AL-HIQD (DENGKI)
A. PENGERTIAN AL-HIQD (DENGKI)
Menurut bahasa, الحقد (al-hiqd) mempunyai arti : menahan dan mencegah, seperti ungkapan : حقد المطر حقدا، وأحقد , artinya hujan tertahan dan tidak turun.
Kata yang serupa dengan الحقد (al-hiqd) adalah : الضغن (adh-dhighn), الوغر (al-waghr ), الدّوى (ad-dawa’ ) , الغل (al-ghill).
الضغن (adh-dhighn), mempunyai beberapa arti : condong atau zalim, berkerumun dengan kedengkian, menolak untuk memberikan yang ada pada diri karena suatu hal.
الوغر (al-waghr ), mempunyai beberapa arti : kobaran panas yang dahsyat atau kobaran marah, penuh dengan kemarahan, suara.
الدّوى (ad-dawa’), berarti : dengki, penyakit, TBC, atau penyakit dalam yang menimpa hati.
الغل (al-ghill), berarti : tipuan, dengki dan iri.
Menurut istilah al-hiqd atau dengki dan kata lain yang semakna adalah menahan atau mengekang permusuhan dan kebencian yang ada dalam hati, karena tidak mampu menuntut balas sambil menunggu atau menanti kesempatan untuk melampiaskannya dengan bentuk apapun.
Menurut al-Jurjani : al-hiqd adalah menuntut pembalasan dendam. Bentuknya adalah jika kemarahan harus ditahan karena tidak mampu membalasnya, maka kemarahan kembali ke batin dan mengendap sehingga terbentuklah kedengkian. Atau al-hiqd berarti buruk sangka kepada makhluk karena permusuhan.
Menurut al-Ghazali, al-hiqd adalah merasa berat dan kebencian kepada seseorang yang senantiasa menetap dan kekal dalam hati.
Menurut Abdurrahman al-Maidani, al-hiqd adalah permusuhan yang terpendam dalam hati. Permusuhan adalah kebencian yang disertai keinginan untuk membalas kepada orang yang dibenci sampai batas membinasakan dan melenyapkannya dari dunia ini.
B. SIKAP ISLAM TERHADAP DENGKI
1. Dengki bukan sifat orang-orang yang beriman. Firman Allah :
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Hasyr/59:10).
2. Dengki bukan sifat penghuni surga. Firman Allah :
وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِمْ مِنْ غِلٍّ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الْأَنْهَارُ وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki Kami kepada (surga) ini. dan Kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi Kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang Rasul-rasul Tuhan Kami, membawa kebenaran." dan diserukan kepada mereka: "ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan." (QS. Al-A’raf/7 : 43)
وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِمْ مِنْ غِلٍّ إِخْوَانًا عَلَى سُرُرٍ مُتَقَابِلِينَ
dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. (QS. Al-Hijr/15 : 47)
3. Rasulullah saw melarang dan mencela sifat benci dan iri yang merupakan permulaan dan buah sifat dengki. Sabda beliau:
– لَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا / Janganlah kalian saling membenci, saling memutuskan hubungan, saling iri hati, dan saling bermusuhan. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. (HR. Bukhari dan Muslim)
– دَبَّ إِلَيْكُمْ دَاءُ الْأُمَمِ قَبْلَكُمْ الْحَسَدُ وَالْبَغْضَاءُ هِيَ الْحَالِقَةُ لَا أَقُولُ تَحْلِقُ الشَّعَرَ وَلَكِنْ تَحْلِقُ الدِّينَ/ Kalian akan dijalari penyakit umat-umat terdahulu, yaitu iri dan kebencian, sifat itu akan mencukur. Aku tidak mengatkan mencukur rambut, tapi mencukur agama. (HR. Tirmudzi dan Ahmad)
C. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEDENGKIAN
- Tidak mendapatkan suatu nikmat. Firman Allah :
وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ
dan Jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha melihat.(QS. Asy-Syura/42 : 27).
- Buruknya pembagian kekayaan dan pilih kasih dalam perlakuan.
- Tidak adanya pemeliharaan hak-hak ukhuwwah islamiyah.
- Congkak dan sombong terhadap orang lain.
- Mendengarkan pengaduan tanpa konfirmasi.
- Pemutusan hubungan.
- Pertengkaran dan perdebatan.
- Lingkungan.
- Ketidak tahuan terhadap akibat yang ditimbulkan kedengkian.
D. CARA MENGOBATI KEDENGKIAN
- Meyakini dengan sepenuhnya bahwa nikmat yang diberikan Allah kepada hamba-Nya sesuai dengan ilmu-Nya, tuntutan hikmah-Nya dan kemaslahatan hamba-Nya. (QS. Asy-Syura’/42 : 27).
- Berupaya keras untuk berlaku adil dalam pembagian dan perlakuan secara sama dalam bermuamalah. Firman Allah :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ إِنْ يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَاللَّهُ أَوْلَى بِهِمَا فَلَا تَتَّبِعُوا الْهَوَى أَنْ تَعْدِلُوا وَإِنْ تَلْوُوا أَوْ تُعْرِضُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan. (QS. An-Nisa’/4 : 135)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Maidah/5 : 8)
- Memelihara hak-hak Islam, karena hal ini berperan penting dalam memberantas kedengkian dan dampaknya. Firman Allah :
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ
29. Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. (QS. Al-Fath/48 : 29)
- Membebaskan diri dari sifat membanggakan diri, congkak, dan sombong.
- Mengkonfirmasikan segala hal yang kita lihat dan kita dengar. Firman Allah :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS. Al-Hujurat/49 : 6).
- Mengupayakan penghentian pemutusan hubungan dengan berbagai cara. Sabda Rasulullah saw. :
لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثِ لَيَالٍ يَلْتَقِيَانِ فَيُعْرِضُ هَذَا وَيُعْرِضُ هَذَا وَخَيْرُهُمَا الَّذِي يَبْدَأُ بِالسَّلَامِ
Tidak halal bagi seorang muslim memutuskan hubungan dengan saudaranya lebih dari tiga hari. Keduanya bertemu, yang ini berpaling, dan yang itu pun berpaling juga, padahal yang terbaik dari keduanya adalah yang memulai salam. (HR. Bukhari dan Muslim).
- Menyadari bahwa pertengkaran dan perdebatan hanya akan membawa pada kedengkian, kebencian dan permusuhan, karena dua orang yang bertengkar dan berdebat berusaha keras untuk mengalahkan yang lain. Ketika salah satunya kalah dan tidak mampu membalasnya, ia akan menyimpan kedengkian, kebencian dan permusuhan.
- Membersihkan lingkungan keluarga dan masyarakat dari kedengkian.
- Senantiasa mengingat penyakit dan bahayanya bagi individu dan masyarakat. Imam Ghazali menyebuntukan 8 akibat yang ditimbulkan penyakit dengki :
1) Hasud, ini mendorong orang yang dengki berkeinginan untuk melenyapkan kenikmatan yang dimiliki orang yang didengkinya.
2) Hasud yang tersimpan dalam hati menjadi bertambah, sehingga pelakunya merasa gembira bila orang yang dihasud ditimpa bencana.
3) Seseorang bersikap kasar dan memutuskan hubungan dengan orang yang dihasudi, walaupun ia berinisiatif untuk berbaikan dengannya.
4) Seseorang berpaling dari orang lain untuk melecehkannya.
5) Seseorang menceritakan orang lain dengan cara membohong, mengumpat, menyebarkan rahasianya, dan menodai kehormatannya.
6) Seseorang menirukan orang lain dengan maksud mengejek dan mengolok-oloknya.
7) Seseorang menyakiti orang lain dengan memukul tubuhnya atau menyakitinya secara fisik.
8) Seseorang menolak memenuhi hak orang lain, misalnya tidak mau membayar utang dan tidak mau bersilaturrahim.
- Melakukan introspeksi dan menyadari bahwa kedengkian kepada orang lain –karena mereka memperoleh nikmat- tidak akan dapat membendung pemberian Allah. Kedengkian yang dimaksud bermakna menentang Allah dan tidak rela terhadap qadha dan qadar Allah. Hal ini menodai pokok keimanan yang pasti menghapus amal saleh dan membuahkan murka Allah di dunia dan akhirat.
(والله أعلم بالصواب)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar