SUBYEK PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF
TAFSIR SURAT AR-ROHMAN: 1-4, AN-NAHL : 43-44
I. TAFSIR SURAT AR-RAHMAN ; 1-4
A. TEKS AYAT
الرَّحْمَنُ (1) عَلَّمَ الْقُرْآنَ (2) خَلَقَ الْإِنْسَانَ (3) عَلَّمَهُ الْبَيَانَ (4)
B. ARTI KOSAKATA
الرَّحْمَنُ : salah satu nama Allah.
عَلَّمَ الْقُرْآنَ : yakni Allah mengajarkan al-Qur’an kepada hamba-Nya yang Dia kehendaki.
خَلَقَ الْإِنْسَانَ : yakni menciptakan jenis manusia.
عَلَّمَهُ الْبَيَانَ : mengajarkan manusia pandai berbicara, yaitu mengungkapkan apa yang tergores dalam jiwa dengan salah satu bahasa. Ini diajarkan Allah, kalau tidak diajarkan Allah manusia tidak akan bisa berbicara.
C. TERJEMAH AYAT
1. (Tuhan) Yang Maha Pemurah,
2. Yang telah mengajarkan Al Qur'an.
3. Dia menciptakan manusia,
4. Mengajarnya pandai berbicara.
D. PENJELASAN AYAT
(الرَّحْمَنُ (1) عَلَّمَ الْقُرْآنَ (2)/ (Tuhan) Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan Al Qur'an).
Pada ayat ini Allah yang Maha Pemurah menyatakan bahwa Dia telah mengajar Muhammad saw al-Qur’an dan Muhammad telah mengajarkan umatnya. Ayat ini turun sebagai bantahan bagi penduduk Mekah yang mengatakan:
إِنَّمَا يُعَلِّمُهُ بَشَرٌ
Sesungguhnya al-Qur’an itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)".
(Q.S. An Nahl: 103)
Oleh karena isi ayat ini mengungkapkan beberapa nikmat Allah atas hamba-Nya, maka surah ini dimulai dengan menyebut nikmat yang paling besar faedahnya dan paling banyak manfaatnya bagi hamba-Nya, yaitu nikmat mengajar Al-Qur’an. Maka manusia dengan mengikuti ajaran Al-Qur’an akan berbahagialah di dunia dan di akhirat dan dengan berpegang teguh pada petunjuk-petunjuk Nya niscaya akan tercapailah tujuan di kedua tempat tersebut. Al-Qur’an adalah induk kitab-kitab samawi yang diturunkan kepada sebaik-baik makhluk Allah yang berada di bumi ini.
(Q.S. An Nahl: 103)
Oleh karena isi ayat ini mengungkapkan beberapa nikmat Allah atas hamba-Nya, maka surah ini dimulai dengan menyebut nikmat yang paling besar faedahnya dan paling banyak manfaatnya bagi hamba-Nya, yaitu nikmat mengajar Al-Qur’an. Maka manusia dengan mengikuti ajaran Al-Qur’an akan berbahagialah di dunia dan di akhirat dan dengan berpegang teguh pada petunjuk-petunjuk Nya niscaya akan tercapailah tujuan di kedua tempat tersebut. Al-Qur’an adalah induk kitab-kitab samawi yang diturunkan kepada sebaik-baik makhluk Allah yang berada di bumi ini.
(خَلَقَ الْإِنْسَانَ (3) عَلَّمَهُ الْبَيَانَ (4)/ Dia menciptakan manusia, Mengajarnya pandai berbicara)
Dalam ayat ini Allah menyebutkan nikmat kejadian manusia yang menjadi dasar semua persoalan dan pokok segala sesuatu. Sesudah Allah menyatakan nikmat mengajar Al-Qur’an pada ayat yang lalu, maka pada ayat ini Dia menciptakan jenis makhluk-Nya ini dan diajarkan-Nya pandai membicarakan tentang apa yang tergores dalam jiwanya dan apa yang terpikir oleh otaknya, kalaulah tidak, mungkin tentu Muhammad tidak akan mengajarkan Al-Qur’an kepada umatnya.
Manusia adalah makhluk yang berbudaya, tidak dapat hidup kecuali dengan berjamaah, maka haruslah ada alat komunikasi yang dapat menghubungkan antara ia dengan saudaranya yang menulis kepadanya dari penjuru dunia yang jauh dan dari benua-benua serta dapat memelihara ilmu-ilmu terdahulu untuk dimanfaatkan oleh orang-orang kemudian dan menambah kekurangan-kekurangan yang terdapat dari orang-orang terdahulu.
Ini adalah suatu anugerah rohaniah yang sangat tinggi nilainya dan tidak ada bandingannya dalam hidup, dari itu nikmat ini didahulukan sebutannya dari nikmat-nikmat lainnya.
Pertama-tama dimulai dengan sesuatu yang harus dipelajari, yaitu Al-Qur’an yang menjamin kebahagiaan, lalu diikuti dengan belajar kemudian ketiga cara dan metode belajar, dan seterusnya berpindah kepada membacakan benda-benda angkasa yang diambil manfaat dari padanya.
Manusia adalah makhluk yang berbudaya, tidak dapat hidup kecuali dengan berjamaah, maka haruslah ada alat komunikasi yang dapat menghubungkan antara ia dengan saudaranya yang menulis kepadanya dari penjuru dunia yang jauh dan dari benua-benua serta dapat memelihara ilmu-ilmu terdahulu untuk dimanfaatkan oleh orang-orang kemudian dan menambah kekurangan-kekurangan yang terdapat dari orang-orang terdahulu.
Ini adalah suatu anugerah rohaniah yang sangat tinggi nilainya dan tidak ada bandingannya dalam hidup, dari itu nikmat ini didahulukan sebutannya dari nikmat-nikmat lainnya.
Pertama-tama dimulai dengan sesuatu yang harus dipelajari, yaitu Al-Qur’an yang menjamin kebahagiaan, lalu diikuti dengan belajar kemudian ketiga cara dan metode belajar, dan seterusnya berpindah kepada membacakan benda-benda angkasa yang diambil manfaat dari padanya.
E. PELAJARAN AYAT DAN KAITANNYA DENGAN SUBYEK PENDIDIKAN
Pelajaran yang terkandung dalam ayat adalah :
1. Dalam surat ar-Rahman Allah Yang Maha Pemurah menyebutkan berbagai nikmat yang besar baik nikmat agama, dunia, dan akhirat. Setelah menyebutkan setiap nikmat Allah berfirman (فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُما تُكَذِّبانِ /Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?), untuk mengingatkan manusia atas nikmat yang diberikan Allah kepadanya, menumbuh kembangkan rasa takut pada dirinya, dan menghina orang yang mengingkari nikmat tersebut.
2. Nikmat pertama yang Allah sebutkan adalah nikmat yang paling besar dan paling agung, yaitu nikmat diturunkannya al-Qur’an sebagai pedoman bagi kehidupan manusia.
3. Nikmat yang kedua dan ketiga adalah diciptakannya jenis manusia untuk memakmurkan bumi ini, dan diajarkannya berbicara dan memahami. Inilah di antara kelebihan manusia dari makhluk lain.
Kaitannya dengan subyek pendidikan adalah bahwa dari empat ayat di atas kita mendapatkan pelajaran bahwa Allah adalah sebagai pelaku/subyek pendidikan, yaitu yang mengajarkan manusia al-Qur’an sebagaimana mengajarkannya juga pandai berbicara. Kemudian Rasulullah saw mwngajrkan al-Qur’an kepada umatnya.
Di surat lain, Allah mengajarkan al-Qur’an kepada Rasulullah saw melalui Malaikat Jibril as. Oleh karena itu Jibril juga termasuk pelaku pendidikan, sebab ia mengajarkan al-Qur’an kepada Nabi Muhammad saw. Firman Allah :
وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَى (1) مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى (2) وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (3) إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى (4) عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَى (5) ذُو مِرَّةٍ فَاسْتَوَى (6) وَهُوَ بِالْأُفُقِ الْأَعْلَى ... الآيات
Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli. sedang dia berada di ufuk yang tinggi. (QS. An-Najm : 1-7) ... dan ayat seterusnya.
Setelah al-Qur’an atau ilmu diterima seseorang, maka selanjutnya orang itu mengajarkannya kepada orang lain. Dalam surat al-Kahfi Allah mengkisahkan seorang hamba-Nya (Khidhr) mengajarkan ilmu kepada Nabi Musa as. Firman-Nya :
فَوَجَدَا عَبْدًا مِنْ عِبَادِنَا آتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْمًا (65) قَالَ لَهُ مُوسَى هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَى أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا (66) قَالَ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا (67) وَكَيْفَ تَصْبِرُ عَلَى مَا لَمْ تُحِطْ بِهِ خُبْرًا (68) قَالَ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ صَابِرًا وَلَا أَعْصِي لَكَ أَمْرًا (69) قَالَ فَإِنِ اتَّبَعْتَنِي فَلَا تَسْأَلْنِي عَنْ شَيْءٍ حَتَّى أُحْدِثَ لَكَ مِنْهُ ذِكْرًا (70)
Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" Dia menjawab: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun". Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apa pun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu". (QS. Al-Kahfi : 65-70)
Dan pada ayat lain Allah memerintahkan kepada orang yang tidak tahu bertanya kepada orang yang berilmu, firman-Nya :
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ (43) بِالْبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ (44)
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui, keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan, (QS. An-Nahl : 43-44)
Jadi di sini subyek (pelaku) pendidikan adalah Rasulullah saw dan orang-orang yang berilmu.
Dari sisi lain kita juga mendapatkan pelajaran bahwa kebenaran itu bersumber dari Allah swt. Allah mengajarkannya kepada Rasul-Nya melalui Malaikat Jibril. Orang yang mencari kebenaran harus memastikan bahwa kebenaran itu bersumber kepada Allah dan Rasul-Nya.
II. TAFSIR SURAT AN-NAHL : 43-44
A. TEKS AYAT
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ (43) بِالْبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ (44)
B. ARTI KOSAKATA
رِجالًا : kecuali orang-orang lelaki, bukan malaikat. Ini merupakan bantahan terhadap orang-orang Quraisy yang mengatakan : Allah lebih agung dari pada rasul-Nya seorang manusia. Dan ini juga merupakan dalil yang tegas kenabian tidak diberikan kecuali kepada orang laki-laki, tidak ada nabi dari kalangan wanita.
أَهْلَ الذِّكْرِ : orang yang mempunyai pengetahuan, yaitu ulama ahlul kitab yang mengetahui taurat dan injil.
إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ : jika kamu tidak mengetahui, yakni jika kamu tidak mengetahui hal itu, karena mereka mengetahuinya, kalian lebih mempercayai mereka dari pada kepercayaan orang-orang yang beriman kepada Nabi Muhammad saw.
بِالْبَيِّناتِ : keterangan-keterangan (mukjizat), yakni kami mengutus mereka dengan keterangan-keterangan yaitu argumentasi-argumentasi yang jelas. Al-Bayyinah adalah mukjizat yang menunjukkan kebenaran Rasul.
الزُّبُرِ : kitab-kitab, yakni kitab-kitab syari’at dan kewajiban-kewajiban manusia.
الذِّكْرَ : al-Qur’an. Al-Qur’an dinamakan الذِّكْرَ karena ia merupakan pelajaran dan peringatan.
لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ : agar kamu menerangkan kepada umat manusia, yakni menerangkanrahasia-rahasia syariat.
ما نُزِّلَ إِلَيْهِمْ : apa yang telah diturunkan kepada mereka, yaitu al-Qur’an,
وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ : dan supaya mereka memikirkan,
C. TERJEMAH AYAT
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui, keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan,
D. PENJELASAN AYAT
Penjelasan ayat 43 :
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,
Allah SWT menyatakan bahwa Dia tidak mengutus Rasul sebelum diutusnya Nabi Muhammad saw terkecuali laki-laki yang diutusnya itu diberi wahyu. Ayat ini menggambarkan bahwa Rasul-rasul yang diutus untuk menyampaikan wahyu hanyalah laki-laki dari keturunan Adam as sehingga Muhammad saw diutus untuk membimbing umatnya agar mereka itu beragama tauhid dan mengikuti bimbingan wahyu. Maka yang pantas diutus ialah Rasul-rasul dari jenis mereka dan berbahasa seperti mereka. Pada saat Rasulullah saw diutus orang-orang Arab menyangkal bahwa Allah tidak mungkin mengutus utusan yang berasal dari manusia seperti mereka, seperti disebutkan dalam firman Allah SWT:
وَقَالُوا مَالِ هَذَا الرَّسُولِ يَأْكُلُ الطَّعَامَ وَيَمْشِي فِي الْأَسْوَاقِ لَوْلَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مَلَكٌ فَيَكُونَ مَعَهُ نَذِيرًا
Dan mereka berkata: "Mengapa Rasul ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar?. Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang malaikat agar malaikat itu memberikan peringatan bersama-sama dengan dia?". (Q.S Al Furqan: 7)
Dan firman-Nya:
أَكَانَ لِلنَّاسِ عَجَبًا أَنْ أَوْحَيْنَا إِلَى رَجُلٍ مِنْهُمْ أَنْ أَنْذِرِ النَّاسَ وَبَشِّرِ الَّذِينَ ءَامَنُوا أَنَّ لَهُمْ قَدَمَ صِدْقٍ عِنْدَ رَبِّهِمْ قَالَ الْكَافِرُونَ إِنَّ هَذَا لَسَاحِرٌ مُبِينٌ
Patutkah menjadi keheranan bagi manusia, bahwa kami mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka: "Berilah peringatan kepada manusia dan gembirakanlah orang-orang beriman bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan mereka". Orang-orang kafir berkata: "Sesungguhnya orang ini (Muhammad) benar-benar tukang sihir yang nyata". (Q.S Yunus: 2)
Mengenai penolakan orang-orang Arab pada kerisalahan Muhammad karena ia seorang manusia biasa, dapatlah diikuti sebuah riwayat dari Adh-Dhahhak yang disandarkan kepada Ibnu Abbas bahwa setelah Muhammad saw diangkat menjadi utusan, orang Arablah yang mengingkari kenabiannya, mereka berkata: "Allah SWT lebih Agung bila Rasul Nya itu bukan manusia. Kemudian turun ayat-ayat surah Yunus.
Sesudah itu Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang musyrik agar bertanya kepada orang-orang Ahli Kitab sebelum kedatangan Muhammad saw, baik kepada orang-orang Yahudi ataupun kepada orang-orang Nasrani. Apakah di dalam kitab-kitab mereka itu disebutkan suatu keterangan bahwa Allah pernah mengutus malaikat kepada mereka. Maka kalau disebutkan di dalam kitab mereka itu bahwa Allah pernah menurunkan malaikat sebagai utusan Allah bolehlah mereka itu mengingkari kerisalahan Muhammad. Akan tetapi apabila yang disebutkan di dalam kitab mereka Allah hanya mengirim utusan kepada mereka manusia yang sejenis dengan mereka maka tidak benarlah apabila orang-orang musyrik itu mengingkari kerisalahan Muhammad saw.
Sesudah itu Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang musyrik agar bertanya kepada orang-orang Ahli Kitab sebelum kedatangan Muhammad saw, baik kepada orang-orang Yahudi ataupun kepada orang-orang Nasrani. Apakah di dalam kitab-kitab mereka itu disebutkan suatu keterangan bahwa Allah pernah mengutus malaikat kepada mereka. Maka kalau disebutkan di dalam kitab mereka itu bahwa Allah pernah menurunkan malaikat sebagai utusan Allah bolehlah mereka itu mengingkari kerisalahan Muhammad. Akan tetapi apabila yang disebutkan di dalam kitab mereka Allah hanya mengirim utusan kepada mereka manusia yang sejenis dengan mereka maka tidak benarlah apabila orang-orang musyrik itu mengingkari kerisalahan Muhammad saw.
Penjelasan ayat 44 :
بِالْبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan,
Sesudah itu Allah SWT menjelaskan bahwa rasul-rasul itu diutus dengan membawa keterangan-keterangan yang membuktikan kebenarannya, yaitu mukjizat dan kita-kitab. Yang dimaksud dengan keterangan di dalam ayat ini ialah dalil-dalil yang membukakan kebenaran kerisalahannya dan di maksud dengan Az Zabur ialah kitab yang mengandung tuntunan hidup dan tata hukum yang diberikan oleh Allah kepada hamba Nya.
Dan Allah SWT menerangkan pula bahwa Dia telah menurunkan al-Qur’an kepada Nabi Muhammad saw, agar beliau memberikan penjelasan kepada manusia apa saja yang telah diturunkan kepada mereka , yaitu perintah-perintah, larangan-larangan, aturan-aturan hidup lainnya yang harus mereka perhatikan, dan kisah-kisah umat-umat terdahulu agar supaya dijadikan suri tauladan dalam menempuh kehidupan di dunia. Juga agar Nabi saw menjelaskan kepada mereka hal-hal yang mereka anggap, yaitu menjelaskan hukum-hukum yang terkandung dalam Al-Qur’an serta memerinci kandungannya yang bersifat global sesuai dengan kemampuan berpikir dan kepahaman mereka terhadap tujuan-tujuan pembentukan syar’at.
Di akhir ayat Allah SWT menandaskan agar mereka suka memikirkan kandungan isi Al-Qur’an dengan pemikiran yang jernih baik terhadap prinsip-perinsip hidup yang terkandung di dalamnya, tata aturan yang termuat di dalamnya serta tamsil ibarat yang ada di dalam ayat-ayatnya, agar mereka itu memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat,
Di akhir ayat Allah SWT menandaskan agar mereka suka memikirkan kandungan isi Al-Qur’an dengan pemikiran yang jernih baik terhadap prinsip-perinsip hidup yang terkandung di dalamnya, tata aturan yang termuat di dalamnya serta tamsil ibarat yang ada di dalam ayat-ayatnya, agar mereka itu memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat,
E. PELAJARAN AYAT DAN KAITANNYA DENGAN SUBYEK PENDIDIKAN
Pelajaran yang terkandung dalam dua ayat di atas, antara lain :
1. Wajib bertanya kepada orang yang berilmu bagi orang yang tidak tahu tentang urusan agamanya, baik itu masalah akidah, ibadah, maupun hukum.
2. As-Sunnah merupakan kebutuhan mutlak, karena as-Sunnah menjelaskan secara rinci kandungan al-Qur’an yang bersifat global dan menjelaskan makna-maknanya.
Kaitannya dengan subyek pendidikan adalah bahwa orang-orang yang berilmu dan Rasulullah saw adalah sebagai pelaku pendidikan. Orang-orang yang berilmu harus menjawab pertanyaan orang-orang yang bertanya tentang urusan agamanya, baik dalam masalah akidah, ibadah maupun masalah hukum. Juga Rasulullah saw menjelaskan secara rinci kandungan al-Qur’an yang bersifat global, dan menerangkan makna-maknanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar