IMAN KEPADA HARI AKHIR
(3)
(oleh H. Asnin
Syafiuddin, Lc. MA)
Pengantar
Pada bagian
kedua sudah dipaparkan tentang tentang kandungan iman kepada Hari Akhir, mulai
dari fitnah kubur sampai tanda-tanda kiamat. Pada bagian ketiga dan terakhir
ini akan dipaparkan lanjutan kandungan iman kepada hari akhir dan dampak
positif iman kepada hari akhir.
4.
Permulaan hari Kiamat
Kita wajib mengimani segala yang terjadi di
hari terakhir dari kehidupan dunia dan permulaaan yaumul akhir, sebagaimana
yang Allah informasikan dalam al-Qur’an, terutama dalam surat
at-Takwir dan al-Infithar. Semua
ayat-ayat itu menjelaskan bahwa hari akhir bermula dengan terjadinya perubahan
secara menyeluruh dalam alam semesta ini; langit terbelah, bintang-bintang
berhamburan, planet-planet bertabrakan, bumi luluh lantah, dan kembali
menjadi hamparan yang gersang,
gunung-gunung menjadi bagaikan tumpukan
pasir yang berhamburan, segala sesuatu
menjadi rusak, dan segala yang diketahui manusia di dunia ini menjadi
hancur.
Allah swt. berfirman :
يَوْمَ تُبَدَّلُ الْأَرْضُ غَيْرَ الْأَرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ
وَبَرَزُوا لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ
(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti
dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya (di
padang mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah Yang Maha Esa lagi Maha
Perkasa. “ (QS. Ibrahim/14 : 48)
Itu semua terjadi setelah tiupan pertama yang
dilakukan oleh Israfil atas perintah Allah. Maka matilah seluruh yang ada di
langit dan bumi, kecuali yang dikehendaki Allah. Firman Allah swt. :
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ
إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ
Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang
di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu
sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu putusan masing-masing. “
(QS. az-Zumar/39 : 68)
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasululullah
saw. bersabda :
يَقْبِضُ اللَّهُ الْأَرْضَ وَيَطْوِي السَّمَاءَ بِيَمِينِهِ
، ثُمَّ يَقُولُ : أَنَا الْمَلِكُ ، أَيْنَ
مُلُوكُ الْأَرْضِ (رواه البخاري)
“ Allah menggenggam bumi dan melipat langit
dengan tangan kanan-Nya, kemudian Dia mengatakan : ‘Akulah Raja, mana raja-raja
bumi ?” (HR. Bukhari)
5.
Kebangkitan (al-Ba’ts)
Kita juga mengimani bahwa selain itu Allah
swt memerintahkan tiupan yang kedua, lalu orang-orang yang sudah mati kembali
hidup. Inilah hari kebangkitan, yaitu dikembalikannya manusia dengan ruh dan
jasad seperti keadaannya sewaktu di dunia. Kemudian Allah mengeluarkan manusia dari kubur dalam keadaan
hidup. Saat itu orang-orang kafir dan munafik mengatakan : “ Siapa yang menghidupkan kami dari tidur kami
?”. Sedangkan orang-orang beriman mengatakan : “Ini adalah yang telah
dijanjikan Rabb kami dan benarlah para rasul itu “. Hal ini sesuai dengan yang
diungkapkan dalam al-Qur’an :
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَإِذَا هُمْ مِنَ الْأَجْدَاثِ إِلَى رَبِّهِمْ
يَنْسِلُونَ (51) قَالُوا يَا وَيْلَنَا مَنْ بَعَثَنَا مِنْ مَرْقَدِنَا هَذَا مَا
وَعَدَ الرَّحْمَنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُونَ (52)
Dan ditiuplah sangkalala], maka tiba-tiba mereka
keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka. Mereka berkata:
"Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat-tidur
kami (kubur)?." Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan
benarlah Rasul- rasul(Nya). (QS. Yasin/36 : 51-52)
Dalam hadits-hadits shahih disebutkan bahwa
Nabi Muhammad saw adalah orang pertama yang dibangkitkan dari kubur. Beliau bersabda
:
النَّاسُ يَصْعَقُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، فَأَكُونُ أَوَّلَ
مَنْ يُفِيقُ ، فَإِذَا أَنَا بِمُوسَى آخِذٌ بِقَائِمَةٍ مِنْ قَوَائِمِ الْعَرْشِ
، فَلَا أَدْرِي أَفَاقَ قَبْلِي أَمْ جُوزِيَ بِصَعْقَةِ الطُّورِ . (رواه
البخاري)
“Manusia akan dipingsankan (dimatikan) pada hari kiamat. Maka akulah yang pertama kali sadar. Ternyata Nabi Musa sedang
memegang ‘arasy. Aku tidak tahu apakah dia sadar sebelum aku atau dia mendapatkan balasan
dengan dipingsankannya di bukit Sinai “. (HR. Bukhari)
6.
Penghimpunan (Al-Hasyr)
Kita mengimani bahwa akan terjadi
penghimpunan setelah manusia dibangkitkan dan dikeluarkan dari kubur. Allah swt berfirman :
يَوْمَ نَحْشُرُ الْمُتَّقِينَ إِلَى
الرَّحْمَنِ وَفْدًا (85) وَنَسُوقُ الْمُجْرِمِينَ إِلَى جَهَنَّمَ وِرْدًا
“(Ingatlah)
hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha
Pemurah sebagai perutusan yang terhormat, dan Kami akan menghalau orang-orang
yang durhaka ke neraka Jahannam dalam keadaan dahaga”. (QS. Maryam/19 : 85-86)
Penghimpunan adalah penggiringan semua
manusia ke mauqif, yakni tempat mereka berdiri sambil menunggu keputusan
yang pasti tentang nasib masing-masing. Dalam mauqif ini manusia dalam keadaan
bagaikan baru saja dilahirkan : telanjang kaki, tanpa busana, dan ddalam
keadaan tidak dikhitan. Dalam sebuah hadits shahih yang disampaikan Aisyah r.a.
Rasulullah saw. bersabda :
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : " يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حُفَاةً
عُرَاةً غُرْلًا " , قُلْتُ : يَا
رَسُولَ اللَّهِ , النِّسَاءُ وَالرِّجَالُ جَمِيعًا يَنْظُرُ بَعْضُهُمْ إِلَى
بَعْضٍ ؟ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " يَا عَائِشَةُ ,
الْأَمْرُ أَشَدُّ مِنْ أَنْ يَنْظُرَ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ " (رواه البخاري
ومسلم )
Dari Aisyah ra.
ia berkata : Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda : "Di hari kiamat
seluruh manusia akan dihimpun dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang dan
tidak disunat" . Saya bertanya : Wahai Rasulullah, seluruh wanita dan
laki-laki saling melihat ? Rasulullah bersabda : "Wahai Aisyah, keadaan
lebih dahsyat daripada mereka saling melihat satu sama lain" . (HR.
Bukhari dan Muslim).
Di tempat
berdiri itu manusia ditimpa kesulitan yang dahsyat. Al-Miqdad bin al-Aswad
meriwayatkan sabda Rasulullah saw. :
تُدْنَى الشَّمْسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ الْخَلْقِ حَتَّى تَكُونَ مِنْهُمْ
كَمِقْدَارِ مِيلٍ ، فَيَكُونُ النَّاسُ عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ فِي الْعَرَقِ
، فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى كَعْبَيْهِ ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ
، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى حَقْوَيْهِ ، وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ
إِلْجَامًا ، وَأَشَارَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ
إِلَى فِيهِ . (رواه ومسلم )
“Matahari didekatkan kepada
manusia pada hari kiamat hingga berjarak satu mil. Maka manusia terendam
keringat sesuai dengan kadar amalnya masing-masing. Ada orang yang keringatnya mencapai lututnya.
Ada orang yang
keringatnya mencapai pinggangnya, dan
ada pula orang yang keringatnya menjadi seperti tali kekang (pada kuda)
mencapai mulutnya –seraya Rasulullah saw menunjuk mulutnya “. (HR. Muslim).
Pada saat itu
ada orang-orang yang memperoleh perlindungan Allah swt, sebagaimana yang
dikabarkan oleh Rasulullah saw :
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ
اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ : الْإِمَامُ الْعَادِلُ ، وَشَابٌّ
نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ ، وَرَجُلَانِ
تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ، وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ
امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ
أَخْفَى حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ
خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ . (رواه البخاري ومسلم وغيره)
“Ada
tujuh (kelompok) manusia yang Allah lindungi dalam naungan-Nya, pada hari tiada
naungan selain naungan-Nya (hari kiamat) : pemimpin yang adil, pemuda yang
tumbuh dalam ibadah kepada Allah, seorang laki-laki yang hatinya terpaut ke
masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, mereka bersatu karena
Allah dan berpisah karena Allah pula, seorang laki-laki yang dirayu oleh wanita yang punya kedudukan dan kecantikan lalu mengatakan
(untuk menolaknya) ‘Aku takut kepada Allah’, dan seseorang yang memberikan
sedekah lalu ia sembunyikan hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan tangan
kanannya, dan
seseorang yang mengingat (berdzikir kepada) Allah lalu mengalirlah air matanya
“. (HR. Bukhari, Muslim dan lain-lain)
Ketika keadaan
menjadi semakin dahsyat dan kesulitan menjadi besar di tempat berdiri itu,
mereka meminta syafa’at kepada Allah melalui para rasul dan para nabi. Mereka
ingin para nabi dan rasul itu menyelamatkan mereka dari keadaan yang sedang
mereka alami, dan mempercepat turunnya putusan. Setiap rasul mengalihkan
permohonan syafa’at itu kepada rasul yang datang sesudahnya, sampai mereka
mendatangi Nabi Muhammad saw. Lalu beliau memberi syafa’at kepada mereka dan
Allah menerima syafa’at beliau, dan manusia pun kembali ke tempat semula untuk
menerima keputusan.
7. Balasan Amal
Kita
mengimani adanya balasan amal pada hari akhirat. Segala perbuatan manusia
selama hidupnya akan dibalas, baik kebaikan maupun keburukan. Allah swt berfirman :
يَوْمَئِذٍ يُوَفِّيهِمُ اللَّهُ
دِينَهُمُ الْحَقَّ وَيَعْلَمُونَ أَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ الْمُبِينُ
“ Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yang
setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allah-lah Yang Benar,
lagi Yang menjelaskan (segala sesuatu) menurut hakikat yang sebenarnya”. (QS.
an-Nur/24 : 25)
Rasulullah
saw bersabda meriwayatkan dari Rabbnya :
يَا عِبَادِي
إِنَّمَا هِيَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيهَا لَكُمْ ، ثُمَّ أُوَفِّيكُمْ إِيَّاهَا ، فَمَنْ
وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدْ اللَّهَ ، وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلَا يَلُومَنَّ
إِلَّا نَفْسَهُ . (رواه ومسلم )
“ Wahai hamba-hamba-Ku, itu tidak lain adalah amal-amal kalian yang
Aku hitung untuk kalian, lalu Aku penuhi untuk kalian (pahalanya). Maka
barangsiapa mendapatkan kebaikan, hendaklah ia memuji Allah, dan barangsiapa
mendapatkan selain itu, maka janganlah ia mencela selain dirinya sendiri “.
(Hadits qudsi riwayat Muslim).
8. Menghadap Allah dan Perhitungan Amal (Al-‘Ardh wal Hisab)
Kita beriman adanya 'ardh
(menghadap Allah), dimana ketika itu manusia menghadap kepada Tuhan mereka,
sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Haqqah: 15-18 :
فَيَوْمَئِذٍ وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ
(15) وَانْشَقَّتِ السَّمَاءُ فَهِيَ يَوْمَئِذٍ وَاهِيَةٌ (16) وَالْمَلَكُ عَلَى
أَرْجَائِهَا وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ (17) يَوْمَئِذٍ
تُعْرَضُونَ لَا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ (18)
"Maka pada hari itu
terjadilah hari Kiamat, dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit
menjadi lemah. Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada
hari itu delapan malaikat menjunjung 'Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka.
Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tidada sesuatu pun dari
keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah)."
Allah
berfirman dalam Surah Al-Kahfi ayat 48 :
وَعُرِضُوا عَلَى رَبِّكَ صَفًّا لَقَدْ جِئْتُمُونَا كَمَا
خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ بَلْ زَعَمْتُمْ أَلَّنْ نَجْعَلَ لَكُمْ مَوْعِدًا
"Dan mereka akan dibawa ke
hadapan Tuhanmu dengan berbaris. Sesungguhnya kamu datang kepada Kami,
sebagaimana Kami menciptakan kamu pada kali yang pertama."
Dan kita
beriman kepada al-hisab (perhitungan amal), di mana Allah menghitung amal
segenap manusia. Dan kepada setiap hamba-Nya yang beriman Allah menyendiri
dengannya dan dia mengakui dosa-dosanya, sebagaimana hal itu disebutkan dalam
Al-Qur'an dan As-Sunnah. Adapun orang-orang kafir, maka mereka tidak dihisab
sebagaimana dihisabnya orang yang ditimbang antara kebaikan dan keburukannya,
karena mereka tidak memiliki kebaikan sama sekali. Tetapi perbuatan (dosa-dosa)
mereka dihitung dan dihadapkan kepada mereka dan mereka pun mengakuinya. Allah
berfirman dalam Surah Al-Insyiqaq : 6 - 15 :
يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ
إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلَاقِيهِ (6) فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ
بِيَمِينِهِ (7) فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا (8) وَيَنْقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ
مَسْرُورًا (9) وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ (10) فَسَوْفَ يَدْعُو
ثُبُورًا (11) وَيَصْلَى سَعِيرًا (12) إِنَّهُ كَانَ فِي أَهْلِهِ مَسْرُورًا
(13) إِنَّهُ ظَنَّ أَنْ لَنْ يَحُورَ (14) بَلَى إِنَّ رَبَّهُ كَانَ بِهِ بَصِيرًا
(15)
"Hai
manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu,
maka pasti kamu akan menemui-Nya. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari
sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan
dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan
berteriak, 'Celakalah aku'. Dan dia akan masuk ke dalam api yang manyala-nyala
(Neraka). Sesungguhnya dia dahulu (di dunia) bergembira di kalangan kaumnya
(yang sama-sama kafir). Sesungguhnya dia yakin bahwa dia sekali-kali tidak akan
kembali (kepada Tuhannya). (Bukan demikian), yang benar, sesungguhnya Tuhannya
selalu melihatnya."
Dan
Al-Bukhari meriwayatkan dalam shahihnya dari Aisyah ra bahwasanya Nabi SAW
bersabda:
لَيْسَ أَحَدٌ يُحَاسَبُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلَّا هَلَكَ ، فَقُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، أَلَيْسَ
قَدْ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى : { فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَسَوْفَ
يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا } ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ : إِنَّمَا ذَلِكِ الْعَرْضُ ، وَلَيْسَ أَحَدٌ يُنَاقَشُ الْحِسَابَ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ إِلَّا عُذِّبَ (رواه البخاري)
"Tidak seorang pun
yang dihisab pada hari Kiamat kecuali ia binasa. Maka aku bertanya, 'Wahai
Rasulullah, bukankah Allah berfirman, "Adapun orang yang diberikan
kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang
mudah." Maka Rasulullah SAW bersabda, 'Sesungguhnya itu adalah al'ardh
(menghadap kepada Tuhan), dan tidak seorang pun yang diperbincangkan hisabnya
pada hari Kiamat kecuali ia disiksa'." (HR. Bukhari)
Sabda
Rasulullah saw :
عَنْ صَفْوَانَ بْنِ مُحْرِزٍ الْمَازِنِيِّ
قَالَ بَيْنَمَا أَنَا أَمْشِي مَعَ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا آخِذٌ بِيَدِهِ إِذْ
عَرَضَ رَجُلٌ فَقَالَ كَيْفَ سَمِعْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ فِي النَّجْوَى فَقَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ يُدْنِي الْمُؤْمِنَ فَيَضَعُ
عَلَيْهِ كَنَفَهُ وَيَسْتُرُهُ فَيَقُولُ أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا أَتَعْرِفُ
ذَنْبَ كَذَا فَيَقُولُ نَعَمْ أَيْ رَبِّ حَتَّى إِذَا قَرَّرَهُ بِذُنُوبِهِ
وَرَأَى فِي نَفْسِهِ أَنَّهُ هَلَكَ قَالَ سَتَرْتُهَا عَلَيْكَ فِي الدُّنْيَا
وَأَنَا أَغْفِرُهَا لَكَ الْيَوْمَ فَيُعْطَى كِتَابَ حَسَنَاتِهِ وَأَمَّا
الْكَافِرُ وَالْمُنَافِقُونَ فَيَقُولُ الْأَشْهَادُ { هَؤُلَاءِ الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى رَبِّهِمْ أَلَا لَعْنَةُ
اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ }
Dari Shafwan bin Muhriz al-Maziniy, ia berkata : Ketika
saya berjalan bersama Ibnu Umar ra. dengan memegang tangannya, tiba-tiba datang
seorang laki-laki sambil berkata : Apakah kamu mendengar Rasulullah saw
bersabda tentang pembicaraan rahasia? Ibnu Umar berkata : Saya
mendengar Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya Allah mendekatkan seorang
mukmin, lalu Dia memberikan perlindungan-nya dan menutupi (dosa)nya. Dia
berfirman : Apakah kamu mengetahui dosa yang itu, apakah kamu mengetahui dosa
yang itu? Si Mukmin itu berkata : Ya wahai Rabbku. Sampai dia telah mengakui
dosa-dosanya dan melihat dirinya binasa, Allah berfirman : Aku telah
menutupinya di dunia, dan Aku mengampuninya sekarang, lalu diberikannyalah buku
kebaikanya. Adapun orang kafir dan orang-orang munafik maka para saksi akan berkata: "Orang-orang
inilah yang telah berdusta terhadap Tuhan mereka". Ingatlah, kutukan Allah
(ditimpakan) atas orang-orang yang lalim”. [QS. Al-An’am:18]. (HR. Bukhari)
Kita juga
beriman bahwa setiap manusia akan diberi kitab (catatan) amal perbuatannya. Dan
jika seorang mukmin melihat isi lembaran-lembaran kitabnya yang terdiri dari
tauhid, dan amal-amal shalih maka ia gembira dan bersuka cita. Kegembiraan itu
dilukiskan Allah dalam firman-Nya dalam Surah Al-Haqqah ayat 19 - 24 :
فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ
بِيَمِينِهِ فَيَقُولُ هَاؤُمُ اقْرَءُوا كِتَابِيَهْ (19) إِنِّي ظَنَنْتُ أَنِّي
مُلَاقٍ حِسَابِيَهْ (20) فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ (21) فِي جَنَّةٍ عَالِيَةٍ
(22) قُطُوفُهَا دَانِيَةٌ (23) كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي
الْأَيَّامِ الْخَالِيَةِ (24)
"Adapun orang-orang yang
diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, dia berkata, 'Ambillah,
bacalah kitabku (ini)'. Sesungguhnya akau yakin bahwa sesungguhnya akan akan
menemui hisab terhadap diriku. Maka orang itu berada dalam kehidupan yang
diridhai, dalam surga yang tinggi, buah-buahannya dekat. (Kepada mereka
dikatakan), 'Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu
kerjakan pada hari-hari yang telah lalu."
Adapun
orang-orang kafir, munafik dan orang-orang sesat maka mereka diberikan catatan
amalnya dari sebelah kirinya dan dari belakang punggung mereka. Ketika itu
orang kafir tersebut berseru dengan kecelakaan, kebinasaan dan perkara-perkara
besar lainnya. Allah berfirman dalam Surah Al-Haqqah ayat 25-32 :
وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ
بِشِمَالِهِ فَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُوتَ كِتَابِيَهْ (25) وَلَمْ أَدْرِ مَا
حِسَابِيَهْ (26) يَا لَيْتَهَا كَانَتِ الْقَاضِيَةَ (27) مَا أَغْنَى عَنِّي مَالِيَهْ
(28) هَلَكَ عَنِّي سُلْطَانِيَهْ (29) خُذُوهُ فَغُلُّوهُ (30) ثُمَّ الْجَحِيمَ صَلُّوهُ
(31) ثُمَّ فِي سِلْسِلَةٍ ذَرْعُهَا سَبْعُونَ ذِرَاعًا فَاسْلُكُوهُ (32)
"Adapun
orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata,
'Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabaku (ini). Dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. Wahai kiranya
kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku sekali-kali tidak
memberi manfaat kepadaku, telah hilang kekuasaannku darika. (Allah berfirman),
'Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkaanlah
dia kedalam api Neraka yang menyala-nyala'. Kemudian
belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta. "
9. Kolam (Al-Haudh)
Kita wajib mengimani apa yang disampaikan Rasulullah saw. tentang
kolam yang merupakan karunia Allah kepada Rasulullah dan umatnya. Hadits-hadits
yang menyebutkan hal itu mencapai derajat mutawatir dan kalangan sahabat yang
meriwayatkannya lebih dari tiga puluh orang.
Di antara hadits
yang berbicara tentang kolam adalah sabda Rasulullah saw :
أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، مَنْ وَرَدَ شَرِبَ ، وَمَنْ
شَرِبَ لَمْ يَظْمَأْ أَبَدًا ، وَلَيَرِدَنَّ عَلَيَّ أَقْوَامٌ أَعْرِفُهُمْ وَيَعْرِفُونِي
، ثُمَّ يُحَالُ بَيْنِي وَبَيْنَهُمْ ، فَيَقُولُ إِنَّهُمْ مِنِّي ، فَيُقَالُ :
إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا عَمِلُوا بَعْدَكَ، فَأَقُولُ : سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ بَدَّلَ بَعْدِي
. (رواه مسلم )
“ Aku adalah orang pertama yang mendatangi kolam. Barangsiapa yang
mendatanginya pasti ia minum darinya, dan barangsiapa yang minum, maka ia tidak
akan pernah dahaga selamanya. Dan akan datang kepadaku kaum-kaum yang aku kenal dan mereka
mengenalku. Tapi dihalangi antara aku dengan mereka. Lalu aku katakan, mereka
adalah termasuk umatku. Lalu dijawab : ‘Sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang
mereka lakukan sepeninggalmu’. Maka aku katakana : menjauhlah, menjauhlah bagi orang yang merubah
(agama) sepeninggalku.” (HR. Muslim)
Dari hadits di atas
dijelaskan bahwa orang yang pertama mendatangi kolam itu adalah Nabi Muhammad
saw, kemudian diikuti umatnya. Sedangkan orang-orang kafir, orang-orang
durhaka, dan pelaku dosa besar akan diusir dari kolam itu. Hal ini terjadi
setelah usai dari mauqif –dengan segala kedahsyatannya - , ‘ardh, hisab,
membaca lembaran-lembaran (catatan amal), dan lainnya.
Dalam hadits lain
dijelaskan tentang sifat-sifat kolam itu, di mana kolam tersebut adalah kolam besar, tempat air
yang mulia, yang mengalir dari air minum yang ada di surga, dari sungai
Kautsar, yang lebih putih dari susu, lebih dingin dari es, lebih manis dari
madu, dan lebih harum dari kesturi. Kolam itu teramat luas. Panjang dan
lebarnya sama. Dari satu pojok ke pojok lainnya sama dengan perjalanan satu
bulan. Setiap kali diminum, kolam itu bertambah luas dan besar.
10. Timbangan ( Al-Mizan
)
Kita wajib mengimani keterangan dari Allah dan Rasul-Nya bahwa
amal manusia, yang baik dan yang buruk, akan ditimbang pada hari kiamat untuk
membuktikan keadilan Allah. Allah berfirman
:
وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ
لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ
مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ
“ Kami akan memasang timbangan yang tepat pada
hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika
(amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti kami mendatangkan (pahala)nya.
Dan cukuplah kami sebagai Pembuat perhitungan”. (QS. al-Anbiya’/21 : 47)
Hadits-hadits
menunjukkan bahwa timbangan yang dimaksud adalah timbangan yang mempunyai dua
piringan. Amal baik akan diletakkan pada satu piringan dan amal buruk
diletakkan pada piringan lainnyya.
Penimbangan amal
dilakukan setelah penghitungan (hisab),
untuk memperhitungkan penghitungan pembalasan amal. Jadi setelah dilakukan
hisab untuk membuktikan amal-amal yang telah dilakukan, maka timbangan
dimaksudkan untuk menampakkan ukurannya sehingga balasan yang diberikan sesuai
dengan amal yang dilakukan itu.
Penimbangan
tidak berlaku bagi para nabi dan orang-orang yang dikecualikan dari hisab oleh
Allah swt.
11. Titian (Ash-Shirath)
Setelah penghitungan dan penimbangan amal, manusia akan berbaik dari
mauqif untuk berjalan di atas jembatan yang terbentang di atas neraka jahannam.
Itulah ash-shirath. Melintasi jembatan itu berlaku untuk seluruh manusia : para
nabi, para shiddiqin, mukminin, orang-orangf kafir, dan orang yang dihisab
serta yang tidak dihisab. Siapa yang istiqamah di atas jalan Allah, yakni agama
kebenaran (Islam) di dunia, maka ia akan istiqamah pula di atas jembatan itu
pada hari akhirat. Jadi tidak ada
seorang pun yang luput dari melintasi jembatan itu. Allah akan menyelamatkan
orang-orang yang beriman dan membiarkan orang-orang zalim berlutut di dalamnya.
Firman Allah :
وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْمًا
مَقْضِيًّا (71) ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا
جِثِيًّا (72)
Dan tidak ada seorang pun
daripadamu, melainkan mendatangi neraka
itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan.
Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan
orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut. (QS. Maryam/19 : 71-72)
Beberapa hadits shahih menyebutkan bahwa tingkat
kemudahan manusia dalam melintasi jembatan itu tergantung pada amalnya sewaktu
di dunia. Di antara manusia ada yang melaluinya dalam sekejap mata, ada yang
malaluinya secepat kilat, ada yang melaluinya sekencang angin, ada yang
melaluinya seperti kuda yang berlari kencang, ada yang melaluinya seperti
penunggang unta, ada yang melaluinya dengan berlari, ada yang melaluinya dengan berjalan
biasa, ada yang melaluinya dengan merangkak, ada pula yang melangkah sekali langkah
kemudian terjungkal ke dalam Neraka Jahannam.
Sedangkan orang
yang amal salehnya sedikit akan melintasinya dengan tangan yang satu terjuntai
dan bergelantung dengan tangan yang
lain, kaki yang satu terjuntai dan bergelantung dengan kakinya yang lain,
bagian samping badannya terkena api, lalu mereka selamat. Begitu selamat, orang
itu mengatakan : “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kami darimu
(api neraka) setelah Dia memperlihatkan kamu kepada kami. Sungguh Allah telah
memberi kami apa-apa yang tidak
diberikan kepada orang lain”.
Dalam hadits juga disebutkan bahwa ketika orang-orang
mukmin melintasi jembatan itu, mereka akan berhenti di atas jembatan
antara surga dan neraka. Di sana , sebagian orang
menuntut balas orang lain. Jika sudah
bersih, maka diizinkanlah mereka untuk masuk ke dalam surga.
12. Syafa’at
Definisi
Syafaat
Syafaat dari sisi bahasa berasal dari kata asy-syaf’u yang berarti genap, genap sebagai hasil dari gabungan atau kumpulan antara sesuatu dengan sejenisnya. Syafaat secara istilah berarti meminta kebaikan untuk orang lain. Syafa’at dikatakan syafaat karena pemberi syafaat menggabungkan diri kepada orang yang diberi syafaat dalam menghasilkan yang kebaikan yang diminta. Dalam pemakaian sehari-hari, syafaat digunakan untuk perantara dari orang yang tinggi derajatnya kepada orang yang lebih rendah demi kebaikan orang yang lebih rendah tersebut.
Syarat syafaat
Syafaat yang dibicarakan di sini adalah syafaat di hadapan Allah di Hari Kiamat di mana ia berbeda dengan syafaat yang ada pada selain-Nya. Syafaat di sisi Allah harus memenuhi dua syarat utama:
Syarat pertama, izin dari Allah kepada pemberi syafaat untuk memberi syafaat. Syarat ini berdasar kepada dalil-dalil, antara lain :
1-
Firman
Allah yang artinya : “Tiada
yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya.” (QS. al-Baqarah: 255).
2- Sabda
Nabi saw :
"فَأَسْتَأْذِنُ عَلَى رَبِّي
فَيُؤْذَنُ لِي وَيُلْهِمُنِي مَحَامِدَ أَحْمَدُهُ بِهَا لَا تَحْضُرُنِي الْآنَ
فَأَحْمَدُهُ بِتِلْكَ الْمَحَامِدِ وَأَخِرُّ لَهُ سَاجِدًا فَيَقُولُ يَا
مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ وَقُلْ يُسْمَعْ لَكَ وَسَلْ تُعْطَ وَاشْفَعْ
تُشَفَّعْ".
“Maka aku meminta izin
kepada Rabb-ku dan aku diizinkan, Dia mengilhamiku bacaan-bacaan tahmid yang
aku gunakan untuk bertahmid, aku tidak mengingatnya sekarang, maka aku
bertahmid dengan bacaan-bacaan tahmid dan aku menunduk sujud kepadaNya, lalu
dikatakan, ‘Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu, katakanlah niscaya perkataanmu
didengarkan, mintalah niscaya kamu akan diberi dan berilah syafaat niscaya ia
akan dikabulkan.”(HR. Bukhari dan Muslim).
Syarat kedua, ridha Allah kepada calon penerima syafaat, dan Allah hanya ridha kepada ahli tauhid, orang-orang yang taat menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larngan-Nya. Syarat ini berdasar kepada beberapa dalil, di antaranya:
1- Firman Allah yang artinya : “Dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai Allah.” (QS. al-Anbiya`: 28).
2- Sabda Nabi saw :
"
لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ فَتَعَجَّلَ كُلُّ نَبِيٍّ دَعْوَتَهُ
وَإِنِّي اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَهِيَ
نَائِلَةٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِي لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ
شَيْئًا ".
“Setiap
Nabi saw memiliki doa mustajab dan setiap Nabi saw telah mengunakan doanya,
sementara aku menyimpan doaku sebagai syafaat bagi umatku di Hari Kiamat, ia
akan didapat insya Allah oleh orang yang mati dari umatku dan tidak
menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun.”(HR. Muslim).
Dengan berpijak kepada dua syarat ini maka sesembahan-sesembahan selain Allah yang disejajarkan oleh sebagian orang dengan Allah, dan penyembahnya berharap syafaatnya pada Hari Kiamat, tidak akan bisa berbuat apa pun, tidak bisa membantu dan memberi syafaat kepada penyembahnya, karena mereka tidak meraih izin dari pemilik syafaat secara mutlak, yaitu Allah Tuhan alam semesta.
Begitu pula orang-orang yang tidak beriman, mereka tidak mendapatkan syafaat apa pun, bahkan usaha para pemberi syafaat, jika memang ada, tidak berguna apa-apa bagi mereka, karena Allah tidak meridhai mereka.
Macam-macam syafaat
Pertama, Syafaat ‘uzhma, syafaat agung, disebut pula dengan maqam mahmud, syafaat ini merupakan perwujudan dari janji Allah kepada baginda Nabi saw dalam firmanNya, “Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.” (QS. al-Isra`: 79).
Syafaat ini terjadi pada Hari Kiamat di Padang Mahsyar, di mana seluruh manusia memikul kesulitan dan menghadapi kesengsaraan yang luar biasa, mereka berharap segera mendapatkan keputusan, maka mereka mencari-cari orang yang bisa memberi syafaat untuk mereka di sisi Allah Ta’ala. Maka mereka mendatangi Adam as, kemudian Nuh as, Ibrahim as, Musa as, Isa as, yang kesemuanya mengatakan “nafsi-nafsi”. Sehingga berakhir kepada nabi Muhammad saw dan beliau bersabda : “Ana lahu” (Aku akan melakukannya).
Kedua,
syafaat untuk penduduk surga agar dapat memasukinya. Jika penduduk surga telah
tiba di depan pintunya maka mereka mendapatinya tertutup, pada saat itulah Nabi
saw memohon kepada Allah agar berkenan membuka pintunya, maka Allah membuka dan
penduduk surga masuk ke dalam surga.
Imam Muslim meriwayatkan dari Anas bin Malik
bahwa Rasulullah saw bersabda :
أَنَا أَوَّلَ النَّاسِ يَشْفَعُ فِي الجَنَّةِ
وَأَنَا أَكْثَرُ الأَنْبِيَاءِ تَبَعًا
“Aku adalah orang pertama yang memberi
syafaat untuk masuk surga, dan aku adalah nabi yang paling banyak pengikutnya.”
Ketiga, Syafaat untuk orang-orang yang kebaikan dan keburukannya sama (ashhabul a’raf), dengan syafaat orang-orang ini bisa masuk surga.
Keempat, syafaat untuk penduduk surga agar derajat mereka diangkat di atas yang semestinya. Ini adalah karunia Allah.
Kelima, syafaat untuk orang-orang yang keburukannya lebih besar dari kebaikannya dan mereka sudah diperintahkan ke dalam neraka, mereka tidak masuk alias batal dengan adanya syafaat.
Keenam, syafaat untuk sebagian umat agar masuk surga tanpa hisab dan azab, jumlah mereka adalah tujuh puluh ribu orang, salah seorang dari mereka adalah Ukasyah bin Mihshan ketika dia meminta kepada Nabi saw, “Ya Rasulullah, mohonkan kepada Allah agar aku termasuk mereka.” Maka Nabi saw menjawab, “Kamu termasuk mereka.”(HR. Al-Bukhari dan Muslim). Dalam hadits syafaat uzhma yang panjang, “Maka dikatakan, ‘Hai Muhammad, masukkan umatmu yang tidak ada hisab atas mereka dari pintu surga yang kanan.”
Ketujuh, syafaat bagi ahli tauhid yang karena dosa-dosanya mereka masuk neraka, lalu mereka diangkat dari neraka dengan syafaat.
Sabda Rasulullah saw :
“أَمَّا أَهْلُ النَّارِ الَّذِينَ هُمْ أَهْلُهَا فَإِنَّهُمْ لَا يَمُوتُونَ فِيهَا وَلَا يَحْيَوْنَ وَلَكِنْ نَاسٌ أَصَابَتْهُمْ النَّارُ بِذُنُوبِهِمْ أَوْ قَالَ بِخَطَايَاهُمْ فَأَمَاتَهُمْ إِمَاتَةً حَتَّى إِذَا كَانُوا فَحْمًا أُذِنَ بِالشَّفَاعَةِ فَجِيءَ بِهِمْ ضَبَائِرَ ضَبَائِرَ فَبُثُّوا عَلَى أَنْهَارِ الْجَنَّةِ ثُمَّ قِيلَ يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ أَفِيضُوا عَلَيْهِمْ فَيَنْبُتُونَ نَبَاتَ الْحِبَّةِ تَكُونُ فِي حَمِيلِ السَّيْلِ فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ كَأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ كَانَ بِالْبَادِيَةِ " .
“Adapun penghuni neraka yang merupakan penghuninya, maka mereka tidak mati di dalamnya dan tidak hidup, akan tetapi beberapa orang dari kalian, mereka dijilat api neraka karena dosa-dosa mereka, atau karena kesalahan-kesalahan mereka, maka Allah Ta’ala mematikan mereka, sehingga ketika mereka telah menjadi arang, maka diizinkan syafaat, mereka dihadirkan berkelompok-kelompok, mereka dicelup di sungai surga, kemudian dikatakan, ‘wahai penduduk surga, lapangkan untuk mereka.’ Maka mereka tumbuh seperti biji yang berada di aliran air.” seorang laki-laki berkata, “Seolah-olah Rasulullah saw pernah hidup di pedalaman.” (HR. Muslim dari Abu Said al-Khudri)
Kedelapan, syafaat Rasulullah saw untuk pamannya Abu Thalib sehingga azabnya diringankan, Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Said al-Khudri bahwa Rasulullah saw bersabda ketika pamannya disinggung di depannya,
لَعَّلَهُ تَنْفَعُهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ
القِيَامَةِ فَيُجْعَلُ فِي ضَحْضَاحٍ مِنْ نَارٍ يَغْلِيْ مِنْهُ دِمَاغُهُ
“Mudah-mudahan
syafaatku akan menolongnya pada Hari Kiamat, kemudian dia ditempatkan di
lapisan paling dangkal dari neraka yang membuat otaknya mendidih.”
Syafaat beliau untuk pamannya hanya sebatas meringankan tidak mengeluarkan dari neraka karena dia wafat dalam keadaan memegang agama nenek moyangnya, tidak beriman kepada Islam, jadi dia bukan termasuk ahli tauhid yang berhak dikeluarkan dari neraka. Wallahu a'lam.
13. Surga dan Neraka
Surga dan neraka adalah tempat manusia yang
abadi. Surga tempat kenikmatan yang disediakan Allah untuk orang-orang mukmin yang bertaqwa, yang mengimani apa-apa
yang harus diimani, yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kepada
orang-orang yang ikhlas.
Di dalam surga terdapat berbagai kenikmatan
yang tidak pernah dilihat mata, tidak pernah didengar telinga, serta tidak
terlintas dalam benak manusia. Firman Allah :
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ (7) جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ
جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ (8)
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah
sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah
surga `Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang
demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. (QS.
Al-Bayyinah/98 : 7-8)
Neraka adalah tempat adzab
(siksa) yang disediakan oleh Allah untuk
orang-orang kafir, yang berbuat zalim, serta bagi yang mengingkari Allah dan
Rasul-Nya. Didalam nerakaterdapat berbagai adzab dan sesuatu yang menakutkan,
yang tidak pernah terlintas dalam hati. Firman Allah :
وَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي
أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ
Dan
peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang
kafir. (QS. Ali Imran/3 : 131)
E.
Dampak Iman Kepada Hari Akhir
1.
Mencintai ketaatan dengan mengharap balasan
pahala pada hari itu.
2.
Membenci perbuatan maksiat dengan rasa takut
akan siksa pada hari itu.
3.
Menghibur orang mukmin tentang penderitaan yang didapatkan di dunia dengan mengharap kenikmatan serta
pahala di
akhirat.
4.
Bertambahnya keimanan seorang mukmin tentang
keadilan Allah, dimana setiap orang akan mendapatkan balasan amalnya di dunia
sekalipun di sewaktu di dunia dia tidak mendapatkannya.
(والله
أعلم بالصواب)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar