KEZALIMAN
A.
Pengertian Kezaliman
Kezaliman atau zalim berasal dari bahasa Arab azh-zhulm (الظلم) yang menurut al-Jurjani dalam kitabnya at-Ta’rifat
berarti :
وضع الشيء في غير موضعه
Meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya.
Sedangkan zalim atau kezaliman menurut terminology Islam kata beliau adalah :
عبارة عن التعدي عن الحق إلى الباطل، وهو الجور،
وقيل: هو التصرف في ملك الغير ومجاوزة الحد.
Suatu ungkapan tentang tindakan yang
menyimpang dari kebenaran kepada kebatilan. Menurut pendapat lain kezaliman
adalah menggunakan milik orang lain atau tindakan melampaui batas.
B.
Pandangan Islam tentang Kezaliman
Orang Muslim itu tidak menzalimi
orang lain dan tidak menerima kezaliman orang lain terhadap dirinya, karena
Islam mengharamkan kezaliman. Firman Allah dalam al-Qur’an :
...لَا تَظْلِمُونَ وَلَا تُظْلَمُونَ
"...Kalian tidak menzalimi dan
tidak (pula) dizalimi." (QS. Al-Baqarah : 279).
Allah
berfirman dalam hadits qudsi,
يَا عِبَادِي إِنِّي
حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلىَ نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّماً، فَلاَ
تَظَالَمُوا .
"Hai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku
haramkan kezaliman atas diri-Ku dan mengharamkannya atas kalian. Oleh karena
itu, kalian jangan saling menzalimi. " (HR. Muslim)
.
Rasulullah saw bersabda :
اتَّقُوا
الظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
"Takutlah kalian kepada kezaliman, karena
kezaliman adalah kegelapan di hari kiamat. " (HR. Muslim).
C.
Macam-macam kezaliman
1.
Kezaliman seorang hamba terhadap Tuhannya
dengan kafir kepada-Nya. Allah berfirman:
وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ
"Dan
orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim " (QS. Al-Baqarah : 254).
Dan dengan menyekutukan-Nya dalam beribadah kepada-Nya dalam arti mengarahkan beberapa ibadah kepada selain Allah SWT. Allah SWT berfirman :
Dan dengan menyekutukan-Nya dalam beribadah kepada-Nya dalam arti mengarahkan beberapa ibadah kepada selain Allah SWT. Allah SWT berfirman :
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ
عَظِيمٌ
"Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar, kezaliman yang besar " (QS. Luqman: 13).
2.
Kezaliman seorang hamba terhadap hamba-hamba Allah SWT, dan makhluk-makhluk-Nya dengan cara menyakiti
kehormatan, badan, dan harta mereka tanpa alasan yang dapat di benarkan.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
bersabda,
(( مَنْ كَانَتْ
عِنْدَهُ مَظْلمَةٌ لأَخِيه ، مِنْ عِرضِهِ أَوْ مِنْ شَيْءٍ ، فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ
اليَوْمَ قبْلَ أنْ لاَ يَكُونَ دِينَار وَلاَ دِرْهَمٌ ؛ إنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ
أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلمَتِهِ ، وَإنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ
سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيهِ )) رواه البخاري .
"Barangsiapa
mempunyai kezaliman pada saudaranya, di kehormatannya atau sesuatu yang lain,
hendaklah ia meminta saudaranya menghalalkannya sebelum ia tidak memiliki
dirham dan dirham. Jika ia mempunyai amal shalih, maka amal shalihnya diambil
daripadanya sebesar kezalimannya. Jika ia tidak mempunyai amal shalih, maka
dosa saudaranya diambil kemudian dipikulkan kepadanya. " (Diriwayatkan
Al-Bukhari)
Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda :
مَنْ
اقْتَطَعَ حَقَّ امْرِئٍ مُسْلِمٍ بِيَمِينِهِ فَقَدْ أَوْجَبَ اللَّهُ لَهُ النَّارَ
وَحَرَّمَ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ وَإِنْ كَانَ شَيْئًا يَسِيرًا
يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ وَإِنْ قَضِيبًا مِنْ أَرَاكٍ (رواه مسلم)
"Barangsiapa merampas hak orang Muslim lainnya dengan
sumpahnya, maka Allah mewajibkan neraka baginya, dan mengharamkan surga
baginya. " Salah seorang sahabat bertanya, "Kendati merampas sesuatu
yang sederhana wahai Rasulullah?"Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
bersabda, "Kendati hanya potongan kayu Urok. "(Diriwayatkan AI-Bukhari).
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
bersabda,
لَنْ يَزَالَ الْمُؤْمِنُ فِي فُسْحَةٍ مِنْ
دِينِهِ مَا لَمْ يُصِبْ دَمًا حَرَامًا
"Seorang Mukmin senantiasa berada dalam kelapangan agamanya
selagi ia tidak menumpahkan darah yang haram (ditumpahkan). " (HR. Muslim).
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam bersabda :
"Semua orang Muslim terhadap
orang Muslim lainnya haram darahnya, artanya, dan kehormatannya. "(Diriwayatkan Muslim).
3.
Kezaliman seorang hamba terhadap dirinya
sendiri dengan cara mengotorinya dengan berbagai dosa, dan maksiat kepada Allah
Ta'ala dan Rasul-Nya. Allah Ta'ala berfirman :
وَمَا ظَلَمُونَا وَلَكِنْ
كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
"Dan tidaklah mereka menzalimi Kami, akan tetapi merekalah
yang menzalimi diri mereka sendiri. " (QS. Al-Baqarah : 57) .
Jadi orang yang
mengerjakan dosa-dosa besar adalah orang yang zalim terhadap dirinya sendiri,
karena membawanya kepada keburukan dan kegelapan. Oleh karena itu, ia berhak
mendapatkan laknat Allah Ta'ala, dan jauh dari-Nya.
D. Penyebab seseorang melakukan
kezaliman
1.
Merasa ada kekurangan dan kelemahan di dalam diri.
Karena
orang yang zalim tidak memiliki sifat-sifat yang baik, dan dia mengetahui hal
ini, maka dia justru mengkompensasinya dengan melakukan perbuatan zalim. Karena
itulah Allah tidak mungkin berbuat zalim, karena Dia Mahasempurna dalam segala
aspek dan tidak membutuhkan apa pun. Karena itu, untuk apa Dia berbuat zalim.
2. Tidak dapat mengendalikan
syahwat.
Allah
hanya menciptakan yang baik-baik saja. Syahwat Dia berikan kepada manusia demi
kebaikan manusia. Cinta pada diri sendiri membuat orang mau memperhatikan dan
menjaga dirinya. Cinta pada harta membuat orang mau bekerja untuk
memperolehnya. Cinta pada lawan jenis membuat orang dapat menjaga kelangsungan
umat manusia. Dst.
Tapi,
jika syahwat ini melewati batasannya, maka itu karena perbuatan manusia
semata-mata dan itu akan menjadi penyebab kesengsaraannya. Orang yang tidak
dapat mengendalikan syahwat boleh jadi akan berbuat zalim, merasa dirinya lebih
tinggi dari orang lain, menyusahkan orang lain, bahkan membunuh orang lain,
karena dia menyangka hal itu akan memuaskan syahwatnya.
Allah
SWT berfirman:
وَاتَّبَعَ الَّذِينَ ظَلَمُوا مَا أُتْرِفُوا فِيهِ
وَكَانُوا مُجْرِمِينَ
“Dan orang-orang zalim hanya mementingkan
kenikmatan dan kemewahan, dan mereka itu adalah orang-orang yang berdosa/pelaku
kejahatan.” (QS. Hud: 116)
3.
Mempertahankan kekuasaan
Cinta
pada kekuasaan adalah salah satu nafsu manusia yang paling berbahaya. Orang
yang terkena penyakit cinta pada kekuasaan akan berusaha mempertahankan jabatan
dan kedudukannya dengan berbagai cara, hingga dengan membunuh, memberangus
suara orang lain, dan menelantarkan orang lain sekalipun karena dia menyangka
bahwa hal ini akan melanggengkan kursinya. Padahal, keadilanlah yang
melanggengkan seseorang pada kedudukan dan jabatannya, dan bukannya kezaliman.
4. Mental jongos.
Maksudnya,
seseorang berbuat zalim demi seseorang yang dituankannya. Seseorang yang
bermental jongos akan berusaha menjaga kepentingan tuannya agar tetap bertahan
sebagai tuan. Dia bersedia melakukan kezaliman dan kejahatan apa pun
semata-mata agar tuannya memandang dirinya pantas menjadi jongos sang tuan.
D. Bahaya Kezaliman
Kezaliman menimbulkan bahaya baik di dunia maupun di
akhirat. Di antara bahayanya adalah :
1. Kezaliman
seseorang pada orang lain akan menimpa dirinya sendiri. Sebab, orang yang
berbuat kezaliman berarti ia mengingkari daya-daya kebaikan di dalam dirinya. Selain
itu, jika kezaliman sudah menyebar di masyarakat, maka kezaliman itu akan mengenai pelaku kezaliman itu sendiri. Ini seperti orang yang
mengajarkan kebohongan kepada orang lain, maka pada suatu hari orang itu akan
berbohong juga pada dirinya. Jadi, kezaliman pada orang lain itu pada
hakikatnya adalah kezaliman pada diri sendiri. Karena itu, banyak sekali ayat
al-Quran yang melarang kita menzalimi diri sendiri, seperti firman Allah :
وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ
“Orang
yang melakukan hal itu, dia telah menzalimi dirinya sendiri.” (QS. al-Baqarah: 231)
وَمَنْ يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَقَدْ ظَلَمَ
نَفْسَهُ
“Orang
yang melanggar batasan-batasan Allah, dia telah menzalimi dirinya sendiri.”
(ath-Thalaq: 1)
وَالَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْ هَؤُلَاءِ سَيُصِيبُهُمْ
سَيِّئَاتُ مَا كَسَبُوا وَمَا هُمْ بِمُعْجِزِينَ
“Orang-orang zalim akan terkena
akibat buruk dari perbuatan mereka sendiri.” (az-Zumar: 51)
فَأَصَابَهُمْ سَيِّئَاتُ مَا عَمِلُوا وَحَاقَ
بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ
“Mereka akan
tertimpa akibat dari perbuatan mereka sendiri dan mereka akan diliputi oleh
azab yang dulu selalu mereka perolok-olokkan.” (an-Nahl: 34)
2. Hidup dalam
kesesatan dan jauh dari hidayah
Orang
zalim, karena tidak mau disebut sebagai orang zalim, akan menjustifikasi
perbuatannya dengan berbagai dalih dan alasan. Dia akan semakin jauh tersesat
demi membela diri. Orang yang sekali berbohong, akan berbohong lagi dan lagi
untuk menutupi kebohongannya. Orang yang sekali berbuat zalim, tidak akan segan
melakukan kezaliman berikutnya demi kezaliman yang pertama itu. Orang itu
semakin sulit menerima kebenaran, tidak dapat mengambil manfaat dari hidayah
Allah, tidak dapat mengambil manfaat dari ajaran agama, serta nasihat dan
petuah orang lain. Oleh karena itu Allah berfirman :
فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ
أَهْوَاءَهُمْ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللَّهِ
إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah
bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa
nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun. Sesungguhnya
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim. (QS. Al-Qashash : 50)
3.
Doa orang yang dizalimi (teraniaya) akan
dikabulkan. Sabda Rasulullah saw :
وَاتَّقِ دَعْوَةَ
الْمَظْلُومِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ
"Takutlah kepada doa
orang yang dizalimi, karena doanya tidak mempunyai dinding pembatas dengan
Allah. " (Muttafaq Alaih).
4. Kebinasaan.
Allah SWT berfirman:
هَلْ يُهْلَكُ إِلَّا الْقَوْمُ الظَّالِمُونَ
“Tidak akan dibinasakan kecuali
orang-orang zalim.” (QS. al-An’am: 47)
وَمَا كُنَّا مُهْلِكِي الْقُرَى إِلَّا وَأَهْلُهَا
ظَالِمُونَ
“Kami tidak akan menghancurkan suatu
kaum, kecuali mereka dalam keadaan zalim.” (al-Qashash: 59)
5.
Kezaliman merupakan kegelapan pada hari kiamat.
Sabda Rasulullah saw :
اتَّقُوا
الظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
"Takutlah kalian kepada kezaliman, karena
kezaliman adalah kegelapan di hari kiamat. " (HR. Muslim).
6.
Orang yang berbuat zalim akan mendapatkan siksa
Allah yang berlipat ganda dan tidak akan bisa lepas dari siksa itu.
Firman
Allah :
وَمَنْ يَظْلِمْ
مِنْكُمْ نُذِقْهُ عَذَابًا كَبِيرًا
…dan barang siapa di antara kamu yang
berbuat zalim, niscaya Kami rasakan kepadanya azab yang besar. (QS. Al-Furqan :
19)
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda
:
مَنْ ظَلَمَ قِيدَ شِبْرٍ مِنْ الْأَرْضِ طُوِّقَهُ مِنْ سَبْعِ
أَرَضِينَ
"Barangsiapa berbuat
zalim (merampas) sejengkal tanah saja, maka ia akan dipikulkan tanah dari tujuh
lapis bumi. "(Muttafaq Alaih).
Rasululah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda
:
إِنَّ
اللَّهَ لَيُمْلِي لِلظَّالِمِ حَتَّى إِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ قَالَ ثُمَّ
قَرَأَ { وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ
أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ }. (رواه البخاري)
"Sesungguhnya Allah memberi tempo waktu kepada orang zalim,
sehingga jika
Dia telah menyiksanya, maka Dia tidak akan melepaskannya. " Kemudian beliau membaca ayat : [وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ
ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ /Dan
begitulah adzab Tuhanmu, apabila Dia mengadzab penduduk negeri-negeri yang
berbuat zalim, sesungguhnya adzab- Nya itu sangat pedih lagi keras. " (QS. Huud:
102)].
E.
Cara Mengatasi Kezaliman
Hal Hal yang bisa membantu
meninggalkan kezaliman dan menghilangkannya :
- Selalu ingat bahwa Allah bersih dari Kezaliman. Allah swt berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ
تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا
Sesungguhnya Allah tidak menganiaya
seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebaikan sebesar zarrah,
niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang
besar . (QS. An-Nisa’ : 40)
تِلْكَ آيَاتُ اللَّهِ نَتْلُوهَا عَلَيْكَ بِالْحَقِّ
وَمَا اللَّهُ يُرِيدُ ظُلْمًا لِلْعَالَمِينَ
Itulah ayat-ayat Allah, Kami bacakan
ayat-ayat itu kepadamu dengan benar; dan tiadalah Allah berkehendak untuk
menganiaya hamba-hamba-Nya. (QS.
Ali Imran : 108)
2.
Melihat buruknya akibat yang akan diterima oleh orang yang
zalim (di akhirat).
وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى
رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا (71) ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ
فِيهَا جِثِيًّا (72)
Dan
tidak ada seorangpun daripadamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi
Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan
menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim
di dalam neraka dalam keadaan berlutut. (QS.
Maryam : 71-72)
3.
Tidak berputus asa terhadap rahmat Allah swt.
يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ
وَأَخِيهِ وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ
اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka
carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum
yang kafir”.(QS. Yusuf : 87)
4.
Membayangkan hari diputuskannya perkara pada hari kiamat.
Allah swt berfiman:
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ
وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا
هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ (68) وَأَشْرَقَتِ الْأَرْضُ بِنُورِ رَبِّهَا وَوُضِعَ الْكِتَابُ
وَجِيءَ بِالنَّبِيِّينَ وَالشُّهَدَاءِ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ وَهُمْ لَا
يُظْلَمُونَ (69) وَوُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ وَهُوَ أَعْلَمُ بِمَا يَفْعَلُونَ
(70)
Dan
ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali
siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka
tiba-tiba mereka berdiri menunggu [putusannya masing-masing]. (68) Dan terang
benderanglah bumi [padang mahsyar] dengan cahaya [keadilan] Tuhannya; dan diberikanlah
buku [perhitungan perbuatan masing-masing] dan didatangkanlah para nabi dan
saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka
tidak dirugikan. (69) Dan disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa [balasan] apa yang
telah dikerjakannya dan Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan. (QS. Az-Zumar : 68 – 70)
5.
Dzikir dan Istighfar, Allah swt berfirman:
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا
أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ
إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Dan [juga] orang-orang yang apabila
mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri [1], mereka ingat akan
Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat
mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan
kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (QS.
Ali Imran : 135)
6.
Menahan diri dari kezaliman dan mengembalikan hak kepada
pemiliknya.
Taubat seseorang sebenarnya adalah menyesali
dengan hati, berhenti dari perbuatannya (dosa dan kezaliman), serta
lisannya memohon ampun dan berupaya mengembalikan setiap hak kepada pemiliknya.
Barangiapa menzalimi saudaranya seperti pada harta atau kehormatan, maka
hendaknya dia meminta kerelaannya saat itu juga, sebelum dinar dan dirham tidak
berguna lagi selain kebaikan dan keburukan, sebagaimana dijelaskan dalam hadist
shahih.
(والله أعلم بالصواب)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar