PENGARUH IMAN KEPADA ALLAH DALAM KEHIDUPAN
Dr. Muhammad Abdul Qadir Abu Faris dalam bukunya Usus Fi
Ath-Thashawwur Al-Islami menyebutkan delapan dampak iman kepada Allah.
Berikut ini akan disebutkan secara ringkas.
1. Terbebasnya jiwa manusia dari
takut mati.
Hal
itu karena seorang mukmin yakin bahwa manusia pasti mati, dan kematian itu ada
di tangan Allah. Kalau ajal manusia telah tiba, maka ajal itu tidak bisa
ditunda sesaatpun juga, dan ia tidak bisa lari dari kematian itu walaupun, ia
berada di benteng yang sangat kuat. Firman Allah :
وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا
“Dan
Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang
waktu kematiannya”. (QS.Al-Munafiqun :11)
Firman
Allah juga :
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ
الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
“Di
mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam
benteng yang tinggi lagi kokoh “ ( QS. An-Nisa’/4 : 78 )
Apabila keyakinan ini telah melekat pada hati
seorang muslim, maka ia tidak akan pernah merasa takut dan hina dalam
mempertahankan dan menegakkan agama pada kondisi bagaimanapun juga, lebih-lebih
ia yakin bahwa keberaniannya tidak akan mengurangi umurnya sedikit pun juga dan
bahwa pengecut tidak akan menambah umurnya sedikitpun juga.
2. Terbebasnya jiwa manusia dari
takut tidak mendapatkan rizki.
Seorang
mukmim yakin bahwa rizki ada di tangan Allah. Seseorang betapapun tinggi
jabatannya dan kedudukannya tidak bisa mengurangi rizki siapapun juga. Firman Allah
:
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
“
Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rizki yang mempunyai kekuatan lagi
sangat kokoh “. (QS. Adz-Dzariyat/51 : 58 ).
Dalam
ayat lain Allah berfirman :
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
“
Dan tidak ada suatu binatang melatapun (
makhluk yang bernyawa ) melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya “. (QS.
Hud/11 : 6 )
Dewasa
ini banyak orang yang tidak berani melaksanakan ajaran agamanya atau menyatakan
hak dan melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar lantaran ambisi terhadap
sesuap nasi, dengan anggapan komitmennya melaksanakan ajaran Islam dan konsistemnya mengerjakan kebenaran akan
mengancam makannya. Mereka lupa bahwa yang maha pemberi rizki itu adalah Allah
SWT. Orang–orang yang mereka takutkan mengancam adalah seperti mereka juga,
tidak bisa memberikan manfaat dan bahaya, tidak bisa memberikan rizki
sedikitpun kecuali yang ditentukan Allah.
Sikap
yang benar adalah bahwa keberanian menegakkan kebenaran pada diri sendiri dan
orang lain tidak akan mengurangi rizki sedikitpun juga. Sebagaimana takut
menegakkan kebenaran tidak akan menambah rizki sedikitpun juga.
3. Terbebasnya jiwa manusia dari
sifat egois, kikir dan rakus.
Tabi’at
manusia sangat mencintai harta , ia kikir dan rakus. Firman Allah :
وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا
“Dan
kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan “ ( QS. Al-Fajr/89
: 20)
Allah
juga berfirman :
وَكَانَ الْإِنْسَانُ قَتُورًا
“Dan
adalah manusia itu sangat kikir “ (QS. Al-Isra’/17 : 100)
Tabi’at
manusia semacam ini adalah tabia’t manusia yang tidak tersentuh aqidah. Jika
aqidah Islam telah merasuk ke dalam lubuk hati seorang manusia , maka ia akan
terbebas dari sifat cinta harta, egois, kikir, dan semacamnya, bahkan ia akan
mengutamakan orang lain dalam kesenangan, dan mau berkorban untuk membela orang
lain .
Seorang
mukmin yakin bahwa harta yang ada di tangannya, pada dasarnya milik Allah, ia
akan senang hati melaksanakan perintah Allah pada hartanya seperti zakat, infak
dan shadaqah. Seorang mukmin yakin bahwa mengeluarkan zakat, infak dan shadaqah
merupakan sebab mendapatkan ridho Allah. Pada waktu yang bersamaan ia yakin
bahwa zakat, infaq, shadaqah tidak akan mengurangi harta, bahkan akan
menyebabkan harta itu menjadi berkah dan berkembang.
Firman
Allah :
آَمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَأَنْفِقُوا مِمَّا جَعَلَكُمْ
مُسْتَخْلَفِينَ فِيهِ فَالَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَأَنْفَقُوا لَهُمْ أَجْرٌ
كَبِيرٌ
Berimanlah kamu kepada Allah dan
Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan
kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan
(sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar. (QS. Al-Hadid/57 : 7)
وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ
خَيْرُ الرَّازِقِينَ
Dan
barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah
Pemberi rezki yang sebaik-baiknya. (QS. Saba’/34 : 39)
Sabda Rasulullah saw. :
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ ، وَمَا
زَادَ رَجُلًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا ، وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا
رَفَعَهُ اللَّهُ . (رواه الترمذي وقال : هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ )
“ Shadaqah tidak akan mengurangi harta, Allah tidak akan
menambah seorang hamba lantaran memaafkan kecuali kemuliaan, dan seseorang
tidaklah tawadhu’ karena Allah, kecuali
Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR.
Tirmidzi, dan ia mengatakan : hadits hasan shahih).
4. Hati yang selalu ingat kepada Allah.
Seorang
muslim yakin bahwa Allah selalu mengetahui dan mengawasi tingkah laku
hamba-Nya, baik yang dilakukan terang-terangan ataupun secara sembunyi. Orang
yang hatinya selalu ingat kepada Allah yang selalu mengawasinya akan
meninggalkan larangan-larangan Allah; ia tidak mencuri, menipu, berkhianat dan
sebagainya. Ia tidak akan mengambil
sedikitpun harta yang bukan miliknya sekalipun harta itu melimpah ruah, dan
sekalipun ia seorang fakir miskin.
Jadi , orang yang kuat imannya akan selalu
meninggalkan maksiat, karena ia yakin bahwa Allah selalu melihatnya walaupun
tidak seorangpun yang melihatnya. Orang yang melakukan maksiat menunjukan bahwa
hatinya sedang lemah. Firman Allah :
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي
الْأَرْضِ مَا يَكُونُ مِنْ نَجْوَى ثَلَاثَةٍ إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلَا
خَمْسَةٍ إِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلَا أَدْنَى مِنْ ذَلِكَ وَلَا أَكْثَرَ
إِلَّا هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوا ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوا
يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Tidaklah
kamu perhatikan bahwa sesungguhanya Allah mengetahui apa yang ada di di langit
dan apa yang ada di bumi ? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang,
melainkan Dialah yang keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara ) lima orang,
melainkan Dialah yang keenamnya dan tiada (pula) pembicaraan antara (jumlah)
yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia ada bersama mereka di
manapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitakan kepada mereka pada hari
kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah maha mengetahui
segala sesuatu “ (QS. Al-Mujadalah/58 : 7 )
Jika
seandainya pada suatu waktu melakukan maksiat karena lalai, seorang muslim yang
hatinya selalu ingat kepada Allah akan segera menghindari kelalaiannya , dia
akan segera taubat dan mohon ampun
kepada Allah.
Firman
Allah :
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا
أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ
الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ
يَعْلَمُونَ (135)
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan
perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu
memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni
dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu,
sedang mereka mengetahui. (QS. Ali Imran/3 : 135)
5.Terbebasnya manusia dari penghambaan terhadap nilai–nilai
jahiliyah.
Islam
membagi masyarakat kepada dua bagian : masyarakat Islam dan masyarakat
jahiliyah. Masing-masing masyarakat ini mempunyai standar nilai dan cirri yang
berbeda-beda.
Di antara ciri masyarakat jahiliyah adalah punya sangkaan atau pandangan yang tidak
benar terhadap Allah (QS. Ali-Imron/3 : 154), seperti keyakinan orang-orang
musyrikin jahiliyah bahwa
malaikat anak Allah. Dalam urusan kehidupan manusia, masyarakat jahiliyah tidak
berhukum kepada hukum Allah, tetapi
berhukum kepada hukum manusia ( QS. Al-Maidah/5 : 50 ). Di antara ciri
masyarakat jahilyah juga adalah berprilaku jahiliyah, seperti prilaku kaum
wanitanya yang memamerkan aurat dan dandanannya ( QS. Al-Ahzab/33 : 33). Begitu
juga di antara ciri masyarakat jahiliyah adalah menjadikan ikatan kesukuan
(hubungan darah), nasionalisme (hubungan tanah air) atau hubungan kepentingan
bersama sebagai dasar ikatan berkumpul dan berserikat, bukan atas dasar
kebenaran ( QS. Al-Fath/48 : 26).
Islam
membangun masyarakat atas dasar pandangan atau keyakinan yang benar, Allah-lah
yang menciptakan dan mengatur alam ini. Allah-lah satu-satunya ilah yang berhak
diibadahi dan ditaati, dan hanya Allah-lah yang memiliki segala sifat keagungan dan kesempurnaan. Islam menetapkan hanya Allah yang berhak
memutuskan aturan dan hukum, orang yang membuat aturan yang bertentangan dengan
aturan Allah berarti ia telah merampas hak Allah. Dan orang yang mentaati aturan
yang bertentangan dengan aturan Allah tersebut berarti telah memberikan salah
satu bentuk ibadah kepada selain Allah. Islam menghendaki tingkah laku yang
baik dan akhlak yang lurus mendominasi masyarakat. Untuk itu Islam melarang
wanita memamerkan aurat dan dandanannya, lemah lembut dalam berbicara sehingga
mendorong laki-laki untuk berbuat jahat terhadap mereka. Islam melarang
pergaulan bebas antara laki-laki dan wanita yang akan membawa menyebarnya
perbuatan yang tercela. Islam menjadikan
ikatan aqidah dan agama sebagai dasar dalam bermasyarakat, berkumpul dan
bersatu, bukan ikatan hubungan darah, tanah air atau kepentingan bersama.
6.
Sabar dalam menghadapi kesulitan dan cobaan.
Seorang
mukmin ketika meyakini bahwa segala urusan ada di tangan Allah, dan tidak
seorangpun yang mampu memberikan manfaat dan bahaya, ia akan menghadapi segala
kesulitan dengan lapang dada penuh
kerelaan dan pasrah diri, sehingga ia bersikap sabar serta mengharapkan
pahala dari Allah. Pada waktu yang sama keimanan dapat meringankan rasa sakit dan kesedihan.
Firman
Allah :
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلا بِإِذْنِ
اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ
عَلِيمٌ
Tidak ada sesuatu
musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barangsiapa
yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.
Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. At-Taghabun/64 : 11)
Sabda
Rasulullah saw. :
عَجَبًا ِلأَمْرِ المْؤُمِنِ إِنَّ
أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ ، وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ ،
إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ
ضَرَّاءُ صَبَرَ ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ .
“Sungguh
menakjubkan perkara orang mukmin itu. Perkaranya semua baik, dan itu tidak ada
pada seorangpun selain orang mukmin. Jika mendapatkan kegembiraan bersyukur,
itu baik baginya. Dan jika ditimpa kesusahan bersabar, itupun baik baginya
“. (HR. Muslim ).
7.
Terbebasnya jiwa manusia dari sikap
zalim.
Islam
mewajibkan umatnya bersikap adil dan sekaligus melarang mereka bersikap zalim,
serta memerintahkan mereka untuk mencegah kezaliman dari orang lain. Misi umat
Islam dalam setiap ekspansi (futuhat) adalah mengeluarkan umat manusia dari
sempitnya dunia kepada luasnya akhirat dan dari zalimnya agama-agama kepada
adilnya Islam. Dalam menegakkan keadilan, Islam tidak membeda-bedakan kerabat
atau keturunan seperti tekad Rasulullah yang akan memotong tangan putrinya
Fatimah jika mencuri.
8.
Terbebasnya akal manusia dari segala bentuk khurafat.
Jika
seorang mukmin meyakini dengan sepenuh hati bahwa hanya Allah yang mengetahui
hal-hal yang ghaib, memiliki manfaat dan bahaya, maka sudah barang tentu ia
akan terbebas dari anggapan-anggapan bahwa ada kekuatan selain Allah yang dapat
mengetahui hal-hal yang ghaib serta dapat memberikan manfaat kepada seseorang
dan dapat menghindarkannya dari bahaya. Dengan demikian ia tidak akan meminta
pertolongan kepada tukang sihir, dukun, paranormal atau siapapun juga, karena mereka tidak mengetahui hal-hal
yang ghaib dan tidak memiliki manfaat
dan bahaya untuk dirinya dan orang lain.
Meminta pertolongan kepada mereka untuk mendapatkan manfaat seperti mendapatkan
pekerjaan, naik jabatan, mendapatkan jodoh dan sebagainya; atau agar terhindar
dari bahaya seperti sembuh dari penyakit, aman dari orang yang memburunyan dan
semacamnya, dengan keyakinan mereka itu bisa memberikan manfaat dan
menghindarkan dari bahaya yang mengancamnya adalah merupakan perbuatan syirik
yang dapat mengeluarkannya dari keimanan.
(والله أعلم بالصواب)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar