SHIDIQ
(Oleh : H. Asnin Syafiuddin, Lc. MA)
Firman Allah :
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada
Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. (QS. At-Taubah : 119)
A.
Pengertian Shidiq
Shidq menurut bahasa
mengandung arti kekuatan. Seperti ungkapan : رمح صدق yang berarti anak panah yang luruh dan kokoh.
Sedangkan menurut
terminologi sebagaimana disbutkan oleh al-Ashfihani dalam buknya Mufradat
Gharib al-Qur’an adalah :
مُطَابَقَةُ الْقَوْلِ الضَّمِيْرَ وَالْمُخْبَرَ
عَنْهُ مَعًا
Kesesuaian antara ucapan
dengan hati nurani dan kenyataan yang
diucapkan secara terpadu.
Kesesuain ketiga komponen
tersebut melahirkan shidiq yang sempurna. Apabila kurang salah satunya, maka
belum dikatakan shidiq yang sempurna, bahkan tidak dikatakan shidiq, atau pada
orang yang mengucapkan itu ada sifat shidiq dan ada sifat kazib (dusta).
Seperti ucapan orang-orang munafiq kepada Rasulullah bahwa beliau adalah seorang Rasul. Perkataan
mereka itu benar dari satu sisi, yaitu sesuai dengan kenyataan yang mereka
ucapkan bahwa Nabi Muhammad itu Rasulullah. Akan tetapi ucapan mereka itu tidak
sesuai dengan hati nurani mereka. Oleh karena itu al-Qur’an mengatakan mereka
itu orang-orang yang dusta. Allah berfirman :
إِذَا
جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ
يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ
لَكَاذِبُونَ
Apabila orang-orang munafik
datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu
benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu
benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang
munafik itu benar-benar orang pendusta. (QS.
Al-Munafiqun : 1)
B.
Kedudukan dan Keutamaan Sifat Shidiq
1. Shidiq merupakan sifat
orang-orang yang beriman dan Allah memuji mereka karena sifat ini. Allah SWT
berfirman :
مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا
عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ
يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلا
Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang
menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada
yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka
sedikit pun tidak merubah (janjinya),
2.
Shidiq adalah sifat yang sangat mulia. Ia merupakan
salah satu sifat yang melekat pada diri nabi dan Rosul.”ceritakanlah kisah
Ibrahim di dalam Al Kitab sesungguhnya ia adalah orang yang sidik (sangat
benar)lagi pula seorang nabi (19:41). “dan ceritakanlah kisah Idris didalam Al
Kitab dia adalah orang yang sangat benar lagi seorang nabi” (19:65)
3.
Shidiq merupakan salah satu sifat yang menjamin
keberuntungan. Kitab Ibnu Abbas, ada empat hal yang menjamin keberuntungan manusia : 1). Sidik,
2). Malu, 3).Ahlak yang baik dan 4) Syukur.
4.
Shidiq merupakan salah satu pondasi tegaknya agama. Kata
Muhammad bin Ali Al-Katami
tegaknya agama Allah di atas
tiga pondasi utama yaitu : Al-Haq, Ash-Shidq dan Al-‘Adl. Al- Haq artinya
kebenaran pada prilaku. Ash-Shidq
kebenaran pada ucapan dan Al-‘Adl
kebenaran hati nurani (Ihya Ulumuddin hal 4 : 375)
5.
Orang yang komitment dengan sifat shidiq akan
naik derajatnya di sisi
Allah, dicintai manusia, diampuni dosa dan kesalahannya dan kelak dimasukkan ke dalam
surga bersama-sama dengan para Nabi.
Sabda Rasululah saw. :
عَن
ابْنِ مَسْعُودٍ رضي اللَّه عنه عن النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال :
« إِنَّ الصَّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى
الجَنَّةِ ، وَإِنَّ الرَّجُلَ ليصْدُقُ حَتَّى يُكتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقاً
، وإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الفجُورِ وَإِنَّ الفجُورَ يَهْدِي إِلَى
النَّارِ ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّاباً
» متفقٌ عليه .
Dari
Ibnu Mas'ud r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Sesungguhnya shidiq akan menentukan kepada perbutan birr (kebaikan), dan sesungguhnya kebaikan akan menuntun ke surga. Seseorang
itu sungguh melakukan kebanaran sehingga dicatat di sisi Allah sebagai seorang
yang ahli melakukan
kebenaran. Dan sesungguhnya berdusta itu menuntun kepada penyimpangan dan sesungguhnya penyimpangan itu menjerumuskan kepada
neraka. Seseorang
sungguh berdusta sehingga dicatat di sisi Allah
sebagai seorang yang ahli berdusta."
(Muttafaq 'alaih)
Firman Allah SWT :
وَمَنْ
يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ
عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ
وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا
Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya),
mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh
Allah, Yaitu: Nabi-nabi, Para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan
orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. An-Nisa’ :
69)
6.
Orang yang mempunyai sifat shidiq akan
mendapatkanketenangan hati dan ketentraman jiwa. Sabda Rasulullah saw :
دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيبُكَ
فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ
Tinggalkanlah apa yang meragukanmu kepada apa
yang tidak meragukanmu. Karena kejujuran itu
merupakan ketenangandan dusta itu keragu-raguan. (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
7.
Orang yang shidiq akan mendapatkan keberkahan dalam
berusaha. Sabda Rasulullah saw :
الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ
يَتَفَرَّقَا أَوْ قَالَ حَتَّى يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ
لَهُمَا فِي بَيْعِهِمَا وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا
“Dua orang yang melakukan jual beli
bisa dengan khiyar selama keduanya belum berpisah, jika keduanya jujur dan
terus terang, maka keduanya akan diberikan keberkahan, dan jika keduanya tidak
terus terang dan dusta, maka keberkahan jual
C.
Ruang
Lingkup Shidiq
Imam Ghazali menyebutkan ada 6 jenis sidik yang
perlu direalisasikan dalam diri seorang mu’min agar menjadi mu’min yang
sebenarnya.(Ihya Vol4. :375 – 380).
1. Shidqul
Lisan (Benar dalam ucapan)
Ucapan manusia adalah ekspressi yang ada di hatinya.
Hati yang baik melahirkan ucapan yang baik. Sebaliknya hati yang buruk
mengeluarkan ucapan yang buruk. Perbaikan ucapan harus dimulai dari perbaikan
hati. Apabila hati baik, ucapan yang keluar menjadi baik dan selanjutnya akan
mengikuti oleh prilaku yang baik. Dan prilaku yang baik akan dibalas dengan
ampunan dosa yang dapat membersihkan diri manusia.
“Hai orang-orang yang beriman bertaubatah
kepada Allah dan berkatalah yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki
amal-amal perbuatan dan mengampuni dosa-dosamu(QS.33: )
2. Shidqul
Niyah dan Irodah (Benar dalam keyakinan dan motivasi)
Nilai perbuatan seseorang tergantung motivasi
dan niatnya. Manakala perbuatan yang baik dilandasi dengan niat yang baik, mangharap ridho Allah maka
nilai perbuatan itu menjadi baik, sebaliknya manakala motivasi dan niatnya
buruk sekaligus tampak lahiriahnya kelihatan baik, seperti apa-apa yang
kadang-kadang dilakuakan oleh orang munafik.
Nabi bersabda : “sesungguhnya amal perbuatan
manusia tergantung niatnya. Dan amal setiap orang mendapatkan balasan perbuatan
yang tergantung niatnya.”
3. Shidqul ‘Azmi (Benar dalam Tekad)
Untuk melakukan perbuatan yang baik dan benar
tidak cukup dengan adanya keinginan dan motivasi, tetapi harus ditopang dengan
tekad yang kuat untuk merealisasikan perbuatan tersebut banyak rintangan,
tantangan dan kendalanya.
Suksesnya Abu Bakar dalam memerangi orang-orang
yang murtad, tidak mau membayar zakat, karena tekadnya yang luar biasa untuk
memerangi orang-orang murtad sekalipun sendirian tanpa dukungan
sahabat-sahabatnya yang lain. Tekad inilah yang kemudian mendapatkan dukungan
dan simpati Umar dan seluruh sahabat yang lain.
4. Shidqul
Wafa’ (Benar
dalam kesetiaan)
Wafa (setia) adalah sifat ulul albab,
orang-orang suci, orang-orang mu’min dan muttaqin yang dipuji didalam Al Qur’an. Ulul albab
adalah “orang-orang yang setia memenuhi janjinya kepada Allah dan tidak merusak
janji” (13 : 20) orang-orang Abror (suci) adalah yang setia menunaikan nazarnya
dan takut akan sesuatu hari (kiamat) yang azabnya tersebar dimana-mana (76:7).
5.
Shidqul Amal (Benar dalam Perbuatan)
Risalah manusia adalah untuk beramal, berbuat
yang shaleh dan positif. “Dan katakanlah : “Bekerjalah kamu maka Allah dan
Rasul-Nya
serta orang-orang mu’min akan melihat amal perbuatannya. (QS. At-Taubah : 105).
Amal perbuatan yang benar yang akan menjadi bekal yang membahagiakan manusia
kelak di akhirat.” Barang siapa yang lebih berat timabangan amal baiknya maka
dia akan mendapatkan kehidupan yang menyenangkan” (101 :7)
6. Shidiq dalam merealisir tingkatan-tingkatan terpuji.
Mu’min sejati adalah yang dapat mengembangkan
seluruh pontensi dan sifat-sifatnya. Seperti yang digamabrkan dalam surat
Attaubah (9: 111-112) “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min
diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang
pada jalan Allah lalu mereka membunuh atau terbunuh. Sesungguhnya itu telah
menjadi janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al-Qur’an dan
siapakah yang lebih menepati janjinya selain dari pada Allah ? maka bergembiralah
dengan jual beli yang elahkamu lakukan. Dan itulah kemenangan yang besar .
“mereka itulah orang-orang yang bertaubat, yang beribadah, yangmemuji Allah,
yang melawat untuk mencari ilmu pengetahuan atau berjihad, yang ruku, yang
sujud, yang menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah berbuat mungkar dan yang
memelihar hukum-hukum Allah dan gembiralah orang-orang mu’min itu.
إِنَّ
الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ
وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ
وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ
وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ
اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
Sesungguhnya laki-laki dan
perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan
perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar,
laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk,
laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa,
laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan
yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan
dan pahala yang besar. (QS. Al-Ahzab : 35)
D.
Beberapa Contoh Shidiq
1.
Imam at-Tirmidzi meriwayatkan dari Abdullah bin
al-Hamsa’, dia berkata : “Saya pernah mengadakan kesepekatan jual beli dengan
Rasulullah saw sebelum beliau diutus menjadi rasul, dan masih ada yang
tertinggal baginya sesuatu, saya berjanji akan mendatangkan kepada beliau di
tempatnya, kemudian saya lupa dan ingat setelah tiga hari, kemudian saya
datangi ternyata beliau masih ada di tempatnya, kemudian beliau bersabda : “Hai
pemuda, sungguh kamu telah menyusahkanku, aku tetap berada di tempat ini sejak tiga hari menunggumu”. (HR.
At-Tirmidzi)
Hal yang dilakukan Nabi
kita ini seperti yang terjadi pada Nabi Ismail as yang sangat mulia, putra Nabi
Ibrahim as kekasih Allah, sehingga Allah memuji beliau dengan firman-Nya dalam
al-Qur’an yang artinya : “Dan ceritakanlah (hai
Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Qur'an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah
seorang rasul dan nabi”. (QS. Maryam :
54)
2.
Al-Hajjaj bin Yusuf (Gubernur Iraq yang dikenal sangat
kejam) berkhutbah pada suatu hari. Karena khutbahnya sangat panjang, ada salah
seorang yang hadir berkata : “Shalat ! karena waktu tidak menunggumu dan Allah
tidak memberimu alasan”. Maka al-Hajjaj memerintahkan agar orang itu ditangkap,
dipenjarakan, dan ditahan. Kemudian kaumnya mendatanginya dan berdalih bahwa
orang itu gila. Al-Hajjaj berkata : “Jika dia mengaku gila, ia akan aku lepas
dari tahanannya”. Namun orang itu berkata : “Tidak boleh bagiku mengingkari
nikmat Allah yang diberikan kepadaku, dan menetapkan pada diriku sifat
gila yang Allah jauhkan dariku.” Maka
ketika al-Hajjaj mengetahui kejujurannya, ia pun melepaskannya bebas.
3.
Imam al-Bukhari meriwayatkan bahwa beliau keluar mencari hadits dari seseorang. Al-Bukhari
menjumpainya sementara kuda orang tersebut sedang terlepas. Dia mengisyaratkan
(memanggil) dengan selendangnya seakan-akan di dalamnya ada gandum. Kemudian
kuda itu datang dan ia memegangnya. Imam al-Bukhari bertanya : “Adakah bapak
memiliki gandum?” Orang itu menjawab : “Tidak, akan tetapi saya mengelabuinya.”
Maka Imam al-Bukhari berkata : “Saya tidak akan mengambil hadits dari orang
yang berbohong kepada binatang.” Inilah contoh ulama dalam kejujuran dari Imam
al-Bukhari.
(والله أعلم بالصواب)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar