Rabu, 06 November 2019


IMAN KEPADA PARA RASUL (1)


A. Wajib Beriman Kepada Para Rasul

Iman kepada para Rasul  adalah termasuk salah satu rukun iman. Seseorang tidak dianggap muslim dan mukmin sehingga ia mengimani bahwa Allah telah mengutus beberapa orang Rasul kepada manusia untuk menyampaikan kebenaran dari Allah, menyampaikan berita gembira dan berita takut dan menjelaskan hakekat agama kepada mereka. Demikian juga seseorang tidak dikatakan muslim dan mukmin sebelum ia mengimani seluruh Rasul, tidak membeda-bedakan seorang Rasulpun di antara mereka dan mengimani bahwa mereka semua membawa kebenaran dari Allah.
Wajibnya beriman kepada para Rasul ditegaskan dalam al-Qur’an dan al-Hadits serta diperkuat dengan fakta sejarah. Firman Allah :
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timir dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi…” ( QS. Al-Baqarah/2 : 177 )

Lihat juga QS. Al-Baqarah : 285, An-Nisa’  : 136, 150-152.
Dalam hadits, Rasulullah saw ketika ditanya Malaikat Jibril tentang iman menjawab :
أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلَاِئكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الأَخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ

“ Yaitu engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya dan hari akhir, dan engkau beriman kepada takdir, yang baik maupun yang buruk “ ( HR. Bukhari dan Muslim )

Di samping dalil Al-Qur’an dan Al-Hadits yang menegaskan wajibnya beriman kepada para Rasul, sejarahpun telah membuktikan bahwa umat manusia sepanjang sejarahnya dalam keadaan sesat tentang Tuhannya tanpa adanya bimbingan rasul, baik dalam pandangan tentang Tuhan maupun dalam beribadah kepada Tuhan.
Orang-orang Mesir Kuno berpandangan bahwa Tuhan itu adalah Dewa Ra’        (Dewa Matahari). Orang Persia menganggap api itu adalah Tuhan. Sementara Orang Yunani dan Romawi Kuno menganggap bahwa  lembaga manusia yang mempunyai keistimewaan-keistimewaan tertentu adalah Tuhan. Masih banyak pandangan umat manusia yang berbeda-beda tentang Tuhan  karena tidak mendapatkan bimbingan Rasul.
Begitu juga umat manusia telah sesat dalam beribadah kepada Tuhan, mereka memberikan simbol-simbol ibadah kepada selain Allah, meminta dan mohon pertolongan kepada selain Allah, menghalalkan dan mengharamkan di luar ketentuan Allah.
Dari dalil-dalil itu jelaslah bahwa iman kepada para rasul merupakan rukun yang asasi dalam rukun iman, karena sejarah telah membuktikan umat manusia mustahil mengenal dan beribadah kepada Tuhannya secara benar tanpa bimbingan para Rasul.


B. Hakekat Kenabian dan Kerasulan

Kenabian dan kerasulan adalah pilihan murni dari Allah, yang diberikan khusus kepada orang yang Dia kehendaki, dan bukan sesuatu yang bisa diusahakan manusia melalui amal perbuatan yang dilakukannya.
Dari pengertian di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut: 
Pertama,  kenabian dan kerasulan adalah pilihan murni dari Allah sesuai dengan firman Allah :
اللَّهُ يَصْطَفِي مِنَ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا وَمِنَ النَّاسِ
“ Allah memilih utusan-utusan-(Nya)  dari malaikat dan dari manusia “ (QS. Al-Hajj :75)

Allah memilih utusan-utusan-Nya dari manusia karena kerasulan merupakan tugas yang berat sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al-Muzzammil/73 : 5  :
إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا
 “ Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat “.

Oleh karena itu manusia tidak punya peran dalam menentukan kenabian dan kerasulan. Allah-lah yang lebih tahu siapa yang berhak mendapat tugas kenabian dan kerasulan sekalipun manusia berpendapat lain, karena Allah-lah yang lebih tahu tentang  kehidupan manusia dan hanya Allah yang mampu mengatur dan mengendalikannya. Firman Allah :
اللَّهُ أَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِسَالَتَهُ
  “ Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan “   (QS. Al-An’am : 124). Lihat juga QS. Az-Zukhruf : 31-32.
Kedua, kenabian dan kerasulan khusus diberikan Allah kepada orang yang Dia kehendaki. Jadi para Rasul adalah manusia pilihan dan paling utama. Firman Allah :
وَإِنَّهُمْ عِنْدَنَا لَمِنَ الْمُصْطَفَيْنَ الْأَخْيَارِ
Dan Sesungguhnya mereka pada sisi kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang paling baik. (QS. Shad/38 : 47).
Begitu juga, tingkatan mereka di atas tingkatan manusia biasa ; karena para rasul mendapatkan wahyu sedangkan manusia biasa tidak. Firman Allah :
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ
Katakanlah: Sesungguhnya Aku Ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa".  (QS. Al-Kahfi/18 : 110).
Ini  dengan adanya perbedaan tingkatan di kalangan para rasul sebagaimana disebutkan dalam firman Allah :
تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ
Rasul-rasul itu kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. (QS. Al-Baqarah/2 : 253).
Ketiga, Kenabian dan kerasulan semata-mata karunia Allah, tidak bisa diperoleh dengan hasil usaha manusia. Tidak ada suatu aktifitas tertentu yang dapat dilakukan seseorang untuk naik ke tingkat kenabian  walaupun dia menghabiskan seluruh umurnya untuk itu.

C. Kebutuhan Manusia terhadap Rasul

Allah menciptakan manusia terdiri dari tiga unsur : pisik, akal dan ruh (rohani). Ketiga  unsur ini mempunyai kebutuhan  masing-masing. Allah  sebagai pencipta manusia sudah barang tentu lebih tahu tentang kebutuhan manusia. Untuk memenuhi kebutuhan pisik,  Allah menyediakan rezeki yang mudah didapat di permukaan bumi. Firman Allah :
هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan Hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (QS. Al-Mulk/67 : 15) Baca juga : QS. Ibrahim/14 : 32-34).
Untuk memenuhi kebutuhan akal, Allah memberikan manusia ilmu pengetahuan dan membekalinya dengan berbagai media yang dibutuhkan untuk memperolehnya. Firman Allah :
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
 Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. an-Nahl/16 : 78). Baca juga : QS. Al-Baqarah/2 : 31, al-Isra’ /17 : 12).

 Demikian juga Allah memenuhi kebutuhan rohani manusia dengan memberikan hidayah (pedoman/petunjuk) untuk mengetahui dan beribadah kepada khaliq (pencipta), pedoman hidup serta tujuan hidupnya di dunia ini. Oleh karena itu Allah mengutus rasul kepada manusia untuk menjelaskan dan menunjukkan kebenaran kepada mereka. Firman Allah :
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ رَسُولٌ فَإِذَا جَاءَ رَسُولُهُمْ قُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
Tiap-tiap umat mempunyai rasul; Maka apabila Telah datang Rasul mereka, diberikanlah Keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya. (QS. Yunus/10 : 47) Baca juga : QS. Fathir/35 : 24, An-Nahl/16 : 36).

Namun demikian, manusia bersikap sombong dan mengira bahwa ia tidak membutuhkan pemberian Allah tersebut.    Manusia mengira bahwa rezeki dan ilmu yang diperolehnya karena usaha dan jerih payahnya sendiri. Demikian juga manusia mengira bahwa ia tidak membutuhkan hidayah dari Allah dengan anggapan ia punya akal yang dapat memikirkan kemaslahatannya. Anggapan manusia ini keliru karena tiga hal :
1.     Akal adalah pemberian Allah yang harus ia syukuri dengan menggunakannya sesuai dengan perintah Allah, yaitu berfikir tentang ciptaan Allah yang akan membawanya untuk mengenal Allah Yang Maha Esa dan Maha Benar, beribdah dan taat kepada-Nya.
2.     Akal manusia memiliki kemampuan yang sangat terbatas; karean akal manusia hanya mengetahui fenomena-fenomena lahir dari alam ini, tetapi tidak mengetahui  secara detail dan mendalam tentang seluk beluk alam ini. Sebagaimna juga akal manusia tidak mengetahui hal-hal yang ghaib.
3.     Akal manusia    kadang-kadang didominasi hawa nafsu.

Oleh karena itu pedoman hidup manusia yang paling tepat tidak mungkin datang kecuali dari  Allah, karena :
1.     Hanya Allah-lah yang mengetahui secara utuh  dan mendetail tentang eksistensi  manusia , karena Allah-lah yang menciptakan manusia. Firman Allah :
أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ
Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan dia Maha halus lagi Maha Mengetahui?(QS. Al-Mulk/67 : 14)
2.     Hanya Allah-lah yang mengetahui segala sesuatu dalam kehidupan manusia dan alam semesta. Firman Allah :
يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وَهُوَ الرَّحِيمُ الْغَفُورُ (2) وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَا تَأْتِينَا السَّاعَةُ قُلْ بَلَى وَرَبِّي لَتَأْتِيَنَّكُمْ عَالِمِ الْغَيْبِ لَا يَعْزُبُ عَنْهُ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ وَلَا أَصْغَرُ مِنْ ذَلِكَ وَلَا أَكْبَرُ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ (3)
Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi, apa yang ke luar daripadanya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. dan Dia-lah yang Maha Penyayang lagi Maha Pengampun.  Dan orang-orang yang kafir berkata: "Hari berbangkit itu tidak akan datang kepada kami". Katakanlah: "Pasti datang, demi Tuhanku yang mengetahui yang ghaib, Sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang kepadamu. tidak ada tersembunyi daripada-Nya sebesar zarrahpun yang ada di langit dan yang ada di bumi dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan tersebut dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)", (QS. Saba’/34 : 2-3).
3.     Allah Maha Kaya dan Maha Kuasa. Dalam menentukan syari’at,  Dia  tidak membutuhkan sesuatu apapun dari manusia,  Dia-lah yang memberikan segala sesuatu kepada manusia. Firman Allah :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah dialah yang Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. (QS. Fathir/35 : 15)


(والله أعلم بالصواب)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar