Senin, 28 Mei 2012

Shidiq


SHIDIQ
(Oleh : H. Asnin Syafiuddin, Lc. MA)



Firman Allah :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. (QS. At-Taubah : 119)
A.    Pengertian Shidiq
Shidq menurut bahasa mengandung arti kekuatan. Seperti ungkapan : رمح صدق  yang berarti anak panah yang luruh dan kokoh.
Sedangkan menurut terminologi sebagaimana disbutkan oleh al-Ashfihani dalam buknya Mufradat Gharib al-Qur’an adalah :
مُطَابَقَةُ الْقَوْلِ الضَّمِيْرَ وَالْمُخْبَرَ عَنْهُ مَعًا
Kesesuaian antara ucapan dengan hati nurani dan kenyataan  yang diucapkan secara terpadu.
Kesesuain ketiga komponen tersebut melahirkan shidiq yang sempurna. Apabila kurang salah satunya, maka belum dikatakan shidiq yang sempurna, bahkan tidak dikatakan shidiq, atau pada orang yang mengucapkan itu ada sifat shidiq dan ada sifat kazib (dusta). Seperti ucapan orang-orang munafiq kepada Rasulullah  bahwa beliau adalah seorang Rasul. Perkataan mereka itu benar dari satu sisi, yaitu sesuai dengan kenyataan yang mereka ucapkan bahwa Nabi Muhammad itu Rasulullah. Akan tetapi ucapan mereka itu tidak sesuai dengan hati nurani mereka. Oleh karena itu al-Qur’an mengatakan mereka itu orang-orang yang dusta. Allah berfirman :
إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ
Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. (QS. Al-Munafiqun : 1)
B.     Kedudukan dan Keutamaan Sifat Shidiq

1.      Shidiq merupakan sifat orang-orang yang beriman dan Allah memuji mereka karena sifat ini. Allah SWT berfirman :
مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلا
Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya),

2.      Shidiq adalah sifat yang sangat mulia. Ia merupakan salah satu sifat yang melekat pada diri nabi dan Rosul.”ceritakanlah kisah Ibrahim di dalam Al Kitab sesungguhnya ia adalah orang yang sidik (sangat benar)lagi pula seorang nabi (19:41). “dan ceritakanlah kisah Idris didalam Al Kitab dia adalah orang yang sangat benar lagi seorang nabi” (19:65)
3.      Shidiq merupakan salah satu sifat yang menjamin keberuntungan. Kitab Ibnu Abbas, ada empat hal yang menjamin keberuntungan manusia : 1). Sidik, 2). Malu, 3).Ahlak yang baik dan 4) Syukur.
4.      Shidiq merupakan salah satu pondasi tegaknya agama. Kata Muhammad bin Ali Al-Katami tegaknya agama Allah di atas tiga pondasi utama yaitu : Al-Haq, Ash-Shidq dan Al-‘Adl. Al- Haq  artinya kebenaran pada prilaku. Ash-Shidq kebenaran pada ucapan dan Al-‘Adl kebenaran hati nurani (Ihya Ulumuddin hal 4 : 375)
5.      Orang yang komitment dengan sifat shidiq akan naik derajatnya di sisi Allah, dicintai manusia, diampuni dosa dan kesalahannya dan kelak dimasukkan ke dalam surga bersama-sama dengan para Nabi.
Sabda Rasululah saw. :
عَن ابْنِ مَسْعُودٍ رضي اللَّه عنه عن النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال : « إِنَّ الصَّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الجَنَّةِ ، وَإِنَّ الرَّجُلَ ليصْدُقُ حَتَّى يُكتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقاً ، وإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الفجُورِ وَإِنَّ الفجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّاباً » متفقٌ عليه .

Dari Ibnu Mas'ud r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Sesungguhnya shidiq akan menentukan kepada perbutan birr (kebaikan), dan sesungguhnya kebaikan akan menuntun  ke surga.  Seseorang itu sungguh melakukan kebanaran sehingga dicatat di sisi Allah sebagai seorang yang ahli melakukan kebenaran. Dan sesungguhnya berdusta itu menuntun kepada penyimpangan dan sesungguhnya penyimpangan itu  menjerumuskan  kepada neraka. Seseorang sungguh  berdusta sehingga dicatat di sisi Allah sebagai seorang yang ahli berdusta." (Muttafaq 'alaih)

Firman Allah SWT :
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا
Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi, Para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. An-Nisa’ : 69)
6.      Orang yang mempunyai sifat shidiq akan mendapatkanketenangan hati dan ketentraman jiwa. Sabda Rasulullah saw :
دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ
Tinggalkanlah apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu. Karena kejujuran itu merupakan ketenangandan dusta itu keragu-raguan. (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
7.      Orang yang shidiq akan mendapatkan keberkahan dalam berusaha. Sabda Rasulullah saw :
الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا أَوْ قَالَ حَتَّى يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِي بَيْعِهِمَا وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا
“Dua orang yang melakukan jual beli bisa dengan khiyar selama keduanya belum berpisah, jika keduanya jujur dan terus terang, maka keduanya akan diberikan keberkahan, dan jika keduanya tidak terus terang dan dusta, maka keberkahan jual
C.    Ruang Lingkup Shidiq
Imam Ghazali menyebutkan ada 6 jenis sidik yang perlu direalisasikan dalam diri seorang mu’min agar menjadi mu’min yang sebenarnya.(Ihya Vol4. :375 – 380).
1.      Shidqul Lisan (Benar dalam ucapan)
Ucapan manusia adalah ekspressi yang ada di hatinya. Hati yang baik melahirkan ucapan yang baik. Sebaliknya hati yang buruk mengeluarkan ucapan yang buruk. Perbaikan ucapan harus dimulai dari perbaikan hati. Apabila hati baik, ucapan yang keluar menjadi baik dan selanjutnya akan mengikuti oleh prilaku yang baik. Dan prilaku yang baik akan dibalas dengan ampunan dosa yang dapat membersihkan diri manusia.
“Hai orang-orang yang beriman bertaubatah kepada Allah dan berkatalah yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki amal-amal perbuatan dan mengampuni dosa-dosamu(QS.33: )
2.      Shidqul Niyah dan Irodah (Benar dalam keyakinan dan motivasi)
Nilai perbuatan seseorang tergantung motivasi dan niatnya. Manakala perbuatan yang baik dilandasi dengan niat yang baik, mangharap ridho Allah maka nilai perbuatan itu menjadi baik, sebaliknya manakala motivasi dan niatnya buruk sekaligus tampak lahiriahnya kelihatan baik, seperti apa-apa yang kadang-kadang dilakuakan oleh orang munafik.
Nabi bersabda : “sesungguhnya amal perbuatan manusia tergantung niatnya. Dan amal setiap orang mendapatkan balasan perbuatan yang tergantung niatnya.”
3.      Shidqul ‘Azmi (Benar dalam Tekad)
Untuk melakukan perbuatan yang baik dan benar tidak cukup dengan adanya keinginan dan motivasi, tetapi harus ditopang dengan tekad yang kuat untuk merealisasikan perbuatan tersebut banyak rintangan, tantangan dan kendalanya.
Suksesnya Abu Bakar dalam memerangi orang-orang yang murtad, tidak mau membayar zakat, karena tekadnya yang luar biasa untuk memerangi orang-orang murtad sekalipun sendirian tanpa dukungan sahabat-sahabatnya yang lain. Tekad inilah yang kemudian mendapatkan dukungan dan simpati Umar dan seluruh sahabat yang lain.
4.      Shidqul Wafa (Benar dalam kesetiaan)
Wafa (setia) adalah sifat ulul albab, orang-orang suci, orang-orang mu’min dan muttaqin yang dipuji didalam Al Qur’an. Ulul albab adalah “orang-orang yang setia memenuhi janjinya kepada Allah dan tidak merusak janji” (13 : 20) orang-orang Abror (suci) adalah yang setia menunaikan nazarnya dan takut akan sesuatu hari (kiamat) yang azabnya tersebar dimana-mana (76:7).
5.      Shidqul Amal (Benar dalam Perbuatan)
Risalah manusia adalah untuk beramal, berbuat yang shaleh dan positif. “Dan katakanlah : “Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat amal perbuatannya. (QS. At-Taubah : 105). Amal perbuatan yang benar yang akan menjadi bekal yang membahagiakan manusia kelak di akhirat.” Barang siapa yang lebih berat timabangan amal baiknya maka dia akan mendapatkan kehidupan yang menyenangkan” (101 :7)
6.      Shidiq dalam merealisir tingkatan-tingkatan terpuji.
Mu’min sejati adalah yang dapat mengembangkan seluruh pontensi dan sifat-sifatnya. Seperti yang digamabrkan dalam surat Attaubah (9: 111-112) “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah lalu mereka membunuh atau terbunuh. Sesungguhnya itu telah menjadi janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al-Qur’an dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain dari pada Allah ? maka bergembiralah dengan jual beli yang elahkamu lakukan. Dan itulah kemenangan yang besar . “mereka itulah orang-orang yang bertaubat, yang beribadah, yangmemuji Allah, yang melawat untuk mencari ilmu pengetahuan atau berjihad, yang ruku, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah berbuat mungkar dan yang memelihar hukum-hukum Allah dan gembiralah orang-orang mu’min itu.
إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS. Al-Ahzab : 35)

D.    Beberapa Contoh Shidiq

1.      Imam at-Tirmidzi meriwayatkan dari Abdullah bin al-Hamsa’, dia berkata : “Saya pernah mengadakan kesepekatan jual beli dengan Rasulullah saw sebelum beliau diutus menjadi rasul, dan masih ada yang tertinggal baginya sesuatu, saya berjanji akan mendatangkan kepada beliau di tempatnya, kemudian saya lupa dan ingat setelah tiga hari, kemudian saya datangi ternyata beliau masih ada di tempatnya, kemudian beliau bersabda : “Hai pemuda, sungguh kamu telah menyusahkanku, aku tetap berada di  tempat ini sejak tiga hari menunggumu”. (HR. At-Tirmidzi)
Hal yang dilakukan Nabi kita ini seperti yang terjadi pada Nabi Ismail as yang sangat mulia, putra Nabi Ibrahim as kekasih Allah, sehingga Allah memuji beliau dengan firman-Nya dalam al-Qur’an yang artinya : “Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Qur'an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi. (QS. Maryam : 54)
2.      Al-Hajjaj bin Yusuf (Gubernur Iraq yang dikenal sangat kejam) berkhutbah pada suatu hari. Karena khutbahnya sangat panjang, ada salah seorang yang hadir berkata : “Shalat ! karena waktu tidak menunggumu dan Allah tidak memberimu alasan”. Maka al-Hajjaj memerintahkan agar orang itu ditangkap, dipenjarakan, dan ditahan. Kemudian kaumnya mendatanginya dan berdalih bahwa orang itu gila. Al-Hajjaj berkata : “Jika dia mengaku gila, ia akan aku lepas dari tahanannya”. Namun orang itu berkata : “Tidak boleh bagiku mengingkari nikmat Allah yang diberikan kepadaku, dan menetapkan pada diriku sifat gila  yang Allah jauhkan dariku.” Maka ketika al-Hajjaj mengetahui kejujurannya, ia pun melepaskannya bebas.
3.      Imam al-Bukhari meriwayatkan bahwa beliau keluar  mencari hadits dari seseorang. Al-Bukhari menjumpainya sementara kuda orang tersebut sedang terlepas. Dia mengisyaratkan (memanggil) dengan selendangnya seakan-akan di dalamnya ada gandum. Kemudian kuda itu datang dan ia memegangnya. Imam al-Bukhari bertanya : “Adakah bapak memiliki gandum?” Orang itu menjawab : “Tidak, akan tetapi saya mengelabuinya.” Maka Imam al-Bukhari berkata : “Saya tidak akan mengambil hadits dari orang yang berbohong kepada binatang.” Inilah contoh ulama dalam kejujuran dari Imam al-Bukhari.


(والله أعلم بالصواب)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar