مَا لَهُمْ بِذَلِكَ مِنْ
عِلْمٍ إِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ (20)
Dan
mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah
Yang Maha Pemurah sebagai orang-orang perempuan. Apakah mereka menyaksikan
penciptaan malaikat-malaikat itu? Kelak akan dituliskan persaksian mereka dan
mereka akan dimintai pertanggung-jawaban.
Dan mereka berkata: "Jikalau Allah Yang Maha Pemurah menghendaki tentulah
kami tidak menyembah mereka (malaikat)." Mereka tidak mempunyai
pengetahuan sedikitpun tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga
belaka. (QS. Az-Zukhruf/43 : 19-20).
وَأَنَّهُۥ كَانَ رِجَالٌۭ مِّنَ
ٱلْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍۢ مِّنَ ٱلْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًۭا
Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia
meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu
menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (QS. Al-Jinn/72:6)
Tentang
matahari dan bulan Allah berfirman :
وَمِنْ آَيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا
تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ
إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Dan
sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan.
Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi
bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja
menyembah. (QS. Fushshilat/41 : 37)
Tentang
berhala, Allah berfirman :
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ آَزَرَ أَتَتَّخِذُ أَصْنَامًا
آَلِهَةً إِنِّي أَرَاكَ وَقَوْمَكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Dan
(ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar: "Pantaskah kamu
menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu
dan kaummu dalam kesesatan yang nyata". (QS. Al-An’am/6 : 74)
وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ
الْبَحْرَ فَأَتَوْا عَلَى قَوْمٍ يَعْكُفُونَ عَلَى أَصْنَامٍ لَهُمْ قَالُوا يَا
مُوسَى اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ
(138)
138.
Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka
sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani lsrail
berkata: "Hai Musa. buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala)
sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)." Musa menjawab: "Sesungguh-nya
kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)." (QS.
Al-A'rof:138)
|
Tentang
manusia yang disembah karena kediktatorannya, Allah berfirman :
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ
إِلَهٍ غَيْرِي فَأَوْقِدْ لِي يَا هَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَلْ لِي صَرْحًا
لَعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ مِنَ الْكَاذِبِينَ
Dan
berkata Fir`aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu
selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat, kemudian buatkanlah
untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan
sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang
pendusta". (QS. Al-Qashash/28 : 38)
Sedangkan
manusia yang disembah karena dikultuskan, Allah berfirman :
اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ
اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا
وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka
sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera
Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan. (QS. At-Taubah/9 : 31)
Tentang disembahnya hawa nafsu, Allah berfirman :
أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ
هَوَاهُ أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? (QS.
Al-Furqan/25 : 43)
Adapun kata (ilah /اله) dalam arti diibadahi secara hak atau
benar adalah (الله
/Allah) sebagaimana firman Allah :
اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ
الْحَيُّ الْقَيُّومُ
Allah,
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi
terus menerus mengurus (makhluk-Nya); (QS. Al-Baqarah/2 : 255)
Sedangkan (الله ) adalah
satu-satunya zat pencipta dan Mahakuasa sebagaimana disebutkan dalam ayat di
atas dan ayat-ayat lain.
Firman
Allah :
وَلَا تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا
آخَرَ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ
وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (88)
Janganlah kamu sembah di samping (menyembah)
Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nyalah segala
penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (QS. Al-Qashash/28:88)
Setelah
pembahasan kata (اله) dan
(الله) di atas dapat dijelaskan sebagai berikut
:
- لا (tidak), kata
nafi (menafikan/menidakkan).
- اله (tuhan),
manfiy (yang dinafikan/ditiadakan).
- لااله (tidak
ada tuhan), menafikan dan menghapus semua bentuk
penyembahan kepada selain Allah.
- الا الله (selain Allah), menetapkan
penyembahan (ibadah) hanya kepada Allah.
- Jadi : لااله الا الله = لاَ مَعْبُوْدَ بِحَقٍّ إِلَّا الله = Tidak ada yang berhak diibadahi selain Allah.
C. Syarat-syarat لااله
الا الله
Syarat adalah sesuatu yang tanpa keberadaannya,
maka yang disyaratkan itu menjadi tidak sempurna atau tidak dapat terealisasi.
Maka syarat laa ilaaha illallah adalah sesuatu yang tanpa keberadaannya,
maka laa ilaaha illallah itu dianggap tidak sah. Dan syaratnya laa
ilaaha illallah itu ada tujuh :
1. Al-‘Ilmu ( mengetahui makna laa ilaaha illallah
), yang menafikan al-jahl (kebodohan).
2. Al-Yaqin (meyakini makna laa ilaaha illallah ),
yang menafikan asy-syakk (keraguan).
3. Al-Ikhlash (
memurnikan ibadah kepada Allah ), yang menafikan asy-syirk
(kemusyrikan).
4. Ash-Shidqu /Kejujuran
(Sesuainya lahir dan batin ), yang menafikan an-nifaq (kemunafikan).
5. Al-Mahabbah (cinta
), yang menafikan al-bughdhu (kebencian).
6.
Al-Inqiyaad (ketundukan), yang menafikan at-tark
(meninggalkan).
7. Al-Qabul (penerimaan ), yang menafikan ar-rodd
(penolakan)
Adapun
rinciannya adalah sebagai berikut :
Syarat Pertama : al-‘Ilmu (mengetahui). Yaitu
mengetahui makna dan maksud laa
ilaaha illallah dengan kedua dimensinya; penafian dan penetapan. Yaitu
bahwa ia harus mengetahui dimensi penafian dalam muatan kalimat laa ilaaha
illallah, yang dalam hal ini adalah penafian semua bentuk peribadahan atau
sembahan selain Allah; dan dimensi penetapan, yang dalam hal ini adalah
penetapan hak ibadah bagi Allah semata.
Firman Allah :
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ
Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada
Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah. (QS. Muhammad/47 : 19)
Lawan
dari pengetahuan ini adalah ketidaktahuan akan makna laa ilaaha illallah.
Syarat
kedua : al-Yaqin (yakin). Yaitu mengetahui dengan sempurna makna laa
ilaaha illallah tanpa sedikit pun keraguan terhadap makna tersebut. Jadi
keimanannya tidak mengandung sesuatu yang bertentangan dengan dalam hatinya.
Allah berfirman :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ
آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا
Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah
orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak
ragu-ragu... (QS. Al-Hujurat/49 : 15)
Lawan
yakin adalah keraguan.
Syarat
ketiga : al-ikhlash (keikhlasan). Kata ini diambil dari kata al-laban al-khalish
(susu murni) yang tidak lagi dicampuri kotoran yang merusak kemurnian dan
kejernihannya. Maka ikhlas berarti membersihkan hati dari segala sesuatu yang
bertentangan dengan makna laa ilaaha illallah. Allah berfirman :
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا
اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agama dengan lurus. (QS. Al-Bayyinah/98 : 5)
الَّذِينَ آَمَنُوا وَلَمْ
يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur
adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang
mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
(QS. Al-An’am/6 : 82)
Lawan
keikhlasan adalah syirik.
Syarat
keempat : ash-shidqu (kejujuran). Yaitu bahwa lahirnya tidak menyalahi batinnya.
Keduanya harus saling sesuai dan sejalan; yaitu antara lahir dan batinnya,
antara ilmu dan amalnya, antara apa yang ada dalam hatinya dan apa yang
dikerjakan oleh raganya. Maka tidak boleh ada sesuatu yang dikerjakan oleh raga
yang menyalahi apa yang diyakini oleh hati. Allah berfirman :
مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ
صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ
وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا
Di antara orang-orang mu'min itu ada
orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di
antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang
menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah (janjinya). (QS.
Al-Ahzab/33 : 23)
Lawan
kejujuran adalah an-nifaq (kemunafikan), yaitu menampakkan sesuatu yang
sebenarnya tak ada dalam batinnya, atau bahwa ia menyimpan kekufuran dalam
batinnya tetapi ia menampakkan iman dalam lisan dan raganya.
Syarat
kelima : al-Mahabbah (cinta). Yaitu mencintai Allah dan Rasul-Nya, mencintai
ilmu dan amal yang dicintai Allah dan Rasul-Nya, serta mencintai orang-orang
yang beriman. Allah berfirman :
وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ
Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta
kepada Allah. (QS. Al-Baqarah/2 : 165)
قُلْ إِنْ كَانَ آَبَاؤُكُمْ
وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ
اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا
أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا
حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ
الْفَاسِقِينَ
Katakanlah: "Jika bapa-bapa, anak-anak,
saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu
usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat
tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya
dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.
(QS. At-taubah/9 : 24)
Cinta
juga harus disertai kebencian. Yaitu kebencian terhadap segala sesuatu yang
bertentangan dengan laa ilaaha illallah, terhadap semua ilmu dan amal
yang dibenci Allah dan Rasulul-Nya, serta membenci orang-orang yang membenci
Allah dan Rasul-Nya.
Lawan
dari cinta adalah benci terhadap kalimat laa ilaaha illallah, terhadap
orang-orang yang berpegang teguh dengan kalimat ini, serta benci terhadap
Islam.
Syarat
keenam : al-Inqiyaad (ketundukan). Yaitu tunduk dan menyerahkan diri kepada Allah
dan Rasul-Nya secara lahir dengan mengamalkan semua perintahnya dan
meninggalkan semua larangan-Nya. Allah berfirman :
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ
الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ
أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Sesungguhnya jawaban orang-orang mu'min, bila
mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di
antara mereka ialah ucapan." "Kami mendengar dan kami patuh."
Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. An-Nur/24 : 51)
Lawan
dari ketundukan adalah meninggalkan. Yaitu meninggalkan apa yang dibawa oleh
Rasulullah saw. Allah berfirman :
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ
فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
…maka hendaklah orang-orang
yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang
pedih. (QS. An-Nur/24 : 63)
Syarat ketujuh : al-Qabul (penerimaan). Yaitu kerendahan dan ketundukan serta penerimaan hati
terhadap segala sesuatu yang datang dari Allah dan Rasul-Nya yang membuahkan
ketaatan dan ibadah kepada Allah SWT. dengan jalan meyakini bahwa tak ada yang
dapat menunjuki dan menyelamatkannya kecuali ajaran yang datang dari syari’at
islam. Allah berfirman :
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا
مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ
الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ
Dan tidaklah patut bagi laki-laki
yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan
Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang
lain) tentang urusan mereka. (QS. Al-Ahzab/33 : 36)
Lawan dari penerimaan adalah penolakan. Yaitu bahwa menolak dan
berpaling dari ajaran-ajaran rasulullah saw.
dengan hatinya, sehingga ia tidak ridha dan tidak menerima ajaran-ajaran
tersebut.
( والله
أعلم بالصواب )
alhamdulillah materi yang sangat bermanfaat syurkon katsiro
BalasHapusalhamdulillah...
BalasHapusijin share
ijin copas
BalasHapusijin copas Boss
BalasHapusIjin copas, dan berbagi ilmu.terima kasih.
BalasHapusIjinkan men-copas, insyaa Allah manfaat dunia dan akherat
BalasHapusAlhamdulillah....
BalasHapus