Minggu, 01 April 2012

Pendahuluan Akhlak

PENDAHULUAN  AKHLAK



A. PENGERTIAN AKHLAK

Menurut etimologi akhlak berasal dari bahasa Arab  akhlaq (أَخْلاَق) sebagi bentuk jama’ dari khuluq (خلق) yang berarti karakter dan perangai seseorang. Menurut ar-Raghib al-Ashfihani al-Khalq dan al-Khuluq memiliki asal yang sama. Tetapi al-Khalq dikhususkan pada bentuk luar yang dapat dilihat mata kepala. Sedangkan al-khuluq dikhususkan pada kekuatan dan karakter yang dapat dilihat mata hati.
Dalam terminologi  syari’at Islam, banyak definisi yang diberikan para ulama, di antaranya :
§  Menurut Imam al-Ghazali :
عبارة عن هيئة في النفس راسخة ،عنها تصدر الأفعال بسهولة ويسر من غير حاجة إلى فكر وروية
“Suatu ungkapan tentang kondisi jiwa yang melekat kuat yang dapat melahirkan perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.
Jika dari kondisi jiwa itu lahir perbuatan baik menurut akal dan syara’, maka kondisi jiwa itu dinamakan akhlak yang baik. Dan jika dari kondisi jiwa itu lahir perbuatan buruk, maka dinamakan akhlak yang buruk.

    • Menurut  al-Jahizh :
أن الخلق هو حال النفس ، بها يفعل الإنسان أفعاله بلا روية ولا اختيار
“ Akhlak adalah kondisi jiwa, dengannya seseorang melakukan perbuatannya tanpa pertimbangan dan tanpa pilihan”.

    • Menurut al-Mawardi :
غرائز كامنة ، تظهر بالاختيار ، وتقهر بالاضطرار
“Naluri yang tersimpan, nampak karena kehendak, dan tertekan (tidak nampak) karena terpaksa.”
            Ketiga definisi di atas hanya  berbeda redaksinya saja, namun pada hakekatnya sama.

B. KEDUDUKAN AKHLAK DALAM ISLAM

Akhlak dalam Islam mempunyai kedudukan yang tinggi, beberapa fakta berikut ini membuktikan pernyataan ini :
1.      Rasulullah saw menyebutkan alasan diutusnya untuk meluruskan akhlak dan menyebarkan akhlak yang mulia. Sabda Rasulullah saw.
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ  (أخرجه البخاري في الأدب المفرد وأحمد والحاكم)
            “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik”. (HR. Bukhari dalam kitab al-Adab al-Mufrad, Ahmad dan al-Hakim)
2.      Akhak yang baik termasuk yang dapat memberatkan timbangan amal kebaikan di akhirat. Sabda Rasulullah saw. :
مَا مِنْ شَيْءٍ أَثْقَلُ فِي الْمِيزَانِ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ (رواه ابو داود والترمذي)
“Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan dari pada akhlak yang baik” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
  1. Akhlak yang baik tanda kesempurnaan iman. Sabda Rasulullah saw :
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya”. (HR. Abu Daud)
4.      Orang mukmin yang berakhlak baik adalah orang yang paling dicintai Rasulullah dan paling dekat tempatnya kepada beliau pada hari kiamat. Sabda beliau :
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا
“Sesungguhnya di antara orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempatnya padaku pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya di antara kamu sekalian”. (HR. Tirmidzi)
  1. Akhlak yang baik merupakan sebab masuk surga. Dalam hadits disebutkan :
سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يَلِجُ النَّاسُ بِهِ النَّارَ فَقَالَ الْأَجْوَفَانِ الْفَمُ وَالْفَرْجُ وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يَلِجُ بِهِ الْجَنَّةَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حُسْنُ الْخُلُقِ
Rasulullah saw ditanya tentang yang paling banyak menyebabkan orang masuk neraka, beliau menjawab : “Dua lubang, yaitu mulut dan kemaluan”. Dan beliau ditanya tentang yang paling banyak menyebabkan orang masuk surga, beliau menjawab : “Akhlak yang baik”. (HR. Ahmad)
6.      Rasulullah saw memohon kepada Allah agar membaguskan akhlaknya – padahal beliau memiliki akhlak yang baik- , dan agar Allah menunjukkan beliau pada akhlak yang paling baik. Dalam hadits disebutkan do’a beliau :
"اللهم حسنت خَلقي فحسن خُلقي“
“Ya Allah, Engkau telah membaguskan pisikku, maka baguskanlah akhlakku” (HR. Abu Ya’la dan Ibnu Hibban)
اللَّهُمَّ اهْدِنِى لأَحْسَنِ الأَخْلاَقِ وَأَحْسَنِ الأَعْمَالِ لاَ يَهْدِى لأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ وَقِنِى سَيِّئَ الأَخْلاَقِ وَالأَعْمَالِ لاَ يَقِى سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ
“Ya Allah, tunjukkanlah padaku akhlak dan amal yang terbaik, tidak ada yang menunjukkan pada akhlak yang terbaik kecuali Engkau. Dan peliharalah aku dari akhlak dan amal yang buruk, tidak ada yang menjaga dari akhlak yang buruk kecuali Engkau” (HR. Ahmad dan Daruquthni)
  1. Allah memuji Rasulullah saw dengan akhlak yang baik. Firman Allah :
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung’. (QS. Al-Qalam : 4)
8.      Al-Qur’an banyak berbicara tentang akhlak : memerintahkan akhlak yang baik, memuji dan menjanjikan pahala bagi orang  yang berakhlak baik; melarang akhlak yang buruk,  mencela serta memberikan ancaman siksa bagi orang yang berakhlak buruk.

C. KESEMPURNAAN AKHLAK DAN CARA MENDAPATKANNYA

Kesempurnaan akhlak akan terwujud dengan dua hal. Pertama, menjauhkan diri dari akhlak yang tercela (buruk). Kedua, dengan menghiasi diri dengan akhlak yang baik.
Pertanyaannya sekarang mungkinkah mendapatkan kesempurnaan akhlak dengan jalan menjauhkan diri dari akhlak tercela dan menghiasi diri dengan akhlak yang baik ? Jawabannya mungkin karena dua hal :
1.                  Akhlak secara umum bisa diluruskan dan bisa dirubah, sebagaimana seseorang bisa mendapatkan akhlak yang baik dan menjauhkan diri dari akhlak yang buruk, dan sebaliknya. Dalilnya adalah bahwa ajaran Islam memerintahkan akhlak yang baik dan melarang akhlak yang buruk. Kalau hal itu tidak bisa dilakukan oleh seseorang, niscaya Islam tidak mengajarkannya. Islam tidak memerintahkan kepada sesuatu yang mustahil. Kaidah ushul fiqh mengatakan : tidak ada perintah kecuali pada suatu yang bisa dilaksanakan, atau tidak ada perintah pada suatu yang mustahil.
2.                  Sebagian orang kadang-kadang sejak lahir diberikan sebagian akhlak, dimana sebagian akhlak tersebut nampak dan menonjol pada tingkah lakunya. Dalilnya adalah sabda Rasulullah saw :
إِنَّ اللَّهَ قَسَمَ بَيْنَكُمْ أَخْلَاقَكُمْ كَمَا قَسَمَ بَيْنَكُمْ أَرْزَاقَكُمْ
“Sesungguhnya Allah telah membagi akhlak kepada kamu sekalian sebagaimana Dia telah membagi rezeki kepada kamu sekalian” .(HR. Ahmad dan Baihaqi dalam kitab Syu’abul Iman)
Berkenaan dengan hal ini, orang yang sejak lahir diberikan sifat akhlak tertentu, akan mudah baginya menjaga dan mengokohkannya.
Bagaimana cara mendapatkan kesempurnaan akhlak ? Berikut ini akan disebutkan beberapa cara untuk mendapatkan kesempurnaan akhlak.
1.      Mengetahui akhlak yang baik dan kebutuhan seseorang terhadapnya.
2.      Mengetahui akhlak yang yang buruk dan bahaynya.
3.                  Menjaga pengetahuan tentang akhlak yang baik dan akhlak yang buruk.
Allah swt menyebutkan bahwa Nabi Adam ketika berada di surga melakukan maksiat karena beliau lupa. Firman-Nya :
وَلَقَدْ عَهِدْنَا إِلَى آدَمَ مِنْ قَبْلُ فَنَسِيَ وَلَمْ نَجِدْ لَهُ عَزْمًا
Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat. (QS. Thaha:115). Tatkala Umar bin Khattab marah ketika ada orang yang mengatakan kepadanya : engkau tidak menghukumi dengan hak dan adil, maka sebagian orang yang hadir waktu itu berkata : wahai Amirul Mukminin, jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh [خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ / Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh. (QS.al-A’rof:199)], sedangkan orang ini termasuk orang-orang yang bodoh. Lalu Umar berkata : anda benar. Marahnya pun hilang.
4.      Mempunyai perhatian yang tinggi untuk mengokohkan nilai-nilai aqidah Islam dalam jiwa terutama iman kepada Allah dan hari akhir.
5.      Melakukan perbuatan  baik yang dapat membantu atau memudahkan jiwa  untuk menerima akhlak yang baik dan meninggalkan akhlak yang buruk. Firman Allah : [قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا / sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, (QS. Asy-Syams:9)]
6.      Melakukan berbagai ibadah yang wajib dan sunnah. Ibadah-ibadah ritual jika dilakukan dengan baik akan berpengaruh besar pada akhlak pelakunya. Tentang shalat umpamanya Allah berfirman :
إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. (QS. Al-Ankabut:45).
Firman Allah tentang zakat :
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. At-Taubah : 103)
Firman Allah tentang shaum (puasa) :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (QS. Al-Baqarah : 183)
Sedangkan tentang haji antara lain Allah berfirman :
الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلا رَفَثَ وَلا فُسُوقَ وَلا جِدَالَ فِي الْحَجِّ
(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji.(QS. Al-Baqarah:197).
7.      Melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan akhlak yang tercela. Contoh : untuk menghilangkan sifat sombong, seseorang hendaknya duduk bersama orang lemah, fakir miskin dan duduk di barisan belakang.
8.      Memaksakan diri untuk menghiasi diri dengan akhlak yang baik dan menjauhkan diri dari akhlak yang buruk. Dalam hadits yang dhaif disebutkan sabda Rasulullah [إنما العلم بالتعلم والحلم بالتحلم / “Sesungguhnya ilmu diperoleh dengan belajar, dan sifat santun diperoleh dengan usaha keras memiliki sifat santun itu”]. (HR. Baihaqi dlm kitab Syu’abul Iman, dan Ibnu Asakir)
9.      Bersahabat dan bergaul dengan orang-orang yang shlaih yang memiliki akhlak yang baik. Sabda Rasulullah saw : [الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلْ / “Seseorang sesuai dengan agama temannya, maka hendaknya salah seorang di antara kamu memperhatikan siapa yang akan dia temani”. (HR. A hmad dan Hakim)] .
10.  Meneladani Rasulullah saw dan para sahabatnya. Firman Allah :
 لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.(QS. Al-Ahzab:21)
11.  Meninggalkan lingkungan yang buruk. (kisah orang yang sudah membunuh 100 orang, kemudian ingin taubat)
12.   Bersungguh-sungguh untuk memiliki dan memelihara sifat yang baik, serta tidak menganggap remeh sifat yang buruk walaupun kecil. Sabda Rasulullah saw
اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ   تَمْرَةٍ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ
“Takutlah terhadap api neraka walaupun dengan memberikan sepotong kurma. Barangsiapa tidak mendapatkannya, maka dengan perkataan yang baik. HR. bukhari dan Muslim)
13.  Melatih diri untuk menerima nasihat orang lain. Umar bin Khattab berkata : Semoga Allah memberikan rahmat kepada orang yang menunjukkan kesalahanku padaku.

(والله أعلم بالصواب)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar