Golongan Yang Menyimpang Dalam Masalah Qadar
(Oleh : H. Asnin Syafiuddin, Lc. MA)
Dalam
masalah qadar ada dua golongan yang
menyimpang :
1. Golongan Jabariyyah, yaitu mereka yang mengatakan bahwa manusia
itu terpaksa atas perbuatannya, tidak punya iradah (kemauan) dan qudrah
(kemampuan).
Pendapat golongan Jabariyyah ini dapat
dijawab dengan menggunakan dalil
syara’dan kenyataan :
a.
Adapun dalil syara’, Allah SWT. telah menetapkan kehendak kepada
hamba-Nya serta menggatungkan perbuatan
kepada-Nya juga. Firman-Nya :
مِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الْآخِرَةَ
“…Di
antara kamu ada yang menghendaki dunia dan ada pula yang menghendaki akhirat …”
(QS. Ali Imran/3 : 152 )
وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ
فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ
نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا
“Dan
katakanlah : Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu. Maka barang siapa yang (ingin)
beriman hendaklah beriman.dan barang siapa yang ingin (kafir ) biarlah kafir.
Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka yang
gejolaknya mengepung mereka…”.( QS. Al-Kahfi : 29).
Baca juga : QS. Fushshilat/41 : 46).
b. Secara kenyataan bahwa manusia mengetahui
perbedaan antara perbuatan-perbuatan yang ikhtiyariy (dapat diupayakan)
yang di kerjakan dengan kehendaknya, seperti makan, minum, dan jual beli, dan
yang di luar kehendak nya seperti gemetar karena demam, dan jatuh dari atas.
Pada yang pertama ini ia dapat mengerjakan dan memilih dengan kemauan nya tanpa
ada paksaan. Sedangkan yang kedua dia tidak dapat memilih juga tidak di
kehendaki terjadinya.
2. Golongan Qadariyah, yaitu mereka yang mengatakan bahwa manusia
dalam perbuatannya di tentukan oleh kemauan serta kemampuannya sendiri,
kehendak serta takdir Allah Swt tidak ada pengaruhnya sama sekali.
Pendapat
golongan Qadariyah ini, juga dapat dijawab
dengan syara’ dan akal :
a. Adapun dalil syara’ maka Allah SWT.
Pencipta segala sesuatu, dan segala sesuatu terjadi dengan kehendak-Nya. Allah
telah menjelaskan dalam Al-Qur’an bahwa perbuatan makhluk-Nya terjadi dengan
kehendak-Nya, sebagaimana firman-Nya :
وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلَ الَّذِينَ مِنْ بَعْدِهِمْ
مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَلَكِنِ اخْتَلَفُوا فَمِنْهُمْ مَنْ آمَنَ
وَمِنْهُمْ مَنْ كَفَرَ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلُوا وَلَكِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ
مَا يُرِيدُ
…Dan kalau Allah menghendaki, niscaya tidak
berbunuh-bunuhan orang-orang ( yang
datang ) sesudah Rasul-Rosul itu, sesudah datang kepada mereka beberapa
macam keterangan, akan tetapi mereka berselisih, maka ada diantara mereka yang
beriman dan ada (pula) di antara mereka yang kapir. Seandainya Allah
menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan akan tetapi Allah berbuat apa
yang dikehendaki-Nya”. (QS. Al-Baqarah : 253).
Baca juga : QS. As-Sajdah/32 : 13
.
b. Adapun menurut akal, bahwa alam semesta ini
adalah milik dan berada dalam kekuasaan Allah. Dan manusia, sebagai bagian dari
alam semesta tidak mungkin dapat berbuat dalam kekuasaan Si Penguasa kecuali
dengan seizin-Nya dan kehendak-Nya.
(والله
أعلم بالصواب)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar