Minggu, 03 Juni 2012

Golongan Yang Menyimpang Dalam Masalah Qadar

Golongan Yang Menyimpang Dalam Masalah Qadar
(Oleh : H. Asnin Syafiuddin, Lc. MA)


Dalam masalah qadar  ada dua golongan yang menyimpang :
1. Golongan Jabariyyah, yaitu mereka yang mengatakan bahwa manusia itu terpaksa atas perbuatannya, tidak punya iradah (kemauan) dan qudrah (kemampuan).
Pendapat golongan Jabariyyah ini dapat dijawab  dengan menggunakan dalil syara’dan kenyataan :
    a. Adapun dalil syara’,  Allah  SWT. telah menetapkan kehendak kepada hamba-Nya   serta menggatungkan perbuatan kepada-Nya juga. Firman-Nya :
مِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الْآخِرَةَ
“…Di antara kamu ada yang menghendaki dunia dan ada pula yang menghendaki akhirat …” (QS. Ali Imran/3 : 152 )
  وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا
“Dan katakanlah : Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu. Maka barang siapa yang   (ingin) beriman hendaklah beriman.dan barang siapa yang ingin (kafir ) biarlah kafir. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka yang gejolaknya mengepung mereka…”.( QS. Al-Kahfi : 29).
          Baca juga : QS. Fushshilat/41 : 46).

     b. Secara kenyataan bahwa manusia mengetahui perbedaan antara perbuatan-perbuatan yang ikhtiyariy (dapat diupayakan) yang di kerjakan dengan kehendaknya, seperti makan, minum, dan jual beli, dan yang di luar kehendak nya seperti gemetar karena demam, dan jatuh dari atas. Pada yang pertama ini ia dapat mengerjakan dan memilih dengan kemauan nya tanpa ada paksaan. Sedangkan yang kedua dia tidak dapat memilih juga tidak di kehendaki terjadinya.

2. Golongan Qadariyah, yaitu mereka yang mengatakan bahwa manusia dalam perbuatannya di tentukan oleh kemauan serta kemampuannya sendiri, kehendak serta takdir Allah Swt tidak ada pengaruhnya sama sekali.

Pendapat golongan Qadariyah ini, juga dapat dijawab  dengan syara’ dan akal :
    a. Adapun dalil syara’ maka Allah SWT. Pencipta segala sesuatu, dan segala sesuatu terjadi dengan kehendak-Nya. Allah telah menjelaskan dalam Al-Qur’an bahwa perbuatan makhluk-Nya terjadi dengan kehendak-Nya, sebagaimana firman-Nya :
وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلَ الَّذِينَ مِنْ بَعْدِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَلَكِنِ اخْتَلَفُوا فَمِنْهُمْ مَنْ آمَنَ وَمِنْهُمْ مَنْ كَفَرَ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلُوا وَلَكِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ
…Dan kalau Allah menghendaki, niscaya tidak berbunuh-bunuhan orang-orang ( yang   datang ) sesudah Rasul-Rosul itu, sesudah datang kepada mereka beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka berselisih, maka ada diantara mereka yang beriman dan ada (pula) di antara mereka yang kapir. Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya”. (QS.  Al-Baqarah : 253).

        Baca juga :  QS. As-Sajdah/32 : 13 .

    b. Adapun menurut akal, bahwa alam semesta ini adalah milik dan berada dalam kekuasaan Allah. Dan manusia, sebagai bagian dari alam semesta tidak mungkin dapat berbuat dalam kekuasaan Si Penguasa kecuali dengan seizin-Nya dan kehendak-Nya.



(والله أعلم بالصواب)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar