‘UJUB DAN TAKABBUR
(oleh : H. Asnin Syafiuddin, Lc. MA)
A. PENGERTIAN ‘UJUB DAN TAKABBUR
Menurut Bahasa kata ‘Ujb atau I'jab bin-nafs mempunyai dua makna, yaitu :
1. Senang, menganggap baik dan tertarik. Contoh penggunaan kata I'jab dalam arti ini adalah:
· Ucapan orang Arab yang mengatakan: أَعْجَبَهُ اْلأَمْرُ . Arti dari ucapan ini adalah bahwa urusan ini telah menjadikannya senang dan ia tertarik kepadanya
· Firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah : 221: [وَلَأَمَةٌ مُؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِنْ مُشْرِكَةٍ وَلَوْ أَعْجَبَتْكُمْ
/Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik ari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu].
· Firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Maidah: 100: [قُلْ لَا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ/Katakanlah: "Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu].
· Firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Hadid : 20 : كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ [/Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan ara petani].
2. Bangga, memandang agung, memandang besar. Contoh penggunaan kata I'jab dalam arti seperti ini adalah sebagai berikut :
· Pernyataan orang Arab yang mengatakan: أَعْجَبَهُ الأمْر . Arti dari pernyataan ini adalah bahwa ia berbangga dengan urusan ini, bahwa urusan ini dipandangnya sebagai sesuatu yang agung dan besar.
· Termasuk dalam arti ini adalah saat mereka mengatakan: رَجُلٌ مُعْجِبٌ maksudnya adalah seorang lelaki yang berbangga dengan dirinya sendiri, mengagungkan dan memandang besar dirinya, bisa jadi karena faktor kebaikan yang dimilikinya ataupun karena faktor keburukan yang ada padanya.
· Termasuk dalam penggunaan kata I'jab dalam arti yang kedua ini adalah pada firman Allah SWT Q.S Al-Taubah : 25 [وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ /Dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu].
Menurut istilah para Ulama , yang dimaksud dengan ‘Ujb atau I'jab bin-nafs adalah : Rasa senang atau gembira dengan diri sendiri dan dengan segala hal yang keluar dari dirinya, baik berupa ucapan atau perbuatan tanpa disertai pelanggaran atau pelampauan batas terhadap orang lain, baik ucapan atau perbuatan yang menjadikannya senang itu berupa kebaikan ataupun keburukan, terpuji atau tidak terpuji.
Jika rasa senang itu disertai pelanggaran atau pelampauan hak orang lain dengan cara meremehkan dan menganggap kecil apa yang keluar dari mereka, maka hal ini dinamakan ghurur atau I'jab Berlebih
dan jika rasa senang tersebut disertai pelampauan dan pelanggaran hak orang lain dengan cara meremehkan kepribadian dan jati diri mereka serta merasa lebih tinggi atas mereka, maka hal ini dinamakan takabbur atau ghurur berlebih.
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN UJUB DAN TAKKABUR
1. Latar belakang awal kehidupan.
2. Sanjungan dan pujian di hadapannya yang tidak memperhatiakan Adab Islam.
Rasulullah saw mencela sanjungan dan pujian :
عَنْ هَمَّامِ بْنِ الْحَارِثِ أَنَّ رَجُلًا جَعَلَ يَمْدَحُ عُثْمَانَ فَعَمِدَ الْمِقْدَادُ فَجَثَا عَلَى رُكْبَتَيْهِ وَكَانَ رَجُلًا ضَخْمًا فَجَعَلَ يَحْثُو فِي وَجْهِهِ الْحَصْبَاءَ فَقَالَ لَهُ عُثْمَانُ مَا شَأْنُكَ فَقَالَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا رَأَيْتُمْ الْمَدَّاحِينَ فَاحْثُوا فِي وُجُوهِهِمْ التُّرَابَ. (رواه مسلم)
Dari Hammam bin al-Harits ra. bahwasanya ada seseorang lelaki yang sedang memuji Usman ra., lalu al-Miqdad menuju tempat orang tadi, kemudian berjongkok atas kedua lututnya –laki-laki itu besar- dan mulailah melempari orang itu dengan kerikil di mukanya. Usman lalu berkata padanya: "Mengapa engkau berbuat demikian?" Al-Miqdad menjawab: "Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: "Jikalau engkau semua melihat orang-orang yang suka memuji, maka lemparkanlah tanah pada muka mereka itu." (FIR. Muslim)
Sabda beliau yang lain :
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ مَدَحَ رَجُلٌ رَجُلًا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَقَالَ وَيْحَكَ قَطَعْتَ عُنُقَ صَاحِبِكَ قَطَعْتَ عُنُقَ صَاحِبِكَ مِرَارًا إِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ مَادِحًا صَاحِبَهُ لَا مَحَالَةَ فَلْيَقُلْ أَحْسِبُ فُلَانًا وَاللَّهُ حَسِيبُهُ وَلَا أُزَكِّي عَلَى اللَّهِ أَحَدًا أَحْسِبُهُ إِنْ كَانَ يَعْلَمُ ذَاكَ كَذَا وَكَذَا (رواه مسلم)
Dari Abdur Rahman bin Abu Bakrah dari bapaknya ia berkata : Seorang laki-laki memuji orang laki-laki lain di sisi Nabi saw. kemudian Nabi s.a.w.bersabda: "Celaka engkau, engkau telah mematahkan leher sahabatmu, engkau telah mematahkan leher sahabatmu –hal itu diucapkan berulang kali- . Selanjutnya sabdanya lagi: "Jikalau seseorang di antara kamu semua perlu harus memuji sahabatnya, maka hendaklah mengatakan: "Saya kira ia adalah demikian, demikian, jika ia mengetahui hal itu, dan Allah lah yang mengetahuinya (secara pasti), dan saya tidak mensucikan siapapun kepada Allah." (Muttafaq 'alaih)
3. Berteman dengan orang yang ujub
4. Terlena oleh nikmat dan melupakan Allah Maha Pemberi nikmat.
Firman Allah :
قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا وَلَا يُسْأَلُ عَنْ ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ
Karun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku". dan Apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. (QS. Al-Qashshash/28:78)
Islam menegaskan bahwa nikmat itu dari Allah SWT semata. Firman Allah :
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ
53. dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, Maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, Maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.(QS. An-Nahl : 53)
5. Mendapatkan jabatan sebelum matang dan sempurna pendidikan Islamnya.
Islam menegaskan pentingnya pendidikan sebagaimana firman Allah :
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS. At-Taubah : 122)
Firman-Nya lagi :
يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ
269. Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).
Umar bin Khattab mengatakan :
تَفَقَّهُوْا قَبْلَ أَنْ تَسُوْدُوْا
Peroleh pemahaman terlebih dahulu sebelum kalian memimpin
6. Lalai atau jahil terhadap diri sendiri.
Al-Qur’an mengingatkan manusia tentang asal muasalnya :
الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ وَبَدَأَ خَلْقَ الْإِنْسَانِ مِنْ طِينٍ (7) ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ (8)
Yang membuat segala sesutu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. (QS. As-Sajdah : 6-8)
7. Merasa berasal dari keturunan bangsawan. Firman Allah :
فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلَا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلَا يَتَسَاءَلُونَ
Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya. (QS.al-Mukminjun/23:101)
8. Terlalu berlebihan dalam memberikan penghormatan.
Rasulullah saw melarang sahabatnya beridiri ketika beliau datang atau menyanmbut kedatangannya.
عَنْ أَبِي مِجْلَزٍ قَالَ خَرَجَ مُعَاوِيَةُ عَلَى ابْنِ الزُّبَيْرِ وَابْنِ عَامِرٍ فَقَامَ ابْنُ عَامِرٍ وَجَلَسَ ابْنُ الزُّبَيْرِ فَقَالَ مُعَاوِيَةُ لِابْنِ عَامِرٍ اجْلِسْ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَمْثُلَ لَهُ الرِّجَالُ قِيَامًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ . (رواه أبو داود)
Dari Abu MaJlaz ra, ia berkata : Mu'awiyah datang pada Ibnu Zuber dan Ibnu 'Amir, lalu Ibnu 'Amir berdiri dan Ibnu Zttber duduk. Mu'awiyah berkata kepada Ibnu 'Amir : duduklah, karena saya mendengar Rasulullah saw bersabda : "Barangsiapa yalg suka orang-orang berdiri karenanya, maka silakan cari tempat duduknya di neraka". (HR.Abu Daud)
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُتَوَكِّئًا عَلَى عَصًا فَقُمْنَا إِلَيْهِ فَقَالَ لَا تَقُومُوا كَمَا تَقُومُ الْأَعَاجِمُ يُعَظِّمُ بَعْضُهَا بَعْضًا .(رواه أبو داود)
Dari Abu Umamah ra, ia berkata : Rasulullah saw datangkepada kami dengao bert"lekan pada tongkat, lalu kami berdiri menghadapnya, lalu beliau bersabda : "Janganlah kamu berdiri sebagaimana orang-orang asing berdiri, saling menghormati satu sama lain". (HR. Abu Daud)
9. Terlalu berlebihan dalam kepatuhan dan ketaatan.
Sabda Rasulullah saw. :
عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ إِلَّا أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ فَإِنْ أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلَا سَمْعَ وَلَا طَاعَةَ . (رواه مسلم)
Dari Ibnu Umar ra. dari Nabi saw., sabdanya: "Wajib atas seorang muslim untuk mendengar dan mentaati (kepada pemimpinnya), baik dalam hal yang ia senangi dan yang ia benci, melainkan jika ia diperintah untuk sesuatu kemaksiatan. Maka apabila ia diperintah untuk melakukan kemaksiatan, ia tidak boleh mendengarkan dan mentaati perintahnya itu." (Muttafaq 'alaih)
10. Lalai akan dampak yg timbul akibat membanggakan diri dan sombong.
11. Akibat sikap tawadhu’ yang berlebihan dari orang lain.
12. Menggunakan parameter yang salah dalam menilai kebenaran dan keutamaan pada manusia.
13. Terlalu membanding-bandingkan nikmat yang diperolehnya dengan nikmat orang lain.
14. Mengira nikmat itu kekal dan tidak akan lenyap.
15. Merasa diri lebih berjasa atau lebih banyak memiliki keutamaan dibandingkan orang lain.
C. FENOMENA UJUB DAN TAKKABUR.
1. Menganggap diri suci. Firman Allah : [فَلا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى/ maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa. (QS. An-Najm/53:32)]
2. Sulit menerima nasihat.
3. Senang mendengarkan cacat-cacat orang lain, terutama rekannya sendiri.
4. Bersikap angkuh ketika berjalan, seperti mendongkakan kepala atau memalingkan muka. Firman Allah : [وَلا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ/ Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. Luqman/31:18)
5. Berbuat kerusakan ketika memiliki kesempatan, menolak nasihat, dan berpaling dari kebenaran. Firman Allah : [وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللَّهَ عَلَى مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ . وَإِذَا تَوَلَّى سَعَى فِي الْأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ ./ Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang terbilang. Barangsiapa yang ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua hari, maka tiada dosa baginya. Dan barang siapa yang ingin menangguhkan keberangkatannya dari dua hari itu), maka tidak ada dosa pula baginya bagi orang yang bertakwa. Dan bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah, bahwa kamu akan dikumpulkan kepada-Nya. Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. (QS. Al-Baqarah/2:204-205)
6. Bicaranya (gaya dan isinya ) dibuat-buat.
Sabda Rasulullah saw. :
أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِشِرَارِكُمْ فَقَالَ هُمْ الثَّرْثَارُونَ الْمُتَشَدِّقُونَ
Maukah kalian aku beritahukan orang yang paling buruk di antara kalian? Yaitu orang yang yang banyak berbicara, yang menjuluru-julurkan lidahnya dalam berbicara . (HR. Ahmad)
7. Memanjangkan (menjulurkan) kain sarung atau pakaiannya dengan niat sombong dan takabbur.
8. Lebih suka jika orang lain mendekati dia dan bukan sebaliknya, atau orang lain berdiri jika menyambut kedatangannya, atau ketika dia melewati mereka.
9. Senang tampil mendahului orang lain saat berjalan atau dalam majlis atau ketika berbicara dan lain-lain.
D. CARA MENGATASI ‘UJUB DAN TAKKABUR
1. Orang tua harus menjadi contoh.
2. Selalu mengingat hakikat jiwa manusia.
3. Menerapkan adab-adab Islami dalam memuji, menghormati dan mentaati.
4. Memutuskan hubungan dengan orang yang berprilaku ‘ujub dan takabbur.
5. Senantiasa mengingat luasnya nikmat dan karunia Allah.
6. Menunda dulu untuk menduduki posisi penting.
7. Senantiasa menghadiri majlis ilmu.
8. Menjenguk mereka yang sakit, tertimpa bencana, yang tengah menghadapi sakratul maut, serta melakukan ziarah kubur.
9. Duduk bersama kaum dhu’afa, fakir miskin, orang-orang yang cacat, dan makan minum bersama mereka.
10. Menegaskan tanggung jawab pribadi tanpa melihat factor keturunan.
11. Senantiasa mencontoh kehidupan para ulama salaf.
12. Memohon pertolongan Allah.
13. Mengetahui pengaruh dan akibat yang ditimbulakn penyakit ‘ujub dan takabbur. Di antaranya :
a. Tidak dapat menilai dan mengambil suatu pelajaran.
b. Konsisten dengan aib dan kesalahan.
c. Timbulnya kegelisahan dan keresahan jiwa.
d. Dijauhi dan dibenci manusia.
e. Terhalang dari restu Allah.
f. Mendapat hukuman dan pembalasan Allah, cepat atau lambat.
(والله أعلم بالصواب)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar